Sesaat pria tampan itu memejamkan matanya. Mengumpulkan semua rasa yang menggebu dahsyat di dalam dada. Bak gunung merapi yang siap menyemburkan isi perut bumi, itulah yang akan terjadi dalam hitungan mundur tiga jari.
Tiga..! Dua..! Satu..!
"ALLESYAAA....!"
Teriakan Sean menggelegar memenuhi langit-langit mobil. Ia menghunus tatapan tajam ke arah Allesya yang ternyata sudah meringkuk pada sudut bangku mobil.
Ceklek!
Sean gegas menekan tombol Central door lock yang terletak pada pintu mobil setelah menyadari Allesya tampak berusaha kabur.
"Sepertinya kau memang harus dihukum gadis kecil," geramnya.
"Hehehe, peace Kak," Allesya malah nyengir kuda menunjukkan serentetan gigi putihnya yang rapi seraya mengangkat kedua jari membentuk huruf V sebagai simbol perdamaian. Terus terang ia sedang menutupi rasa gugupnya saat ini.
"Aaaahk! K-kakak mau ngapain?" pekik Allesya setengah tertahan karena Sean merangkak cepat mendekatinya dan mengukungnya dari atas.
Ruang gerak Allesya kian terenggut di kala Sean mengunci kedua tangannya ke atas.
"Kak! Jangan bermain-bermain seperti ini, aku mohon," Allesya mengiba. Beberapa kali ia mengutuki tindakan bodohnya tadi.
Segila-gilanya gadis bar-bar itu, tetap saja ia akan mati kutu jika Sean sudah berbuat seperti sekarang.
Beberapa saat yang lalu, Sean mendapat kiriman pesan singkat dari Saron. Saron memutuskan hubungannya dengan Sean secara sepihak dan mengatakan alasan penyebabnya.
Bagi Sean, tidak masalah jika hubungannya dengan Saron berakhir. Dia sama sekali tidak menyayangkan hal itu. Tidak sulit baginya mencari pengganti Saron, seperti pepatah yang selalu mengatakan mati satu tumbuh seribu.
Hanya dengan satu kerlingan mata saja, para kaum Hawa auto berhamburan ke dalam pelukannnya, bahkan tidak sedikit dari mereka bersedia membuka kakinya lebar-lebar secara suka rela.
Tapi, alasan Saron mengakhiri hubungannya sungguh membuat harga dirinya terjatuh ke dalam jurang yang begitu curam, dalam, dan suram.
"Impoten dan bengkok katamu? Apa kau ingin aku membuktikannya kepadamu bahwa ucapanmu itu salah besar? Hah?" Sean menyeringai kecil dengan tatapan mengintimidasi yang kian membuat Allesya gelagapan.
Sekilas, Allesya terpejam di kala aroma mint napas Sean menerobos ke dalam indera penciumannya. Bahkan dia juga bisa merasakan hangatnya napas yang menyapu muka cantiknya.
"I-itu a-aku, hiiishhh!" Allesya merutuki lidahnya yang terasa kaku sebelum kembali berbicara.
Gadis manis itu mencoba mengatur napasnya dan mengumpulkan keberanian.
"Kak, tolong lepaskan aku dulu," mohon Allesya, sungguh ia begitu kurang nyaman dengan posisinya saat ini. Ia beberapa kali menggeliat mencoba melepaskam diri dari kuasa Sean.
Berada di bawah kungkungan tubuh besar Sean, membuat jantungnya bertabuh dengan sangat keras. Bayangan-bayangan kotor mulai menjamah otaknya yang polos.
"Aahk!" Allesya kembali memekik ketika tangan besar Sean menekan salah satu bahunya.
"Sudah aku bilang, aku akan memberimu hukuman karena sudah mempermalukanku," timpal Sean yang masih menyisipkan seringai kecil pada setiap ucapannya.
"Kak, apa kau akan memperkosaku?" ceplos Allesya tanpa ada rasa canggung sedikitpun.
Sean berdecih, sepertinya sangat disayangkan jika ia mengakhiri permainannya begitu cepat. "Sepertinya saranmu itu sangat cocok untuk membuktikannya, yaitu dengan memperkosamu," gertak Sean.
