Bab 2

Di sebuah Coffe Shop tempat Allesya bekerja.

"Selamat pagi Farena," salam Allesya yang baru saja sampai. Seperti biasa, gadis berlensa hazel itu selalu memulai harinya dengan semangat.

"Al, ini ada bingkisan untukmu," ucap Farena seraya meletakkan sebuah kotak bewarna gold berhias pita berwarna senada itu di atas bar counter. Dia bahkan tak membalas ucapan selamat pagi Allesya.

Allesya yang baru saja menjejakkan kakinya di balik bar counter tampak memperhatikan bingkisan tersebut seraya memasang apron barista di tubuhnya. "Dari siapa?"

"Biasalah, dari pengagummu," jawab Farena.

"Ow, terima kasih ya," respon Allesya tampak biasa-biasa saja lalu meletakkan kotak bingkisan tersebut pada rak belakang counter tanpa berniat membukanya.

"Apa kau tidak penasaran dengan isinya?" bagaimanapun juga Farena sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya dengan apa isi bingkisan tersebut. Dari bungkusnya saja sudah terlihat mewah, apa lagi di dalamnya.

"Buka saja jika kau penasaran," balas Allesya tanpa melihat ke arah teman kerjanya itu. Dia tampak sibuk menguncir rambut panjangnya.

"Ck! Sombong sekali dia. Mentang-mentang banyak pria yang menggilainya," batin Farena yang diam-diam memang memendam rasa iri kepada Allesya.

Dengan rasa ingin tahu yang sudah mencapai ubun-ubun, Farena membuka bingkisan berukuran sedang tersebut. Sepasang matanya seketika membola dengan mulut sedikit menganga di kala melihat isi bingkisan yang sukses membuatnya terkesima.

"Astaga...! Barang ini cantik sekali. Aku sangat tahu benda ini memiliki harga yang sangat mahal," batin Farena tertegun karena merasa silau akan keberadaan benda berkilau di depannya. Sebuah jam tangan cantik yang diyakini dari brand terkenal.

Farena terkesiap ketika Allesya menepuk bahunya yang masih dalam mode membatu karena efek tertegun maksimal.

"Kenapa kau malah terdiam?" tanya Allesya kemudian ia melirik ke arah selembar kartu ucapan yang berisikan beberapa rangkaian kata-kata indah sebagai bentuk rasa kagum dari si pengirim bingkisan. Di sana juga tertera nama si pengirim.

"Aku akan mengembalikan benda ini," putus Allesya lalu menutup kembali bingkisan tersebut.

Farena sontak terperangah tak percaya akan tindakan Allesya. "Ck! Lagi-lagi dia bersikap sok naif seolah tidak menginginkan barang-barang mewah. Padahal aku sangat tahu saat ini dia sedang mengejar-ngejar seorang pria dewasa kaya raya," rasa dengki dan iri tampaknya semakin menyelimuti hati Farena.

°°°

"Kakek kenapa kau membawa kotak bekal makanan itu ke kantorku?" protes Sean dengan mimik muka yang sudah ditekuk kusut seperti jemuran baju yang belum disetrika.

"Apa aku pernah mengajarimu untuk tidak menghargai pemberian orang lain?" tukas Henry kepada cucu semata wayangnya.

"Bukan begitu Kek, aku hanya risih pada gadis itu yang selalu mengejar-ngejarku. Jika aku menerima pemberiannya, dia bisa besar kepala dan semakin menggila," Sean membela diri karena tidak terima jika disalahkan terus-terusan oleh sang Kakek.

"Lalu apa kabarnya para wanita binal yang juga mengejar-ngejarmu itu? Kau bahkan membentang lebar tanganmu dan membiarkan mereka menjamah tubuhmu sesuka hati. Sudah berapa kali kau berganti-ganti pasangan? Bahkan dari semua wanita yang kau kencani tidak ada satupun dari mereka yang merupakan wanita baik-baik," sengit Henry.

"Para wanita yang aku kencani itu tidak sama dengan gadis gila itu Kek. Mereka bisa membuatku senang. Sedangkan gadis itu selalu berbuat onar di sekitarku. Selalu merusak kesenanganku dan membuatku gila. Lagian dia masih terlalu muda untukku, aku tidak suka berkencan dengan gadis di bawah umur," sanggah Sean tak kalah sengit.

Tak! Tak! Tak!

"Aw! Apa Kakek ingin membunuhku? Kau bisa melubangi kepalaku dengan tongkatmu itu!" Sean meringis kesakitan diselingi sebuah protesan karena Henry selalu tak segan-segan menggetok kepalanys dengan tongkat setiap kali berdebat.

"Dasar cucu tak beradab! Di umur yang sudah menginjak 25 tahun sudah seharusnya kau mencari pasangan yang ber-attitude baik bukan malah bersenang-senang dengan para wanita liar. Apa kau tidak sadar, kau telah menyia-nyiakan batu berlian hanya demi memungut batu-batu kerikil yang tak bernilai?" hardik Henry seraya menodong-nodongkan tongkat satu kakinya ke arah muka tampan Sean.

