Bab 20

Allesya yang menyadari gelagat aneh Sean seketika melongo. Dia tidak percaya dengan apa yang terpikirkan saat ini tentang Sean.

"Kak, jangan bilang kalau kau..?" Allesya menggantung kalimatnya.

"Jangan berpikiran macam-macam. Aku hanya heran saja kenapa binatang itu bisa nyasar kemari," kilah Sean. Padahal bulu kuduknya sudah meremang diikuti keringat dingin yang merembes dari pori-pori kulitnya.

"Ya sudah, kalau gitu cepat usir binatang itu," pinta Allesya yang masih bersembunyi di belakang punggung Sean.

"Kyaaakk! Kak Sean apa yang kau lakukan?" protes Allesya. Bukannya segera mengusir si Katak, Sean malah mendorong tubuh Allesya ke arah binatang yang tampak celingukan karena tersesat tersebut.

"Kau saja yang mengusirnya," titah Sean kepada Allesya seraya melempar sapu yang entah sejak kapan dan dari mana didapatkannya.

"Nggak mau, kau saja yang mengusirnya. Bukannya kau tidak takut dengan katak?" tolak Allesya lalu melempar balik sapu itu kepada Sean.

"Tidak kau saja, aku tidak ingin mengotori tanganku," Sean kembali menjejalkan batang sapu ke tangan Allesya.

Hingga akhirnya aksi saling lempar sapu tak terhindarkan.

"Ck! Akui saja kalau Kak Sean juga takut sama katak," cebik Allesya yang akhirnya memilih mengalah.

Si Gadis berlensa hazel itu berusaha mengumpulkan keberanian dan mulai mengayun-ngayunkan batang sapu yang dia pegang agar tamu tak diundang itu pergi.

"Hush...! Hush...! Katak.., kau datang tak diundang oleh karena itu pergilah tanpa diantar ya," dengan menahan rasa jijik, Allesya mencoba mengusir si Katak dengan sedikit bernegoisasi.

"Apa yang kau lakukan Allesya? Bagaimana kataknya mau pergi jika kau sedikitpun tidak berpindah dari tempatmu. Keluar dari balik punggungku," gerutu Sean yang sama-sama sedang menahan rasa jijik karena keberadaan si Katak.

"Hish! Setidaknya aku sudah berusaha mengusirnya Kak. Kau bahkan tidak melakukan apa-apa. Sedari tadi kau hanya suka memerintahku saja," cibir Allesya yang masih bersembunyi di belakang Sean.

"Apa kau lupa? Kau di sini untuk bekerja, sudah sepantasnya kau patuh akan perintahku," cerca Sean.

Pasrah, akhirnya Allesya mulai keluar dari persembunyiannya. Dengan hanya berbekal sejumput keberanian ia mendekati hewan amfibi itu. Meski hatinya sekarang sedang menjerit karena geli dan jijik.

Kwak..! Kwak..! Kwak..!

Si Katak tak henti-hentinya menguak dan melompat kesana kemari ketika Allesya beberapakali berusaha menggusurnya.

"Al! Kenapa kau malah membuatnya semakin mendekat ke arahku?" Sean semakin panik. Pria tampan itu berjalan mundur hingga tubuhnya menabrak rak buku besar.

"Allesya! Cepat kasih tahu katak itu di mana arah pintu keluarnya," seru Sean yang kemudian mengambil beberapa langkah ke samping meniru cara jalan kepiting.

"Ya Tuhan.., kenapa Kakak tampanku ini tiba-tiba berubah cerewet? Aku sedang berusaha mengusirnya. Dari pada hanya bisa berisik lebih bantu aku mengusirnya Kak," sembur Allesya kepada Sean lalu melanjutkan usahanya untuk mendeportasi si Katak.

"Hush..! Pergi!" Allesya mulai memberanikan diri untuk lebih mendekat.

"Heh?! Kak Sean apa kau tadi melihatnya? Katak itu baru saja menyeringai. Apa dia sedang meledek kita?"

"Apa kau sudah tidak waras? Mana ada katak menyeringai Allesya? Memang sudah dari kecebong ekspresi mukanya seperti itu," sembur Sean antara kesal, geregetan, dan gemas bercampur jadi satu.

Kwak..! Kwak..! Kwak..!

"Kyaaakk...! Kataknya menempel di kakiku!" Allesya berjingkat-jingkat dan reflek melompat ke dalam gendongan Sean.

