Di sebuah Coffe Shop tempat Allesya bekerja.
"Selamat pagi Farena," salam Allesya yang baru saja sampai. Seperti biasa, gadis berlensa hazel itu selalu memulai harinya dengan semangat.
"Al, ini ada bingkisan untukmu," ucap Farena seraya meletakkan sebuah kotak bewarna gold berhias pita berwarna senada itu di atas bar counter. Dia bahkan tak membalas ucapan selamat pagi Allesya.
Allesya yang baru saja menjejakkan kakinya di balik bar counter tampak memperhatikan bingkisan tersebut seraya memasang apron barista di tubuhnya. "Dari siapa?"
"Biasalah, dari pengagummu," jawab Farena.
"Ow, terima kasih ya," respon Allesya tampak biasa-biasa saja lalu meletakkan kotak bingkisan tersebut pada rak belakang counter tanpa berniat membukanya.
"Apa kau tidak penasaran dengan isinya?" bagaimanapun juga Farena sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya dengan apa isi bingkisan tersebut. Dari bungkusnya saja sudah terlihat mewah, apa lagi di dalamnya.
"Buka saja jika kau penasaran," balas Allesya tanpa melihat ke arah teman kerjanya itu. Dia tampak sibuk menguncir rambut panjangnya.
"Ck! Sombong sekali dia. Mentang-mentang banyak pria yang menggilainya," batin Farena yang diam-diam memang memendam rasa iri kepada Allesya.
Dengan rasa ingin tahu yang sudah mencapai ubun-ubun, Farena membuka bingkisan berukuran sedang tersebut. Sepasang matanya seketika membola dengan mulut sedikit menganga di kala melihat isi bingkisan yang sukses membuatnya terkesima.
"Astaga...! Barang ini cantik sekali. Aku sangat tahu benda ini memiliki harga yang sangat mahal," batin Farena tertegun karena merasa silau akan keberadaan benda berkilau di depannya. Sebuah jam tangan cantik yang diyakini dari brand terkenal.
Farena terkesiap ketika Allesya menepuk bahunya yang masih dalam mode membatu karena efek tertegun maksimal.
"Kenapa kau malah terdiam?" tanya Allesya kemudian ia melirik ke arah selembar kartu ucapan yang berisikan beberapa rangkaian kata-kata indah sebagai bentuk rasa kagum dari si pengirim bingkisan. Di sana juga tertera nama si pengirim.
"Aku akan mengembalikan benda ini," putus Allesya lalu menutup kembali bingkisan tersebut.
Farena sontak terperangah tak percaya akan tindakan Allesya. "Ck! Lagi-lagi dia bersikap sok naif seolah tidak menginginkan barang-barang mewah. Padahal aku sangat tahu saat ini dia sedang mengejar-ngejar seorang pria dewasa kaya raya," rasa dengki dan iri tampaknya semakin menyelimuti hati Farena.
°°°
"Kakek kenapa kau membawa kotak bekal makanan itu ke kantorku?" protes Sean dengan mimik muka yang sudah ditekuk kusut seperti jemuran baju yang belum disetrika.
"Apa aku pernah mengajarimu untuk tidak menghargai pemberian orang lain?" tukas Henry kepada cucu semata wayangnya.
"Bukan begitu Kek, aku hanya risih pada gadis itu yang selalu mengejar-ngejarku. Jika aku menerima pemberiannya, dia bisa besar kepala dan semakin menggila," Sean membela diri karena tidak terima jika disalahkan terus-terusan oleh sang Kakek.
"Lalu apa kabarnya para wanita binal yang juga mengejar-ngejarmu itu? Kau bahkan membentang lebar tanganmu dan membiarkan mereka menjamah tubuhmu sesuka hati. Sudah berapa kali kau berganti-ganti pasangan? Bahkan dari semua wanita yang kau kencani tidak ada satupun dari mereka yang merupakan wanita baik-baik," sengit Henry.
"Para wanita yang aku kencani itu tidak sama dengan gadis gila itu Kek. Mereka bisa membuatku senang. Sedangkan gadis itu selalu berbuat onar di sekitarku. Selalu merusak kesenanganku dan membuatku gila. Lagian dia masih terlalu muda untukku, aku tidak suka berkencan dengan gadis di bawah umur," sanggah Sean tak kalah sengit.
Tak! Tak! Tak!
"Aw! Apa Kakek ingin membunuhku? Kau bisa melubangi kepalaku dengan tongkatmu itu!" Sean meringis kesakitan diselingi sebuah protesan karena Henry selalu tak segan-segan menggetok kepalanys dengan tongkat setiap kali berdebat.
"Dasar cucu tak beradab! Di umur yang sudah menginjak 25 tahun sudah seharusnya kau mencari pasangan yang ber-attitude baik bukan malah bersenang-senang dengan para wanita liar. Apa kau tidak sadar, kau telah menyia-nyiakan batu berlian hanya demi memungut batu-batu kerikil yang tak bernilai?" hardik Henry seraya menodong-nodongkan tongkat satu kakinya ke arah muka tampan Sean.
