..."Biarkan senyummu mengubah dunia. Jangan biarkan dunia mengubah senyummu." - Will Smith...
Allesya berjalan menyusuri trotoar kota, mengikut pasrah kemana arah langkah kaki membawanya pergi. Hingga akhirnya ayunan kakinya berhenti di St. James Park, sebuah taman yang dilengkapi danau buatan.
Gadis itu memilih sebuah bangku kosong menghadap danau sebagai tempat mengistirahatkan tubuhnya yang mulai lelah karena lama berjalan.
Ia menatap lurus ke arah danau berair jernih dengan sekelompok burung pelikan yang tampak mengambang di atasnya. Tampak sebagian burung berkantung itu mengisi perutnya yang kosong dengan ikan-ikan kecil hasil tangkapannya.
"Hahh..! Aku tidak mungkin pulang ke rumah sekarang karena nenek pasti akan bertanya kenapa aku pulang lebih awal dan aku tidak mungkin menceritakan apa yang telah aku alami. Aku tidak ingin membuatnya khawatir," lirih Jenny dengan perasaan mendilema.
"Aku harus segera menemukan pekerjaan pengganti. Vitamin nenek juga hampir habis," Allesya masih bermonolog di dalam kegundahannya.
Tiba-tiba gadis itu tersenyum miris. "Ck! Padahal selama ini aku sudah menganggapnya teman baik. Aku bahkan telah banyak membantunya tapi malah seperti ini balasan yang aku dapat. Hatinya telah dibutakan oleh kedengkian hingga ia tega berbuat jahat kepadaku," gerutu Allesya yang tiba-tiba kembali kesal setelah mengingat kembali kejadian pemecatannya beberapa saat yang lalu.
"Ingin rasanya aku mencari bukti untuk mengungkap perbuatan jahat Farena, tapi.. Haaah! Biarlah, aku percaya Tuhan akan memberikan sesuatu yang sepandan dengan perbuatan kelak. Lebih baik sekarang aku fokus mencari pekerjaan lain," Allesya merogoh ponsel dari dalam tasnya.
Niat awal ingin mencari info lowongan kerja lewat situs online tapi seketika berubah haluan karena foto pria tampan yang sedang terpajang menguasahi layar ponselnya sebagai wallpaper.
Seulas senyuman berbentuk bulan sabit menghiasi muka cantik Allesya. Ada perasaan gemas bercampur gereget ketika ia menatap foto Sean yang dulu dia ambil secara diam-diam tersebut.
"Uuuhh! Kak Sean kenapa kau sangat tampan sekali. Tidak bisakah sedikit saja kau melihatku?" ucap Allesya penuh damba dengan sesekali mencium foto yang terpampang di layar ponselnya.
Tanpa berpikir panjang ia langsung membuka salah satu aplikasi yang tersedia pada ponsel pintarnya dan mengetik sesuatu.
To Kakak tampanku:
Kakak tampan..., apa bekal sarapan yang aku buat sudah dimakan?
To Kakal tampanku:
Tolong dimakan sampai habis ya, kalau kau kurus aku menangis.
To Kakak tampanku:
I love you calon suami masa depanku❤
Allesya mengirim 3 pesan sekaligus lalu meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas tanpa ada niat menunggu balasan, karena dia sangat tahu bahwa Sean tidak mungkin membalas pesan. Dia memang harus berlapang dada menghadapi sikap dingin Sean yang hanya tertuju kepadanya seorang.
Iya, pria tampan itu memang bersikap lebih dingin hanya kepadanya. Allesya bahkan sering melihat dan merasakan sendiri perbedaan perlakuan Sean kepadanya dengan para kekasihnya. Sean selalu bersikap ramah dan hangat kepada para wanita yang dikencaninya, berbeda sikap dengannya yang selalu dingin dan cuek.
Ting!
Suara notifikasi dari ponselnya memaksa ia merogoh kembali benda pipih tersebut. Rona mukanya seketika tampak girang dan berbunga ketika mengetahui bahwa sebuah pesan masuk dari orang yang tak terduga.
"Kak Sean..," lirih gadis itu lalu membuka isi pesan yang ternyata disertai sebuah foto kotak bekal makanan yang sudah tandas.