Allesya tercengang, mana mungkin dia memberi saran gila seperti itu. "Saran? Hah? Aku tidak pernah memberimu saran gila seperti itu," sanggah Allesya.
"Kak, please! Itu tidak benar," sambungnya lagi.
"Terus apa sikap gilamu tadi juga benar? Allesya..., kau sendiri yang memancingku untuk berbuat seperti ini. Pria mana yang tidak marah jika keperkasaannya dilecehkan seperti itu? Hem?" Sean mengabsen satu persatu setiap titik pada muka Allesya dengan usapan jarinya. Mencoba menakut-nakuti si Gadis.
"Hiisshh! Kenapa jadi begini? Aku tidak menyangka Kak Sean bakal bertindak di luar bayanganku. Tidak tidak tidak, bukan seperti ini ya yang aku mau," Allesya menjerit di dalam hati.
"Sial! Ternyata gadis ini sangat cantik jika dilihat dari dekat, tapi sayang aku tetap tidak tertarik dengannya," Sean juga membatin.
"Aku minta maaf Kak. Mau ya maafin aku. Aku akan tarik semua kata-kataku tadi. Sebenarnya aku tidak anak niat melecehkanmu, aku hanya, aahhk!" lagi-lagi Allesya memekik ketika Sean menggigit bahunya.
"Hiks! Kak kau mau ngapain? Apa kau akan memakanku? Tolong jangan Kak, badanku kurus, dagingku juga pahit, hiks!" rengek Allesya mengiba.
"Iya aku akan memakanmu dan mencicipi tubuhmu," Allesya seketika tercekat mendengar ucapan frontal Sean. Ia berkali-kali menggelengkan kepala sebagai ungkapan jangan.
"Kenapa? Bukankah selama ini kau yang selalu agresif mengejarku? Kau bahkan berani menciumku beberapa kali," Sean masih melanjutkan permainannya.
"T-tapi, bukan seperti ini Kak, hiks," Allesya terus merengek.
"Aku harus apa agar kau mau melepaskanku?" Allesya mencoba bernegoisasi.
"Berhentilah mengejarku," Sean langsung memberi syarat tanpa berpikir panjang.
Sedangkan Allesya sesaat tampak membisu namun otaknya sedang berpikir. "Mana mungkin aku bisa berhenti mengejarnya, sedangkan aku sudah sangat tergila-gila dengannya, hah! Sudahlah aku turuti saja keinginannya, yang penting aku bisa lepas dulu dari kungkungannya," batin Allesya.
"B-baiklah, aku akan berhenti mengejarmu, aku janji," jawab Allesya seolah tidak ada keraguan sedikitpun padahal dia hanya ingin mengelabuhi pria tampan yang ada di atasnya saat ini.
Dan benar saja, jawaban Allesya memberikan hasil yang signifikan. "Gadis pintar, kau harus menepatin janjimu," ucap Sean seraya menepuk-nepuk pipi Allesya sehingga membuat matanya mengerjap-ngerjap.
"Fyuuuhh...!" Allesya merasa lega setelah Sean beranjak dari atas tubuhnya dan sudah kembali di balik setir mobilnya.
Ceklek!
Seolah tidak ingin membiarkan terlalu lama berada satu atap mobil dengan Allesya, Sean kembali membuka kunci pintu mobilnya.
"Kau bisa keluar sekarang," usir Sean.
Alih-alih segera mendengarkan perintah Sean, Allesya justru beranjak dari duduknya dan berpindah ke bangku depan. Gadis cantik tapi berisik itu menatap lurus ke arah Sean dengan mimik muka berubah cemberut.
"Kak, seharusnya kau itu berterima kasih kepadaku."
Sean sontak menautkan kedua alisnya seraya membalas tatapan Allesya. "Apa lagi ini Allesya? Kenapa juga aku harus berterima kasih kepadamu?"
"Ya tentu saja kau harus berterima kasih kepadaku karena aku baru saja menjauhkanmu dari masalah," ucap Allesya.
