Bab 12

Di salah satu sudut ruangan keluarga, terlihat dua orang pria berbeda generasi sedang larut dalam percakapan.

"Kek, bukankah kita sudah memperkerjakan seseorang untuk merawat Mama? Untuk apa lagi Kakek memperkerjakan gadis itu juga?"

Sean terlihat kurang setuju ketika mengetahui sang Kakek meminta Allesya untuk bekerja merawat Sarah. Baginya, keberadaan Allesya yang selalu ia anggap sebagai gadis kecil di bawah umur itu sudah sering membuatnya frustasi selama ini.

Allesya tak lebih dari seorang peneror di mata Sean. Hampir semua tentang Sean bisa diketahuinya. Dari segala kegiatannya, kesukaan, kebiasaan dan bahkan dengan siapa ia sedang berkencan.

Belum lagi kiriman rutin pesan spam di setiap pagi, siang, sore, malam, hingga menjelang pagi kembali.

Ada usaha untuk mengganti nomor telepon, namun berakhir sia-sia. Nyatanya, kurang dari 24 jam, Allesya bisa dengan mudah mengetahui nomor telepon barunya.

Sungguh makhluk dua dunia yang penuh akan kejutan. Begitulah yang sering terlintas di otak Sean.

Gadis itu bahkan sering menghancurkan acara kencan dan mempermalukan Sean di depan para kekasihnya yang sekarang tentunya sudah menjadi mantan.

Dan sekarang apa lagi? Jika Allesya bekerja di rumahnya bukankah itu berarti mereka akan sering bertemu? Dan tentunya ada kemungkinan besar Allesya akan semakin menjadi.

Henry mencubit cangkir dan menyesap beberapa tetes teh chamomile yang masih mengepulkan asap panas sebelum akhirnya dia bersuara. "Sean cucuku, apa kau meragukan keputusanku?"

"Iya kali ini aku meragukan keputusanmu," sahut Sean mantap.

"Apa karena orang itu Allesya?"

"Apa perlu aku menjawabnya? Kakek bahkan sudah tahu jawabannya."

"Kenapa kau sangat membencinya Sean, dia gadis yang baik."

"Kek, aku tidak pernah membencinya, aku hanya merasa kurang nyaman jika di dekati gadis di bawah umur. Apa dia tidak punya harga diri? Aku bahkan sudah berkali-kali menolaknya tapi dia masih terus mengejarku. Kalau aku jadi dia, pasti sudah menenggelamkan diriku di dasar lautan karena tidak kuat menanggung malu."

"Sean jangan berkata seperti itu, kau bisa kemakan dengan perkataanmu sendiri," Henry tampak tidak suka dan mencoba mengingatkan cucu lelakinya.

"Itu tidak mungkin Kek, aku tidak mungkin menggilai gadis di bawah umur," kelit Sean dengan kepercayaan diri yang begitu tinggi.

"Tidak selamanya dia akan hidup sebagai gadis di bawah umur. Kelak dia juga akan menjadi wanita dewasa. Dan lagi, dia bukannya tidak memiliki harga diri, tapi dia hanya seorang gadis yang gigih memperjuangkan cintanya. Malah justru para kekasihmu itu yang tidak punya harga diri. Demi bisa mendekatimu mereka rela membuka kakinya lebar-lebar di depanmu..., hah..! Cucuku yang tampan ini memang terlewat pintar," tandas Henry diselingi sindiran pedas.

"Tapi aku tidak pernah meniduri mereka Kek, aku sudah berhenti semenjak..,"

"Semenjak kau mencintai istri sahabatmu, dan untuk melupakan perasaan cinta terlarangmu itu, kau berkencan dengan semua wanita yang berada di setiap sudut negeri ini," sela Henry yang sudah sangat tahu akan seluk beluk kisah cinta cucunya yang kandas sebelum sempat memiliki.

Sungguh miris.

"Setidaknya usahaku itu lebih baik daripada aku harus menjadi perebut istri orang," bela Sean seraya membuang muka ke sembarang arah.

"Dengan cara memacari setiap wanita tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu begitu maksudmu? Coba sekali saja kau lihat Allesya, dia gadis yang baik."

"Ujung-ujungnya kau pasti menyangkut pautkan dengan gadis itu. Jangan-jangan ini juga salah satu tujuan Kakek untuk mendekatkanku dengan gadis peneror itu? Dengan cara mempekerjakannya di sini," cebik Sean.

Henry tampak mengulum senyumnya. Pasalnya dia memang sedikit membenarkan tuduhan Sean.

"Iya tentu saja itu salah satu tujuanku," aku Henry terang-terangan.

"Sudah ku duga."

"Tapi aku juga mempunyai tujuan lain. Ikut Kakek sekarang," titah Henry yang melenggang terlebih dahulu. Tentunya diikuti Sean meski tampak terpaksa.

Henry membawa Sean menuju taman belakang mansion yang berdampingan dengan kolam ikan koi.

"Coba kau lihat mereka di sana. Kakek yakin setelah melihatnya, kau pun bakal memiliki penialian yang sama denganku," tutur Henry tanpa melihat ke arah Sean yang berada di sebelahnya. Pandangannya terlempar lurus pada objek pemandangan menyenangkan di depannya.

Sean terkesima ketika menyaksikan sajian pemandangan yang sudah lama tidak dia lihat. Rasa hangat menjalar lembut di hatinya di kala utasan demi utasan senyuman terbit di sepasang bibir Sarah, sang Mama.