Kakak tampanku:
Rasa masakanmu sungguh buruk, apa kau ingin meracuniku?!
"Ck! Dia mengatai rasa masakanku, tapi nyatanya dia tetap menghabiskannya," cebik Allesya namun mukanya terlihat sangat senang.
Allesya semakin berlonjak kegirangan ketika menerima satu pesan lagi dari Sean yang bertuliskan 'Dasar gadis aneh!'
Gadis berlensa hazel itu menghentak-hentakkan kakinya seraya mencium layar ponselnya berkali-kali karena terlampau senang.
Memang untaian kalimat yang dikirim Sean jauh dari kata romantis, bahkan lebih mendekati kalimat cibiran. Tapi nyatanya hal itu tidak membuat Allesya bermuram durja. Baginya, Sean mau membalas pesan darinya sudah termasuk salah satu keajaiban dunia. Benar-benar fenomena langka yang harus di abadikan.
Kegirangan Allesya seketika menguap ketika ia menyadari bahwa ada seseorang yang mengamati tingkah konyolnya sedari tadi dengan pandangan polos tak terbaca. Seorang wanita paruh baya tengah duduk di bangku taman yang berjarak tidak lebih dari 2 meter dari tempat Allesya. Wanita itu tidak sendiri, dia bersama seseorang yang sepertinya bekerja menjaganya.
Allesya tersenyum hambar ke arah wanita bermuka pias tersebut. "Hai tante cantik," sapa Allesya seraya melambaikan tangannya, mencoba mengalihkan rasa malunya.
Hening... Tiada tanggapan yang berarti dari si Wanita. Lagi-lagi si Wanita hanya menatapnya dengan pandangan tak terbaca.
Allesya seketika kikuk. Mendapat tatapan yang menurutnya... Aneh dan tak biasa.
"Tante apa kau sedang sakit?" Allesya mencoba memecahkan perasaan kikuknya.
"Maaf Nona, Nyonya ini memang sedang sakit," jawab seorang pembantu yang sedari tadi berada di dekat si Wanita.
Allesya sontak kembali menggiring pupil hazelnya ke arah si Wanita. Entah ada apa dengan dirinya, seolah saat ini dia bisa sangat mudah memahami apa yang tengah dirasakan si Wanita itu lewat gurat-gurat di mukanya, meski Allesya tidak dapat mendeskripsikan secara detail perasaan seperti apa tapi dia tahu bahwa hati wanita paruh baya di depannya saat ini sedang berkabut kesedihan.
Sisi kemanusian Allesya lagi-lagi tergerak secara alami, menuntunnya untuk lebih mendekatkan diri kepada si Wanita. Tanpa ada rasa sungkan sedikitpun, ia menggeser tubuhnya hingga kini posisinya bersimpuh di hadapan si Wanita.
"Tante cantik, boleh aku tahu siapa namamu?" tanya Allesya lembut selembut hatinya.
Hening.., lagi-lagi si Wanita hanya meresponnya dengan sorotan mata yang sulit diartikan.
Allesya menggiring muka cantiknya ke arah pembantu yang menemani si Wanita dan langsung dimengerti olehnya.
"Namanya Nyonya Sarah, Nona," jawab ramah si Pembantu yang mendampingi si Wanita.
Allesya tersenyum manis. "Wahh.. Nama Tante cantik, secantik orangnya. Perkenalkan namaku Allesya Tante," Allesya mengulur tangannya. Sekilas tangan Sarah sempat bergerak seolah ia ingin menggapai uluran tangan tersebut meski terlihat ragu.
Cukup lama Allesya menunggu respon jabatan tangan dari Sarah hingga akhirnya ia berinisiatif menuntun tangan yang mulai terlihat keriput tersebut agar mau menjabat tangannya.
Dengan tangan yang masih saling berjabatan, Allesya kembali bersuara. "Emmm, aku tidak tahu apa yang membuat Tante tampak bersedih seperti sekarang, tapi.. Tersenyumlah. Dengan tersenyum kau akan membuka awal kebahagiaanmu. Dengan tersenyum orang di sekitarmu juga akan ikut tersenyum," Allesya sejenak menjeda ucapanya ketika menyadari ada perubahan raut pada muka Sarah.