Beruntung jarak antara tongkat dan muka Sean sedikit jauh. Kalau tidak, mungkin muka tampan yang sudah menjadi aset beharga bawaan lahir itu sudah berlubang.

"Kek, bisakah kau jauhkan tongkatmu itu dari mukaku? Tindakanmu itu sangat mengerikan," sedetik kemudian Sean menyadari ucapan sang Kakek dan tampak menautkan kedua pangkal alisnya.

"Apa sangkut pautnya dengan batu berlian dan kerikil Kek? Sean tidak mengerti."

"Kau sangat tampan tapi kenapa otakmu sangat bodoh," cibir Henry yang berniat melayangkan kembali tongkatnya ke kepala Sean namun urung dilakukan. Dia benar-benar gemas kepada sang Cucu.

"Kalau aku bodoh, tidak mungkin aku bisa duduk di kursi kebesaranku sebagai CEO saat ini," cicit Sean tidak terima.

Henry sejenak terdiam, ia sempat membenarkan perkataan cucu laki-lakinya tersebut.

"Ah, cucuku itu memang tidak bodoh, tapi hanya kurang pintar saja."

Sean mendesah kasar. "Apa bedanya Kek antara bodoh dan kurang pintar?"

"Asal kau tahu, batu berlian itu adalah Allesya, sedangkan para wanita yang kau kencani hanyalah batu kerikil," tukasnya.

"Kek, kau saja belum lama mengenal gadis itu. Kau bahkan tidak mengetahui latar belakangnya, siapa keluarganya dan di mana tempat tinggalnya bukan. Terus kenapa bisa semudah itu Kakek berasumsi bahwa dia adalah sebuah batu berlian?" tukas Sean yang sangat jengah akan cara pandang Kakeknya terhadap Allesya yang menurutnya sangat berlebihan.

"Terus apa yang kau tahu tentang gadis itu hingga kau membencinya?" Alih-alih menjawab pertanyaan Sean yang penuh tuntutan ia malah balik bertanya.

Sean memijit kedua pelipisnya yang mendadak pusing. Sebenarnya dia ingin sekali segera mengakhiri perdebatannya dengan sang Kakek.

"Kek sudah berapa kali harus aku katakan bahwa aku tidak membencinya. Aku hanya merasa risih dengan sikap bar-barnya yang sering membuatku malu di depan umum. Apa lagi dia masih kecil Kek..., umur kami terpaut 7 tahun. Apa Kakek tega jika cucumu yang terlampau tampan ini dipandang sebagai pedofil?" jelas Sean berharap sang Kakek berhenti memaksanya untuk menerima Allesya sebagai kekasihnya. 'Tidak! Itu tidak akan terjadi' kalimat itu yang terus ditegaskan Sean di dalam hatinya.

"Aku penasaran, apa gadis bar-bar itu memang telah meracuni pikiran otak Kakek sehingga membuat Kakek berpihak agar mau membantunya untuk mendekatiku. Kalau memang benar, sungguh dia gadis yang licik," cerocos Sean seenak lidahnya.

Henry membenahi kacamatanya seraya menyungging salah satu sudut bibirnya hingga terbentuklah seutas senyuman yang penuh akan makna. Pria tua itu mendudukkan tubuhnya pada kursi yang berada di seberang meja kerja Sean lalu meraih kotak bekal yang keberadaanya sempat tak dianggap, sungguh miris.

Sekali lagi, mukanya semakin berseri setelah melihat menu sarapan yang dibuat Allesya untuk Sean. Pria tua itu tampak mendengus geli setelah menyadari bahwa Allesya menata makanan tersebut dengan sangat cantik, sehingga membuatnya tidak tega untuk memakannya.

Setelah sesaat perhatiannya teralihkan pada bekal tersebut, akhirnya Henry kembali bersuara.

"Gadis manis itu bahkan tidak tahu bahwa lelaki tua yang dia ajak berteman ini adalah Kakek dari pria yang dia gilai. Jadi bagaimana bisa kau menuduhnya licik," sanggah Henry yang tidak terima jika cucu kesayangannya menuduh Allesya sembarangan.

Bagaikan rekaman video yang sedang berputar, bayangan ingatan cerita di saat Henry pertama kali bertemu dengan Allesya kembali mengulang.

Bersambung~~

...Terima kasih sudah berkenan mampir pada tulisan receh Nofi ini. Mohon dukungannya dengan cara meninggalkan jejak like dan comment ya. Kalau ada rejeki lebih bolehlah sumbangkan gift dan vote mingguannya sebagai apresiasi karya Nofi. Dukungan kalian merupakan penyemangat behargaku. *I love you***😘**...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

ya wis, aku lanjut ini lagi😏😏😏😏

2022-05-11

0

™febri@n.*

™febri@n.*

mudah di menge ti tulisan nya thor

2022-02-27

0

Nuryanti

Nuryanti

masih baca

2021-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!