"Mama..," lirih Sean tak percaya.

"Allesya memang gadis ajaib, bahkan sesuatu yang belum mampu kita lakukan, bisa ia lakukan dengan sangat mudah. Senyuman putriku, sudah lama aku sangat merindukannya," ucap Henry dengan perasaan haru.

"Jadi apa kau sekarang masih meragukan keputusanku?" sambung Henry.

Sean menggeleng cepat. "Tidak Kek, aku sudah tidak meragukan keputusanmu," akhirnya Sean mengakui.

"Tapi Kek, apakah dia juga akan tinggal di mansion seperti pekerja lainnya?" sambung Sean bertanya.

"Sayangnya dia tidak bisa tinggal di mansion karena dia tidak mungkin membiarkan Neneknya tinggal seorang sendiri di rumahnya, jadi dia akan mulai bekerja di pagi hari dan pulang di waktu sore. Emang kenapa? Apa kau kecewa karena dia tidak bisa tinggal bersama kita?"

"Justru itu lebih baik."

"Aku bisa gila jika aku sampai tinggal satu atap dengannya. Baru beberapa jam dia di sini sudah membuatku terpaksa bermain solo karena tindakan cerobohnya, apalagi sampai menginap semalaman. Tidak, aku tidak ingin hal itu terulang kembali," gerutu Sean di dalam hati.

"Dan tentang keinginanku agar kau dan Allesya bisa lebih dekat, tenang saja karena aku tidak akan memaksamu atau bahkan bermain adegan perjodohan paksa seperti yang diceritakan di novel-novel. Hanya saja, cobalah kau pikir kembali ucapan Kakekmu ini. Allesya adalah berlian di antara tumpukan kerikil," Henry kembali menasehati seolah tak ada kata bosan di kamus hidupnya meski dia sangat tahu Sean tidak semudah itu menerima Allesya.

"Maaf Kek, bahkan untuk memikirkannyapun aku tidak mau. Baiklah, aku akan pergi sekarang."

"Kau mau pergi kemana? Ada baiknya kau antar Allesya pulang," tutur Henry ketika Sean berniat meninggalkan tempat.

"Dia bisa pulang sendiri, Kek."

"Apakah sangat sulit untuk menyenangkan Kakekmu yang sudah renta ini?" Henry memasang muka sedih.

"Hah! Baiklah!" akhirnya Sean pasrah dan menuruti kemauan sang Kakek.

Sean tidak akan pernah bisa menolak permintaan sang Kakek jika sudah memasang muka bersedih.

°°°

"Apa kau lupa caranya turun dari mobil?" sindir Sean dengan tatapan jengah.

Mobil yang dia tumpangi sudah berhenti di depan pelataran rumah Allesya semenjak beberapa menit yang lalu. Akan tetapi, Allesya seolah enggan segera turun dari mobil.

Allesya menggeleng sambil menyematkan senyuman tipis. "Apa Kak Sean tidak ingin mampir ke gubukku?" tawar Allesya penuh harap.

"Tidak terima kasih," tolak Sean.

"Hemm, Ayolah Kak. Tenang saja, aku tidak bertindak aneh-aneh. Aku hanya ingin mengenalkanmu dengan Nenekku," rayu Allesya seraya menggelayut manja di lengan kekar Sean.

Sean menggiring mukanya ke bawah karena merasakan sesuatu benda kenyal menghimpit lengannya. Tautan matanya seolah tak ingin berpaling dari pemandangan di balik dua kancing kemeja yang terbuka tanpa disadari Allesya.

Allesya yang curiga akan gelagat aneh Sean mencoba menyusuri arah tujuan pandangannya dan seketika membuat tubuhnya terlonjak karena mengetahui bahwa buah dadanya menjadi objek bidikan lensa biru Sean saat ini. Dengan cepat ia membuat sebuah benteng dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Kak Sean! Apa yang baru saja kau lihat?" tanya Allesya setengah memekik.

"Sudah tentu kau tahu apa yang baru saja aku lihat. Kenapa pakai tanya segala?" balas Sean santai dengan tatapan yang masih sempat melirik ke arah gunung kembar yang masih terbungkus kain tersebut.

"Kak..! Kau harus menjaga pandanganmu!" pekik Allesya kembali dan berusaha menutup mata Sean dengan kedua tangannya.

GREP!

Merasa risih, pria tampan berlensa biru itu menjauhkan tangan Allesya dari mukanya dengan mencengkram kedua pergelangan tangannya sehingga membuat bentuk belahan dada Allesya semakin terlihat jelas.

"Sepertinya kau akan mendapat masalah setelah menikah?" ucap Sean.

"Masalah apa?" Allesya mengernyitkan dahinya karena penasaran.

"Bagaimana kau bisa menyusui anakmu kelak dengan dada ratamu itu?" ledek Sean.

"Kak Sean...!"

*❣

❣*

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan. Nofi nggak maksa kok🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

hanya senyuman ibu yang bisa merubah keputusan sean yg bulat😇, tapi tentang komentar soal dadarata... minta di tendang bokon nya😤

2022-05-23

0

ℓ ι ƒ ι α 💕

ℓ ι ƒ ι α 💕

tadi aja bilang mount Everest koq 🤣🤣

2021-12-10

0

Wijaya Wijaya

Wijaya Wijaya

rata malah bisa bikin bermain solo 🤣🤦

2021-11-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!