Beruntung jarak antara tongkat dan muka Sean sedikit jauh. Kalau tidak, mungkin muka tampan yang sudah menjadi aset beharga bawaan lahir itu sudah berlubang.
"Kek, bisakah kau jauhkan tongkatmu itu dari mukaku? Tindakanmu itu sangat mengerikan," sedetik kemudian Sean menyadari ucapan sang Kakek dan tampak menautkan kedua pangkal alisnya.
"Apa sangkut pautnya dengan batu berlian dan kerikil Kek? Sean tidak mengerti."
"Kau sangat tampan tapi kenapa otakmu sangat bodoh," cibir Henry yang berniat melayangkan kembali tongkatnya ke kepala Sean namun urung dilakukan. Dia benar-benar gemas kepada sang Cucu.
"Kalau aku bodoh, tidak mungkin aku bisa duduk di kursi kebesaranku sebagai CEO saat ini," cicit Sean tidak terima.
Henry sejenak terdiam, ia sempat membenarkan perkataan cucu laki-lakinya tersebut.
"Ah, cucuku itu memang tidak bodoh, tapi hanya kurang pintar saja."
Sean mendesah kasar. "Apa bedanya Kek antara bodoh dan kurang pintar?"
"Asal kau tahu, batu berlian itu adalah Allesya, sedangkan para wanita yang kau kencani hanyalah batu kerikil," tukasnya.
"Kek, kau saja belum lama mengenal gadis itu. Kau bahkan tidak mengetahui latar belakangnya, siapa keluarganya dan di mana tempat tinggalnya bukan. Terus kenapa bisa semudah itu Kakek berasumsi bahwa dia adalah sebuah batu berlian?" tukas Sean yang sangat jengah akan cara pandang Kakeknya terhadap Allesya yang menurutnya sangat berlebihan.
"Terus apa yang kau tahu tentang gadis itu hingga kau membencinya?" Alih-alih menjawab pertanyaan Sean yang penuh tuntutan ia malah balik bertanya.
Sean memijit kedua pelipisnya yang mendadak pusing. Sebenarnya dia ingin sekali segera mengakhiri perdebatannya dengan sang Kakek.
"Kek sudah berapa kali harus aku katakan bahwa aku tidak membencinya. Aku hanya merasa risih dengan sikap bar-barnya yang sering membuatku malu di depan umum. Apa lagi dia masih kecil Kek..., umur kami terpaut 7 tahun. Apa Kakek tega jika cucumu yang terlampau tampan ini dipandang sebagai pedofil?" jelas Sean berharap sang Kakek berhenti memaksanya untuk menerima Allesya sebagai kekasihnya. 'Tidak! Itu tidak akan terjadi' kalimat itu yang terus ditegaskan Sean di dalam hatinya.
"Aku penasaran, apa gadis bar-bar itu memang telah meracuni pikiran otak Kakek sehingga membuat Kakek berpihak agar mau membantunya untuk mendekatiku. Kalau memang benar, sungguh dia gadis yang licik," cerocos Sean seenak lidahnya.
Henry membenahi kacamatanya seraya menyungging salah satu sudut bibirnya hingga terbentuklah seutas senyuman yang penuh akan makna. Pria tua itu mendudukkan tubuhnya pada kursi yang berada di seberang meja kerja Sean lalu meraih kotak bekal yang keberadaanya sempat tak dianggap, sungguh miris.
Sekali lagi, mukanya semakin berseri setelah melihat menu sarapan yang dibuat Allesya untuk Sean. Pria tua itu tampak mendengus geli setelah menyadari bahwa Allesya menata makanan tersebut dengan sangat cantik, sehingga membuatnya tidak tega untuk memakannya.
Setelah sesaat perhatiannya teralihkan pada bekal tersebut, akhirnya Henry kembali bersuara.
"Gadis manis itu bahkan tidak tahu bahwa lelaki tua yang dia ajak berteman ini adalah Kakek dari pria yang dia gilai. Jadi bagaimana bisa kau menuduhnya licik," sanggah Henry yang tidak terima jika cucu kesayangannya menuduh Allesya sembarangan.
Bagaikan rekaman video yang sedang berputar, bayangan ingatan cerita di saat Henry pertama kali bertemu dengan Allesya kembali mengulang.
❣
❣
❣
Bersambung~~
...Terima kasih sudah berkenan mampir pada tulisan receh Nofi ini. Mohon dukungannya dengan cara meninggalkan jejak like dan comment ya. Kalau ada rejeki lebih bolehlah sumbangkan gift dan vote mingguannya sebagai apresiasi karya Nofi. Dukungan kalian merupakan penyemangat behargaku. *I love you***😘**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
ya wis, aku lanjut ini lagi😏😏😏😏
2022-05-11
0
™febri@n.*
mudah di menge ti tulisan nya thor
2022-02-27
0
Laskar Pelangi
masih baca
2021-11-15
1