Bab 15

JGERRR...!

Suara gemuruh petir terdengar menggelegar. Menggetarkan jiwa-jiwa yang tenggelam dalam ketakutan. Cambuk kilat menghantam dahsyat ruang langit secara membabi buta. Seolah sedang meluapkan segala amarah yang tertimbun rapi di balik awan kelabu.

Wuushhh..!

Kresekkk..! Kresekkk..! Kresekkk..!

Angin badai yang menerpa, menggoyangkan pohon-pohon yang berdiri kokoh. Diikuti derasnya hujaman air hujan yang menerjang bumi.

JGERRR...!

Kilatan cahaya berkali-kali membelah langit, memberi penerangan sesaat pada gelapnya malam dingin dan mencekam.

CEPLAS! CEPLAS! CEPLAS!

"Ampun Ayah...! Aku janji tidak akan nakal! Hiks! Hiks! Ampun Ayah. Aahhhk! Sakit Ayah!" Seorang gadis kecil merintih kesakitan dan memohon ampun agar sang Ayah berhenti mencambuknya.

"Dasar anak nakal tak berguna! Kau sebaiknya mati saja!" entah kemana perginya rasa kemanusian yang seharusnya dimiliki makhluk berhati itu. Ia masih terus menyiksa gadis kecil yang tak berdosa dan tampak tak berdaya. Gadis kecil yang selalu dia jadikan pelampiasaan kemarahannya jika kalah berjudi atau sedang mabuk berat.

"Ibu..! Tolong Bu..! Sakit Bu..! Hiks! Hiks!" si Gadis kecil memanggil-manggil sang Ibu guna meminta pertolongan, berharap ia bisa segera terbebas dari siksaan sang Ayah.

Akan tetapi, sang Ibu hanya terlihat berdiri dengan mimik muka ketakutan di balik daun pintu yang bercela. Menyaksikan si Gadis kecil malang tersebut menjadi bulan-bulanan sang Suami yang sedang kalap.

"Ibu..! Tolong Bu! Hiks!" teriak si Gadis memohon pertolongan, namun wanita yang disebut Ibu tersebut memilih untuk pergi.

"Ayah..! Sakit Ayah! Aku janji tidak akan nakal..!" si Gadis terus memohon dan memohon seraya menangkupkan kedua tangan, berharap belas kasihan dari sang Ayah.

Sepertinya setan telah menguasahi telak hatinya yang gelap. Semakin si Gadis merintih kesakitan, semakin menggencarkan siksaanya seraya tertawa puas, seolah suara rintihan si Gadis itu adalah sebuah alunan simponi yang begitu merdu di telinga.

Suara gemuruh petir dan hembusan angin badai menjadi satu dalam deru derasnya hujan. Membuat suasana malam penyiksaan itu semakin mencekam, kelam, dan suram.

"Ayah! Jangan Ayah! Aku aku takut!" rengek si Gadis yang kian ketakutan ketika sang Ayah mendekat seraya menghembuskan asap kematian ke muka polosnya.

"Ku pastikan kau tidak akan pernah melupakanku anak nakal," bisik sang Ayah lalu mulai mengangkat puntung rokok yang sudah terbakar ujungnya hendak menonyoskan ke punggung si Gadis malang tersebut.

Gadis malang itu menggeleng cepat di sela isakan tangisannya. "Hiks! Hiks! Aku tidak akan nakal lagi Ayah," ia terus mengulang kata-katanya agar si Ayah mendengarnya. Namun usahanya terlihat sangat sia-sia hingga akhirnya sebuah sensasi panas akibat kulit yang terbakar kembali menyiksanya.

Cesss...!

"TIDAKKK....!"

"Allesya sayang... Kau mengalami mimpi buruk lagi?" tanya seorang wanita berusia senja, Fanne.

Mendengar Allesya menjerit ia langsung terbangun dan bergegas mendatangi cucunya tersebut dengan membawa lampu senter di tangannya karena sedang mati lampu.

"Nenek..!" pekik Allesya langsung memeluk sang Nenek.

"Iya sayang, Nenek di sini, jangan khawatir," Fanne mengusap lembut kepala Allesya, mencoba menenangkan.

"Nek kenapa gelap sekali? Aku sangat takut dengan ruangan gelap," Kesah Allesya dengan tubuh yang masih bergetar.

"Mungkin sedang mati lampu sayang, kau tenang saja dan jangan takut. Nenek akan menemanimu tidur hingga lampunya menyala lagi," tutur lembut Fanne.

"Sekarang kembalilah tidur ya," sambung Fanne kembali yang langsung mendapat anggukan kepala Allesya sebagai jawaban.

"Nek, tadi Allesya kembali memimpikan hal yang sama," ucap Allesya yang sudah tenggelam di dalam selimut tebalnya seraya memeluk tubuh Fanne.

"Tidak apa-apa sayang, apa yang kau mimpikan tadi tidak akan terulang kembali. Jadi kau tenang saja ya," Fanne sangat tahu tentang mimpi apa yang sering dialami Allesya, cucunya.

Sebenarnya itu bukan hanya sekedar mimpi, melainkan pengalaman pahit yang dialami Allesya di waktu kecil secara nyata dan memori-memori ingatan itu sering kali menghantuinya kembali lewat mimpi.

Allesya memang sangat takut berada di ruangan gelap apalagi sendirian. Hal itu disebabkan karena adanya serangan traumatik pada jiwanya. Dulu, Allesya kecil pernah dikurung di ruangan gelap selama 3 hari oleh Ayahnya.