"Bagaimana kau bisa berkata telah menjauhkanku dari masalah, sedangkan biang masalah di dalam hidupku masih duduk satu mobil bersamaku saat ini," sindir Sean lalu membuang mukanya ke arah jalanan yang tampak ramai kendaraan mesin yang berlalu lalang membelah jalanan kota yang sudah tertutup salju sebagian.
Allesya mendengus kesal karena menyadari siapa biang masalah yang dimaksud, yaitu dirinya sendiri. "Asal Kak Sean tahu ya, wanita bernama Saron itu sudah bersuami," beber Allesya.
Sekilas Sean tampak terhenyak namun dengan segera ia mengembalikan mimik mukanya ke mode biasa seolah apa yang di beberkan Allesya tidak berpengaruh sedikitpun baginya.
"Ow," respon Sean singkat yang membuat gadis cantik di sebelahnya memasang muka tak percaya.
"Kok Kak Sean begitu sih responnya? Aku baru saja menyelamatkan Kakak dari julukan pebinor loh," perkataan Allesya sukses mencubit hatinya.
Sean mendadak teringat bahwa dulu ia juga hampir menjadi pebinor, yaitu mengejar istri sahabatnya sendiri.
"Kak Sean, kau harus memberiku imbalan karena telah menyelamatkanmu, berkencanlah denganku," tuntut Allesya.
"Tidak, tidak ada di dalam kamusku untuk berkencan dengan gadis kecil sepertimu. Sekarang kau turunlah," ketus Sean.
"Tidak mau turun, lagian aku bukan gadis kecil lagi, sebentar lagi umurku sudah 18 tahun, bukankan aku sudah dewasa," tolak Allesya.
Sean semakin dibuat geram oleh tingkah Allesya. "Kau tadi sudah berjanji untuk tidak mengejarku kembali, jadi turunlah sekarang. Atau kau ingin aku melakukannya," gertak Sean yang diikuti jari-jarinya membuka satu persatu kancing kemejanya sehingga mempertontonkan 6 roti sobek yang tampak pulen dan menggoda.
"Kyaaakk! Iya iya aku turun sekarang," pekik Allesya karena malu seraya menutup matanya dengan tangannya, namun masih menyisakan sedikit cela untuk mengintip.
"Ck! Aku tidak menyangka, gadis sebar-bar dia bisa malu juga," cebik Sean di dalam hati.
"Ayo cepat turun," titah Sean kembali yang langsung di patuhi Allesya.
Sean lanjut melajukan mobilnya meninggalkan Allesya di tengah-tengah lebatnya hujan salju. Sekilas pria tampan itu melirik ke arah spion mobil samping yang ternyata masih bisa menangkap pantulan sosok Allesya yang tampak berjalan cepat menembus hujan salju yang kian deras.
"Sial!" Sean mengutuki dirinya sendiri karena pada akhirnya dia tidak sampai hati melihat Allesya yang tampak kedinginan karena terjangan brutal butiran es bewarna putih kapas tersebut.
Akhirnya, dia menarik gigi mundur mobil dan mulai berjalan mundur mendekati Allesya.
"Masuklah!" titah Sean.
❣
❣
❣
Bersambung~~
...Terima kasih sudah berkenan mampir pada tulisan receh Nofi ini. Mohon dukungannya dengan cara meninggalkan jejak like dan comment ya. Kalau ada rejeki lebih bolehlah sumbangkan gift dan vote mingguannya sebagai apresiasi karya Nofi. Dukungan kalian merupakan penyemangat behargaku. I love you😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Mynovel
2 bab sebelumnya semangat bacanya,karna kata2nya pas sama latar belakang cerita,,,nah pas baca bab ini saya langsung ilfil sama nih novel,bahasanya gak nyambung sama latar belakang cerita yg kayaknya diluar negri,masak iya diluar negri ngerti Dangan kata2 pebinor😇
stop baca
2023-07-05
1
Nur Evida
usia 18 th tapi udah lihai mengenal benda pusaka
2022-11-04
0
💮Aroe🌸
yo lah, tak akoni greget sing iki😆😆😆 tak masak😋
2022-05-11
0