Bab 14

Masih di tempat nongkrong 4 squad tampan, Bar And Restaurant milik Alvin.

"Sam, hentikan tindakan bodohmu. Aku akan membunuhmu jika mereka sampai mendatangi kita," gertak Jeffrey setengah berbisik yang melihat Sammy tampak berusaha menggoda dua wanita yang sedang duduk di salah satu kursi meja pelanggan, tidak jauh dari tempat 4 squad itu berada.

Alih-alih mengindahkan gertakan Jeffrey, si Sammy malah semakin menggencarkan aksinya.

Wiu wiit..!

Sammy bersiul seraya menaik turunkan kedua alis tebalnya, diikuti kerlingan mata super genit.

Kedua wanita yang menyadari mereka sedang diperhatikan bukannya merasa risih malah tampak meladeni godaan Sammy. Mereka melempar senyum dan membalas kerlingan mata Sammy. Tampak salah satu dari wanita tersebut memainkan lidahnya, menjilati bibir yang terlampau merah seperti drakula habis menghisap darah.

Mendapati respon yang menyenangkan dari kedua wanita seksi itu, Sammy semakin menggalakkan aksinya. "Hei manis, maukah kalian bergabung dengan kita?"

Kedua wanita cantik itu saling melempar pandang sebelum akhirnya mereka menerima tawaran Sammy dan mulai mendekati para 4 squad.

"Sam..! Kau benar-benar ingin mati ternyata," geram Jeffrey.

"Tenang saja Jeff, aku hanya sedikit bermain-main, tidak akan terjadi masalah," timpal Sammy mencoba meyakinkan Jeffrey.

"Firasatku berkata akan terjadi sesuatu yang bisa mengantarmu ke neraka," lirih Sean lanjut menyeruput cocktail miliknya.

"Hai tampan," sapa kedua wanita itu secara kompak.

Sungguh di luar dugaan. Kedua wanita itu bertindak di luar ekspetasi Sammy. Wanita seksi berambut ikal langsung melingkarkan tangan pada leher Sammy dari belakang. Sedangkan satu wanita seksi yang lainnya mendaratkan tubuhnya pada pangkuan Jeffrey tanpa ada rasa malu sedikitpun.

GLEK!

Sammy terlihat menelan cairan saliva dengan kasar ketika sepasang benda kenyal menekan tengkuk lehernya dari belakang.

"Wadaow! Padahal aku hanya berniat iseng saja. Aku nggak menyangka mereka bakal merespon seberani ini. Bisa gawat kalau Daisy sampai melihatnya. Bisa dilempar ke kandang buaya aku nanti," Sammy berkutat dengan pikirannya. Sudah diyakini bahwa dia sedang merutuki perbuatannya.

Sedangkan Jeffrey...

"Turun sekarang atau aku akan melemparmu ke jalan raya," gertak Jeffrey mengeluarkan aura dingin dengan sorotan mata elangnya yang tajam dan berkilat. Tentu saja hal itu sukses membuat si Wanita bergidik. Akhirnya wanita yang masih sayang dengan tubuhnya tersebut gegas beranjak dari pangkuan Jeffrey dengan menenteng muka masamnya sebelum si Jeffrey benar-benar melemparnya ke jalan raya, membiarkan tubuhnya menjadi bulan-bulanan roda kendaraan yang melintas.

"Maaf Nona cantik, aku sedang tidak ingin bermain dengan kalian. Kau bisa bermain dengannya," tolak Sean secara halus ketika si Wanita hendak mendekatinya lalu menjadikan Alvin sebagai tumbalnya.

"Sialan kau Sean!" umpat Alvin yang tampak berkomat-kamit tanpa bersuara.

Sean mendengus geli ketika menyadari bahwa Alvin sedang mengumpatnya meski tidak terdengar.

Wuuuusshh....!

Dreeeeeett....!

Tak! Tak! Tak!

Tiba-tiba aura dingin yang mencekam menyeruak menyelemuti ruangan yang diiringi suara menggema benda keras bergesekan dengan lantai dan berakhir dengan suara ketukan yang terdengar horor, membuat bulu kuduk ke 4 squad ber-breakdance ria di saat itu juga.

"Lepas tangan kotormu itu dari tubuhnya, kalau tidak ingin aku mematahkannya," getaran suara bernada dingin itu seketika menarik perhatian semuanya dan menoleh ke arah sumber suara.

"H-honey.., ke-kenapa k-kau berada disini?" Sammy seketika gugup luar biasa ketika melihat Daisy datang dengan membawa sebilah tongkat bisbol di tangan kanannya.

"Ck! Sudah kuduga, kau sebentar lagi bakal di lempar ke neraka Sam," Sean menyeringai seolah tidak ada rasa iba sedikitpun untuk sahabatnya yang sedang terancam punah.

Sedangkan ke dua wanita seksi yang merasa keberadaannya juga terancam memilih segera pergi dari sana guna menyelamatkan diri dari maut.

"Katakan, kau ingin ke Rumah Sakit atau kuburan?" Daisy memberi dua pilihan sama berat yang membuat Sammy bergidik. Wanita yang merupakan tunangan Sammy tersebut tampak beberapa kali memukul-mukulkan tongkat bisbol di telapak tangannya.

"H-honey, jangan salah paham, para wanita itu yang menggodaku duluan," Sammy mulai beralasan demi menyelamatkan diri. Terus terang, tubuhnya yang besar mendadak terasa mengecil karena nyali yang kian menciut seperti tikus curut.

"Jangan percaya Dai, dia berbohong. Tadi si Mesum ini yang menggoda para wanita itu duluan," sela Alvin mencoba memprovokasi.

Sammy seketika mendelik ke arah Alvin yang tidak bisa menjaga mulutnya yang seperti ban bocor itu.

