Allesya yang menyadari gelagat aneh Sean seketika melongo. Dia tidak percaya dengan apa yang terpikirkan saat ini tentang Sean.
"Kak, jangan bilang kalau kau..?" Allesya menggantung kalimatnya.
"Jangan berpikiran macam-macam. Aku hanya heran saja kenapa binatang itu bisa nyasar kemari," kilah Sean. Padahal bulu kuduknya sudah meremang diikuti keringat dingin yang merembes dari pori-pori kulitnya.
"Ya sudah, kalau gitu cepat usir binatang itu," pinta Allesya yang masih bersembunyi di belakang punggung Sean.
"Kyaaakk! Kak Sean apa yang kau lakukan?" protes Allesya. Bukannya segera mengusir si Katak, Sean malah mendorong tubuh Allesya ke arah binatang yang tampak celingukan karena tersesat tersebut.
"Kau saja yang mengusirnya," titah Sean kepada Allesya seraya melempar sapu yang entah sejak kapan dan dari mana didapatkannya.
"Nggak mau, kau saja yang mengusirnya. Bukannya kau tidak takut dengan katak?" tolak Allesya lalu melempar balik sapu itu kepada Sean.
"Tidak kau saja, aku tidak ingin mengotori tanganku," Sean kembali menjejalkan batang sapu ke tangan Allesya.
Hingga akhirnya aksi saling lempar sapu tak terhindarkan.
"Ck! Akui saja kalau Kak Sean juga takut sama katak," cebik Allesya yang akhirnya memilih mengalah.
Si Gadis berlensa hazel itu berusaha mengumpulkan keberanian dan mulai mengayun-ngayunkan batang sapu yang dia pegang agar tamu tak diundang itu pergi.
"Hush...! Hush...! Katak.., kau datang tak diundang oleh karena itu pergilah tanpa diantar ya," dengan menahan rasa jijik, Allesya mencoba mengusir si Katak dengan sedikit bernegoisasi.
"Apa yang kau lakukan Allesya? Bagaimana kataknya mau pergi jika kau sedikitpun tidak berpindah dari tempatmu. Keluar dari balik punggungku," gerutu Sean yang sama-sama sedang menahan rasa jijik karena keberadaan si Katak.
"Hish! Setidaknya aku sudah berusaha mengusirnya Kak. Kau bahkan tidak melakukan apa-apa. Sedari tadi kau hanya suka memerintahku saja," cibir Allesya yang masih bersembunyi di belakang Sean.
"Apa kau lupa? Kau di sini untuk bekerja, sudah sepantasnya kau patuh akan perintahku," cerca Sean.
Pasrah, akhirnya Allesya mulai keluar dari persembunyiannya. Dengan hanya berbekal sejumput keberanian ia mendekati hewan amfibi itu. Meski hatinya sekarang sedang menjerit karena geli dan jijik.
Kwak..! Kwak..! Kwak..!
Si Katak tak henti-hentinya menguak dan melompat kesana kemari ketika Allesya beberapakali berusaha menggusurnya.
"Al! Kenapa kau malah membuatnya semakin mendekat ke arahku?" Sean semakin panik. Pria tampan itu berjalan mundur hingga tubuhnya menabrak rak buku besar.
"Allesya! Cepat kasih tahu katak itu di mana arah pintu keluarnya," seru Sean yang kemudian mengambil beberapa langkah ke samping meniru cara jalan kepiting.
"Ya Tuhan.., kenapa Kakak tampanku ini tiba-tiba berubah cerewet? Aku sedang berusaha mengusirnya. Dari pada hanya bisa berisik lebih bantu aku mengusirnya Kak," sembur Allesya kepada Sean lalu melanjutkan usahanya untuk mendeportasi si Katak.
"Hush..! Pergi!" Allesya mulai memberanikan diri untuk lebih mendekat.
"Heh?! Kak Sean apa kau tadi melihatnya? Katak itu baru saja menyeringai. Apa dia sedang meledek kita?"
"Apa kau sudah tidak waras? Mana ada katak menyeringai Allesya? Memang sudah dari kecebong ekspresi mukanya seperti itu," sembur Sean antara kesal, geregetan, dan gemas bercampur jadi satu.
Kwak..! Kwak..! Kwak..!
"Kyaaakk...! Kataknya menempel di kakiku!" Allesya berjingkat-jingkat dan reflek melompat ke dalam gendongan Sean.
Hups!