"Nek, Kenapa Ayah sangat membenciku? Bahkan ketika sudah meninggal sekalipun ia masih terus menyiksaku lewat mimpiku," suara Allesya bergetar karena menahan tangis.

Ada perasaan lain yang datang ketika Allesya mengatakan bahwa Ayahnya sudah meninggal. Sejujurnya, Fanne masih meragukan kematian suami dari putrinya tersebut. Waktu itu, dia bahkan tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri jasad menantunya.

"Dia tidak membencimu sayang, mungkin dia sedang khilaf saja."

"Tapi kenapa Ayah hanya bersikap kasar kepadaku? Dia bahkan terlihat menyayangi Kakak," Allesya seolah membantah bahwa kekejaman Ayahnya dulu hanya sekedar kekhilafan semata.

"Dan Ibu pasti juga sangat membenciku. Dia pergi hanya membawa Kakak dan meninggalkanku sendirian di rumah saat itu," tambah Allesya terdengar sedih namun tidak ada setitikpun bersitan kebencian di hatinya. Bahkan hingga saat ini dia sangat merindukan Ibunya.

"Nek, sebenarnya apa alasannya sehingga kedua orangtuaku tidak menginginkanku? Mereka hanya menyayangi Kakak," imbuh Allesya yang sepertinya mulai terbawa suasana.

DEG!

"Nenek mana mungkin memberi tahumu alasan yang sebenarnya sayang," batin Fanne.

"Allesya sayang, tidak apa-apa kalau mereka tidak menginginkanmu. Masih ada Nenek disini yang akan selalu menyayangimu sepenuh hati. Apakah itu belum cukup?"

Allesya menggeleng cepat." Tidak Nek. Kehadiran Nenek di dalam hidupku adalah kebahgiaanku. Kasih sayang Nenek selalu berlimpah ruah untukku," Allesya semakin mengeratkan pelukannya. Kesedihannya seakaan terlebur begitu saja di kala Fanne mengecup ujung kepalanya.

"Gadis pintar. Tetaplah menjadi Allesya yang kuat dan periang. Nenek bangga kepadamu sayang. Apa lagi ketika Nenek melihatmu menghajar para preman yang meresahkan masyarakat waktu itu. Sungguh gadis kecil yang mengagumkan. Tidak rugi Nenek memberimu banyak makanan yang bergizi," Fanne terkikik yang dibarengi senyuman bahagia Allesya.

"Ya sudah, sekarang cepat kembali tidur. Bukankah besok kau akan bekerja," tutur Fanne yang langsung mendapat anggukan patuh Allesya.

°°°

Sang Surya mulai merangkak menuju singgasana kebesarannya. Menebarkan cahaya emas berkilau yang menghangatkan setiap kalbu.

Gadis cantik berlensa hazel tampak sedang memantaskan diri di depan kaca panjang yang berdiri di salah satu sudut ruang kamarnya.

"Apa benar dadaku ini sangat rata?" monolog Allesya seraya menangkup kedua dadanya. Ia tiba-tiba kembali teringat akan ledekan Sean kemarin.

Sekilas gadis itu tampak sedang berpikir hingga akhirnya senyuman manis terbit di mukanya karena sebuah ide muncul di otaknya.

Allesya mengambil beberapa pasang kaos kaki lalu menjejalnya ke dalam cangkang BH yang membungkus gunung kembarnya.

Senyuman Allesya mengembang sempurna ketika melihat ukuran dadanya terlihat lebih besar dan bulat.

Sedetik kemudian, muka berserinya perlahan memudar dan membentuk muka datar, sedatar lembaran triplek.

"Ck! aku seperti sedang menyimpan dua buah melon di dadaku. Isshh! Ini sangat memalukan. Sebaiknya jangan," Allesya menarik kembali kain kaos kaki dari cangkang BHnya. Membuangnya ke sembarang arah kemudian lanjut keluar kamar dengan menenteng tas kecil di pundaknya.

"Allesya sayang, kau harus sarapan dulu," tutur Fanne.

"Iya Nek," jawab Allesya patuh.

Setelah selesai mengisi ruang perutnya yang kosong dengan makanan, gadis itu membawa semua piring kotor menuju wastafel cuci piring.

"Nek, aku berangkat kerja dulu ya," pamit Allesya setelah mencium pipi Fanne.

Tidak lupa dia membawa kotak bekal sarapan yang telah ia siapkan sendiri sebelum mandi.

"Hati-hati ya sayang," nasehat Fanne kepada Allesya.

"Tentu saja Nek, bye..," Allesya gegas keluar rumah membawa jiwa semangat dan selalu energik. Mengingat, ini hari pertama baginya bekerja di kediaman keluarga Willson yang berarti kuantitas bertemu dengan si Pangeran berkuda putihnya akan lebih banyak.

"Kakak..," lirih Allesya ketika melihat keberadaan seorang pria yang tengah berjalan memasuki pelataran rumah kecilnya.

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

miris masalalu Allesya

2022-05-23

0

Nuryanti

Nuryanti

yaaahhh ... gimana dong. jadi makin ribet aja

2021-11-22

0

Dee

Dee

Assalamualaikum kak.
Aku udah baca dan semangat terus ya...

Jangan lupa baca karyaku juga.

-PEREMPUAN DAN LANGIT.
-LUCA

Makasih..

2021-10-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!