Allesya kembali mengulas senyuman yang terlihat sangat tulus. "Tante apa kau tahu, dari segala obat kehidupan batin, tersenyum adalah obat terbaik. Tersenyumlah, maka kau akan merasakan kedamaian," tutur lembut Allesya.
"Bahkan dengan tersenyum kau bisa mengintimidasi orang-orang yang pernah menyakitimu. Bukankah hal itu sangat menyenangkan?" lanjut Allesya dengan mimik muka mendadak serius namun masih menyelipkan senyuman hangat.
Allesya terkesima ketika Sarah tampak menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Meski terlihat samar tapi gadis itu bisa melihatnya dengan jelas.
"Astaga Tante...!" Allesya meringis seraya meremas kain di dadanya.
Tindakan gadis jelita itu tentu saja sukses membuat Sarah merubah mimik mukanya ke mode bertanya-tanya.
"Aku bisa mati jantungan karena senyuman Tante. Tante sangat cantik ketika tersenyum. Andai aku seorang pria dewasa pasti sudah jatuh cinta sama Tante," kelakar Allesya. Masih dengan ekpsresi meringis, ia sedikit melirik ke arah Sarah.
Entah aura apa yang selalu memberkahi Allesya, keberadaannya seolah membawa atmosfer positif bagi orang-orang di sekitarnya termasuk Sarah.
Wanita yang sudah 10 tahun lebih hidup berselimut kelamnya masa lalu yang begitu pahit itu seolah mulai menunjukkan perubahan.
Tersenyum. Iya, Sarah tampak mengulas senyuman yang lebih ketara dari sebelumnya.
Puk!
Allesya tersentak ketika sesuatu dari langit mendarat tepat di kepalanya. Demi memenuhi rasa penasaran tentang benda apa itu, dengan sedikit ragu ia mulai menyentuhnya secara perlahan.
"Kyaakkk!" Allesya seketika memekik ketika tangannya menyentuh sesuatu yang masih terasa hangat, lembek, dan bau.
Suara Allesya yang tiba-tiba memekik kontan membuat Sarah terkesiap dan heran.
"Dasar burung tidak mengerti norma etika sopan santun! Buang kotoran tidak pada tempatnya! Apa pantatmu tidak pernah disekolahkan?" sembur Allesya seraya mendongak ke atas dengan telunjuk jari menuding tegas, bermaksud memarahi seekor burung yang tampak bertengger santai di dahan pohon, seolah merasa lega karena berhasil membuang ampas dari dalam perutnya.
Alih-alih merasa takut, burung itu malah berkicau merdu seraya mengepak-ngepakkan sayapnya seolah sedang mengejek Allesya.
"Dasar burung! Cepat pulang sana, kau harus mencuci pantatmu setelah membuang kotoran! Jorok sekali!"
Allesya mengabaikan si Burung lalu mengambil beberapa lembar tisu dari dalam tasnya dan membersihkan kotoran burung yang masih bertengger manja di kepalanya.
"Memangnya kepalaku ini WC umum," Allesya tak henti-hentinya menggerutu.
"Pffftt!" Allesya tertegun ketika mendengar suara Sarah yang sedang mentertawainya.
Meski suara tawanya terdengar lirih namun cukup buat Allesya senang. Tidak hanya Sarah, bahkan seorang pembantu yang menemaninya juga ikut tertawa. Hingga akhirnya Allesya pun ikut tertawa.
Suara tawa ketiga manusia berbeda generasi tersebut terdengar berbaur dengan suara gesekan dedaunan yang diterpa angin sepoi-sepoi.
Tanpa mereka sadari, seseorang sedang memperhatikan mereka dari kejauhan. Hatinya seketika menghangat melihat pemandangan langka di depannya. Apa lagi ini pertama kali baginya melihat Sarah tersenyum setelah kejadian menyakitkan 10 tahun yang lalu.
"Allesya...," panggil seseorang tersebut setelah mendekat.
❣
❣
❣
Bersambung~~
...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣...
...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...
...❤🧡💛💚💙💜🤎...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Nur Evida
Allesya menjadi obat pelipur lara buat Sarah
2022-11-07
0
💮Aroe🌸
ngimpi apa di berakin burung😂
2022-05-12
0
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
kerennn
2022-01-20
0