Sean yang tak kalah terkejutnya, reflek menangkap tubuh kecil Allesya dengan sigap.
Deg!
Deg!
Deg!
Tanpa Allesya sadari, posisi tubuhnya yang terlihat seperti seekor baby koala yang sedang memanjat pohon itu membuat seonggok daging di dalam rongga dada seseorang berdenyut melebihi ritme normal.
"Kyaakk..! Kenapa kataknya tidak mau menyingkir dari kakiku?" Allesya bergelinjang seperti setan kesurupan.
Deg!
Deg!
Deg!
Himpitan dua aset sintal dan kenyal pada dada lebar Sean kembali memaksa jantung itu untuk bekerja lebih keras.
"Eerrgg! Gadis ini apa tidak sadar bahwa tindakannya ini bisa menimbulkan masalah?" batin Sean yang ternyata sudah mulai menahan sengatan gejolak pada bendanya.
Tidak ingin sesuatu yang yang tak di diinginkan terjadi di luar kuasa alam sadarnya, Sean mengeratkan tangannya yang masih melingkari perut ramping Allesya.
"Apa kau tidak bisa diam?" sergah Sean dengan tatapan tajam agar gadis yang masih di dalam gendongannya tersebut berhenti menggeliatkan tubuhnya.
Sean bahkan melupakan rasa jijik pada binatang peneror bertulang belakang tersebut akibat gerakan tubuh Allesya yang seperti menari-nari di atas tubuhnya.
"Tapi kataknya masih menempel di kakiku Kak, bagaimana aku bisa diam," Allesya masih histeris. Ia mengira binatang itu masih menempel manja di kakinya karena sensasi dingin dan lembek masih sangat terasa di kulit kakinya.
"Allesya!" suara bariton yang dua oktaf lebih tinggi membuat gadis itu tersentak hingga akhirnya terdiam.
"Kak Sean..," lirih Allesya dengan perasaan menciut karena bentakan dan tatapan tajam Sean sukses mengintimidasinya.
"Kataknya sudah terlempar ke bulan karena tendangan brutal kakimu, jadi berhentilah bersikap seperti cacing kesurupan," Allesya sontak menggiring pupilnya ke arah kakinya. Dan memang benar, binatang itu sudah tidak ada.
"Fyuhh..! Syukurlah," rasa jijik dan takut Allesya akhirnya terganti oleh rasa lega.
"Sudah?" Sean menatap muka cantik Allesya yang hanya berjarak satu kilan dari mukanya.
Allesya mengangguk samar. "Hmm."
"Kalau begitu?" Sean kembali bertanya.
"Kalau begitu?" Allesya yang bingung malah balik bertanya dengan polosnya.
Sean mendesah berat. Jujur, napas berat yang terhembus mewakili hasratnya yang mati-matian ia tahan.
Kaki ramping si Gadis melilit posesif perut Sean, tangan menggelayut manja di lehernya, serta dua gunung kembar yang terus menerus menekan kuat dadanya dan bonus bibir ranum yang tersaji di depannya. Pria dewasa normal mana yang akan ihklas menampik makanan lezat di hadapannya untuk dicicipi.
"Allesya.., Allesya. Apa kau tidak takut kalau aku bisa saja mem," napas yang kian memberat membuat Sean sedikit kesulitan untuk meneruskan kalimatnya.
"Kak Sean kenapa?" tanya Allesya karena melihat Kakak tampannya berkali-kali membuang napas.
"Turun dari tubuhku sekarang Allesya.., Kau, Hah!" masih dalam mode bersabar.
"Eh..?! Ah! Maaf!" Allesya yang memang terlambat menyadari akan posisi tubuhnya dan tubuh Sean begitu intim sontak terkesiap.
Namun, sekali lagi kesabaran Sean dalam menahan godaan kembali diuji. Allesya kurang memperhatikan pinjakan kakinya ketika berusaha turun dari tubuh tinggi Sean sehingga membuat dia kehilangan keseimbangan.
"Kyaaakk!"
BRUG!
Allesya memekik sebelum tubuhnya terjerembab di atas sofa disusul Sean yang juga ikutan terjerembab menindih Allesya karena tak mampu menahan tubuh kecil gadis yang hobi membanting tubuh manusia tersebut.
"Kak Sean, bisakah kau beranjak dari tubuhku? kau sangat berat," pinta Allesya yang berusaha mendorong tubuh besar di atasnya namun ia terlihat kesulitan karena pemilik tubuh itu seolah enggan beranjak dari tempatnya.