Hups!

Sean yang tak kalah terkejutnya, reflek menangkap tubuh kecil Allesya dengan sigap.

Deg!

Deg!

Deg!

Tanpa Allesya sadari, posisi tubuhnya yang terlihat seperti seekor baby koala yang sedang memanjat pohon itu membuat seonggok daging di dalam rongga dada seseorang berdenyut melebihi ritme normal.

"Kyaakk..! Kenapa kataknya tidak mau menyingkir dari kakiku?" Allesya bergelinjang seperti setan kesurupan.

Deg!

Deg!

Deg!

Himpitan dua aset sintal dan kenyal pada dada lebar Sean kembali memaksa jantung itu untuk bekerja lebih keras.

"Eerrgg! Gadis ini apa tidak sadar bahwa tindakannya ini bisa menimbulkan masalah?" batin Sean yang ternyata sudah mulai menahan sengatan gejolak pada bendanya.

Tidak ingin sesuatu yang yang tak di diinginkan terjadi di luar kuasa alam sadarnya, Sean mengeratkan tangannya yang masih melingkari perut ramping Allesya.

"Apa kau tidak bisa diam?" sergah Sean dengan tatapan tajam agar gadis yang masih di dalam gendongannya tersebut berhenti menggeliatkan tubuhnya.

Sean bahkan melupakan rasa jijik pada binatang peneror bertulang belakang tersebut akibat gerakan tubuh Allesya yang seperti menari-nari di atas tubuhnya.

"Tapi kataknya masih menempel di kakiku Kak, bagaimana aku bisa diam," Allesya masih histeris. Ia mengira binatang itu masih menempel manja di kakinya karena sensasi dingin dan lembek masih sangat terasa di kulit kakinya.

"Allesya!" suara bariton yang dua oktaf lebih tinggi membuat gadis itu tersentak hingga akhirnya terdiam.

"Kak Sean..," lirih Allesya dengan perasaan menciut karena bentakan dan tatapan tajam Sean sukses mengintimidasinya.

"Kataknya sudah terlempar ke bulan karena tendangan brutal kakimu, jadi berhentilah bersikap seperti cacing kesurupan," Allesya sontak menggiring pupilnya ke arah kakinya. Dan memang benar, binatang itu sudah tidak ada.

"Fyuhh..! Syukurlah," rasa jijik dan takut Allesya akhirnya terganti oleh rasa lega.

"Sudah?" Sean menatap muka cantik Allesya yang hanya berjarak satu kilan dari mukanya.

Allesya mengangguk samar. "Hmm."

"Kalau begitu?" Sean kembali bertanya.

"Kalau begitu?" Allesya yang bingung malah balik bertanya dengan polosnya.

Sean mendesah berat. Jujur, napas berat yang terhembus mewakili hasratnya yang mati-matian ia tahan.

Kaki ramping si Gadis melilit posesif perut Sean, tangan menggelayut manja di lehernya, serta dua gunung kembar yang terus menerus menekan kuat dadanya dan bonus bibir ranum yang tersaji di depannya. Pria dewasa normal mana yang akan ihklas menampik makanan lezat di hadapannya untuk dicicipi.

"Allesya.., Allesya. Apa kau tidak takut kalau aku bisa saja mem," napas yang kian memberat membuat Sean sedikit kesulitan untuk meneruskan kalimatnya.

"Kak Sean kenapa?" tanya Allesya karena melihat Kakak tampannya berkali-kali membuang napas.

"Turun dari tubuhku sekarang Allesya.., Kau, Hah!" masih dalam mode bersabar.

"Eh..?! Ah! Maaf!" Allesya yang memang terlambat menyadari akan posisi tubuhnya dan tubuh Sean begitu intim sontak terkesiap.

Namun, sekali lagi kesabaran Sean dalam menahan godaan kembali diuji. Allesya kurang memperhatikan pinjakan kakinya ketika berusaha turun dari tubuh tinggi Sean sehingga membuat dia kehilangan keseimbangan.

"Kyaaakk!"

BRUG!

Allesya memekik sebelum tubuhnya terjerembab di atas sofa disusul Sean yang juga ikutan terjerembab menindih Allesya karena tak mampu menahan tubuh kecil gadis yang hobi membanting tubuh manusia tersebut.

"Kak Sean, bisakah kau beranjak dari tubuhku? kau sangat berat," pinta Allesya yang berusaha mendorong tubuh besar di atasnya namun ia terlihat kesulitan karena pemilik tubuh itu seolah enggan beranjak dari tempatnya.