"Setan kau Vin," umpat Sammy ke Alvin.

"Sekarang kau ikut denganku!" dengan kecepatan cahaya, Daisy menarik telinga Sammy dan menyeretnya keluar.

"Aduh.. Duh.. Duh.. Honey, telingaku bisa putus, tolong lepasin dulu," rintihan Sammy terdengar semakin mengecil diikuti tubuhnya yang juga menghilang.

"Sammy.. Sammy, kau itu memang nakal dan susah dinasehati," cerca Alvin dengan gelak tawa kian pecah.

"Aku tidak yakin kalau dia terlahir dari rahim seorang wanita," ledek Jeffrey.

"Asal kau tau kalau dia itu terlahir dari rahim amfibi," sahut Sean yang kontan menambah gelak tawa lainnya. Seolah musibah yang sedang menimpa Sammy dianggap sebuah lelucon yang mengocok perut.

"Kakak..?" suara sapaan seseorang seketika mengalih perhatian ketiga sahabat yang sempat tenggelam dalam gelak tawa gara-gara si Sammy.

Di antara ketiga sekawan tersebut, perubahan mimik muka Sean lah yang paling kentara. Guratan tawa yang sempat menghiasi muka tampannya seketika memudar, tergantikan oleh rona muka dingin, sedingin hujan salju di musim dingin.

"Kakak, apa kabar? Aku sangat senang bisa bertemu denganmu di tempat ini," ucap seorang pria bernama Arthur. Saudara tiri Sean, anak dari wanita yang telah merenggut kebahagiaannya.

"Sayangnya aku sangat tidak senang bertemu denganmu Tuan Muda Arthur," jawab Sean sinis penuh sindiran. Terlihat jelas bahwa dia sangat tidak menyukai keberadaan Arthur. Guratan-guratan kebencian begitu mendominasi di muka tampannya.

Arthur yang mendapatkan perlakuan yang jauh dari kata ramah dari Sean hanya bisa berlapang dada. Dia bahkan merasa tidak berhak hanya untuk sekedar tersinggung akan setiap sikap buruk Sean kepadanya.

Sadar diri, itu yang selalu ia tanam di benak pikirannya. Bagaimanapun juga, keberadaannya dan sang Ibu adalah pencetus utama rusaknya kebahagiaan sang Kakak Tiri.

"Kak, bisakah kita me," kalimat Arthur terhenti karena Sean menyela duluan.

"Hari sudah gelap. Aku pergi dulu," pamit Sean kepada Jeffrey dan Alvin sebelum melenggang pergi.

Pria blonde tersebut bahkan tak memperdulikan keberadaan Arthur yang masih mematung, seolah tak ingin memberi kesempatan kepada adik tirinya itu untuk berbicara dengannya lebih lama.

"Maaf, jika aku mengganggu kesenangan kalian. Permisi," Arthur mengangguk sekilas sebagai salah satu bentuk etika kesopanan kemudian berlalu dari hadapan Jeffrey dan Alvin yang sedang memandang iba dirinya.

°°°

Di kediaman keluarga Willson.

Sean menyusuri lorong ruangan menuju kamar milik Sarah. Perlahan ia mendorong daun pintu berharap keberadaannya tidak mengganggu sang Mama yang sedang terlelap. ia melangkah masuk ke dalam tanpa menyalakan lampu kamar. Membiarkan tubuhnya menembus remang cahaya yang dihasilkan oleh sinar bulan purnama yang menerobos jendela kaca dengan selambu dibiarkan terbuka.

Ia mengecup kening sarah sebagai wujud kasih sayang sang putra kepada sang Mama.

"See you in the morning, Ma," bisik Sean menyerupai suara semut yang hampir tak terdengar.

Setelah memastikan keadaan Sarah, Sean meninggalkannya dan kembali ke kamar pribadinya. Kemudian lanjut melakukan ritual kamar mandi yaitu membersihkan tubuhnya. Kali ini dia benar-benar hanya ingin mandi, tidak ada yang lain apa lagi membuat milk shake dengan si Adik Kecilnya.

Selang tidak lama, Sean keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk kemudian mengambil baju dari dalam lemari.

Pletak!

Sebuah benda kecil terjatuh ke lantai ketika pria beriris biru itu menarik salah satu bajunya yang berada di tumpukan paling bawah. Ia menggiringnya kepalnya ke arah benda tersebut kemudian berjongkok dan meraih benda tersebut.

"Aku kira benda ini sudah tidak ada karena terbuang, ternyata masih tersimpan disini," monolog Sean seraya mengamati jepitan rambut berbetuk hati yang dia pegang.

Sean bergegas menganakan pakaiannya kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia mengangkat jepitan rambut tersebut di depan muka dan kembali mengamatinya.

"Benda ini mengingatkanku pada gadis kecil itu. Ini adalah benda kenangan terakhir darinya sebelum akhirnya aku kembali ke London. Apa dia sudah hidup bahagia sekarang? Waktu itu ia masih sangat kecil, mungkin aku tidak bisa mengenalnya jika kita bertemu sekarang," Sean masih terus bercakap dengan dirinya sendiri dengan pikiran menerawang ke masa lalu. Di mana ia pertama kali bertemu dengan si Pemilik jepitan rambut tersebut.

Hingga akhirnya ia terlelap dan membiarkan jiwanya menjelajahi Negeri Kapuk sejuta mimpi.

VISUAL ARTHUR

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

visualmu gawe ngiler kabeh😆

2022-05-23

0

Cherry

Cherry

jng2 gadis kecil yg dimaksud Sean adalah Allesya

2021-09-11

0

Rozh

Rozh

kasihan... sepertinya Arthur baik deh, gak kayak mamanya

2021-09-02

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!