"Kak Sean..! Kenapa kau malah menatapku seperti itu. Aku kesulitan bergerak," Rintih Allesya.
Terus terang, segila dan sebar-bar apapun Allesya, dia tetaplah gadis polos yang akan merasakan ketidak nyamanan ketika dikungkung oleh tubuh pria sekalipun pria itu adalah Sean. Apalagi saat ini Sean sedang memandangnya dengan tatapan mengintimidasi.
"Sedikit saja," ucap Sean yang membuat Allesya lagi-lagi kebingungan.
"Apanya Kak?"
Manik biru nan jernih itu menilik setiap inci muka Allesya yang semakin menampilkan itensitas kecantikannya jika dilihat dari jarak dekat. Hingga akhirnya tilikan lekat itu bermuara pada bibir ranum yang terlihat berkilau dan basah karena polesan lip gloss.
"Aku ingin mencicipinya," racauan Sean terdengar ambigu.
Entah bisikan apa yang telah mempengaruhinya. Yang jelas tembok pertahan Sean mulai roboh. Melupakan segala gengsinitas serta pendirian keasumsiannya tentang Allesya hanyalah si Gadis Kecil.
Cup!
"Manis sekali," puji Sean setelah mendaratkan satu kecupan pada bibir manis Allesya.
Srek!
Tanpa menghiraukan reaksi Allesya yang masih membatu karena terkejut akan tindakannya yang tiba-tiba, Sean menarik tengkuk leher Allesya lalu menyapu lembut bibir yang... Ah.. Mungkin saja akan memberi efek kecanduan baginya.
Dari sapuan lembut beralih ke mode lum*tan basah yang terkesan sensual. Meski Allesya masih belum merespon atau bahkan membalas pergerakan bibir kissable milik Sean namun hal itu tak menyurutkan aksi permainan bibir yang kini sudah beralih ke mode sesapan.
"Hmmp..! Hmmp..!" Sean mengakhiri kegiatannya ketika Allesya memukul-mukul kecil dadanya karen mulai kesulitan untuk bernapas.
"Kak Sean," panggilan Allesya terdengar lirih karena masih berusaha mengatur napasnya.
"Hm?" jawab Sean lalu kembali memberi satu kecupan di bibir Allesya.
"Apa kau menyimpan sesuatu di saku celanamu?" tanya Allesya.
"Hm? Kenapa?"
"Rasanya seperti ada benda keras yang menempel di pahaku," terang Allesya lalu mencoba menggiring mukanya ke bawah guna mencari tahu benda apa itu.
"Jangan dilihat, itu hanya potongan batang kayu," Sean gegas menarik muka Allesya agar berhenti untuk mencari tahu rasa penasarannya. Dia tidak ingin Allesya sampai pingsan karena melihat potongan batang kayu ajaibnya.
Sesak. Sean memang merasakan sesak pada celananya. Batangnya seolah ingin merobek kain yang membungkusnya agar bisa menghirup udara segar serta menyalurkan pelampiasan hasrat yang menyiksa. Mungkin, Sean bisa saja melahap gadis muda yang masih di bawah kungkungannya saat ini. Namun Sean tidak segila itu.
"Hmm.. Kak? Kau baru saja menciumku. Apa setelah ini status kita sebagai sepasang kekasih?" tanya Allesya kepada Sean.
Sean beranjak dari tubuh Allesya. "Kita berciuman bukan berarti kita akan menjadi sepasang kekasih."
"Tapi kita kan sudah berciuman," Allesya memberengut karena kecewa.
"Anggap saja ciuman tadi sebagai tanda awal bahwa aku akan lebih bersikap baik kepadamu. Bukan sebagai wanita tapi sebagai kelinci kecilku," timpal Sean lalu beranjak dari duduk lanjut melangkah pergi meninggalkan Allesya yang masih terlihat kesal.
"Kak Sean aku tidak mau kau anggap sebagai kelinci kecil...!"
*❣
❣
❣*
Bersambung~~
...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...
...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...
...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...
...💜💙💚💛🧡❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
batang kayu😂 itu bisa buat ngusir kodok kan😅
2022-05-24
0
Nuryanti
🤣🤣🤣🤣🤣 ada ada aja
2021-11-26
0
Bee mi amore
😂😂😂aleshya ngusir katak apa ngusir jaelangkung?? datang tak di undang pergi tak di antar😂😂😂
2021-09-19
2