"Kak Sean..! Kenapa kau malah menatapku seperti itu. Aku kesulitan bergerak," Rintih Allesya.

Terus terang, segila dan sebar-bar apapun Allesya, dia tetaplah gadis polos yang akan merasakan ketidak nyamanan ketika dikungkung oleh tubuh pria sekalipun pria itu adalah Sean. Apalagi saat ini Sean sedang memandangnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Sedikit saja," ucap Sean yang membuat Allesya lagi-lagi kebingungan.

"Apanya Kak?"

Manik biru nan jernih itu menilik setiap inci muka Allesya yang semakin menampilkan itensitas kecantikannya jika dilihat dari jarak dekat. Hingga akhirnya tilikan lekat itu bermuara pada bibir ranum yang terlihat berkilau dan basah karena polesan lip gloss.

"Aku ingin mencicipinya," racauan Sean terdengar ambigu.

Entah bisikan apa yang telah mempengaruhinya. Yang jelas tembok pertahan Sean mulai roboh. Melupakan segala gengsinitas serta pendirian keasumsiannya tentang Allesya hanyalah si Gadis Kecil.

Cup!

"Manis sekali," puji Sean setelah mendaratkan satu kecupan pada bibir manis Allesya.

Srek!

Tanpa menghiraukan reaksi Allesya yang masih membatu karena terkejut akan tindakannya yang tiba-tiba, Sean menarik tengkuk leher Allesya lalu menyapu lembut bibir yang... Ah.. Mungkin saja akan memberi efek kecanduan baginya.

Dari sapuan lembut beralih ke mode lum*tan basah yang terkesan sensual. Meski Allesya masih belum merespon atau bahkan membalas pergerakan bibir kissable milik Sean namun hal itu tak menyurutkan aksi permainan bibir yang kini sudah beralih ke mode sesapan.

"Hmmp..! Hmmp..!" Sean mengakhiri kegiatannya ketika Allesya memukul-mukul kecil dadanya karen mulai kesulitan untuk bernapas.

"Kak Sean," panggilan Allesya terdengar lirih karena masih berusaha mengatur napasnya.

"Hm?" jawab Sean lalu kembali memberi satu kecupan di bibir Allesya.

"Apa kau menyimpan sesuatu di saku celanamu?" tanya Allesya.

"Hm? Kenapa?"

"Rasanya seperti ada benda keras yang menempel di pahaku," terang Allesya lalu mencoba menggiring mukanya ke bawah guna mencari tahu benda apa itu.

"Jangan dilihat, itu hanya potongan batang kayu," Sean gegas menarik muka Allesya agar berhenti untuk mencari tahu rasa penasarannya. Dia tidak ingin Allesya sampai pingsan karena melihat potongan batang kayu ajaibnya.

Sesak. Sean memang merasakan sesak pada celananya. Batangnya seolah ingin merobek kain yang membungkusnya agar bisa menghirup udara segar serta menyalurkan pelampiasan hasrat yang menyiksa. Mungkin, Sean bisa saja melahap gadis muda yang masih di bawah kungkungannya saat ini. Namun Sean tidak segila itu.

"Hmm.. Kak? Kau baru saja menciumku. Apa setelah ini status kita sebagai sepasang kekasih?" tanya Allesya kepada Sean.

Sean beranjak dari tubuh Allesya. "Kita berciuman bukan berarti kita akan menjadi sepasang kekasih."

"Tapi kita kan sudah berciuman," Allesya memberengut karena kecewa.

"Anggap saja ciuman tadi sebagai tanda awal bahwa aku akan lebih bersikap baik kepadamu. Bukan sebagai wanita tapi sebagai kelinci kecilku," timpal Sean lalu beranjak dari duduk lanjut melangkah pergi meninggalkan Allesya yang masih terlihat kesal.

"Kak Sean aku tidak mau kau anggap sebagai kelinci kecil...!"

*❣

❣*

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

batang kayu😂 itu bisa buat ngusir kodok kan😅

2022-05-24

0

Nuryanti

Nuryanti

🤣🤣🤣🤣🤣 ada ada aja

2021-11-26

0

Bee mi amore

Bee mi amore

😂😂😂aleshya ngusir katak apa ngusir jaelangkung?? datang tak di undang pergi tak di antar😂😂😂

2021-09-19

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!