Seorang pria tampan nan rupawan sedang berjalan bersama seorang wanita canti dan seksi. Pria itu adalah Sean, sedang wanita cantik yang bersamanya adalah kekasihnya. Tepatnya kekasih yang sudah kesekian kali dia jadikan sebagai sarana pelariannya.
Iya, sudah dua tahun lamanya ia mati-matian membuang rasa cinta yang seharusnya tidak patut dia pertahankan. Sebuah rasa yang berlabuh tidak pada tempatnya bukanlah sesuatu yang baik bukan.
Melihat wanita terkasihnya sudah bahagia dalam mengarungi biduk rumah tangga bersama pria yang dia cintai yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Jeffrey, cukup mempertegas keyakinannya bahwa menyerah akan perasaan cintanya adalah sebuah kewajiban.
"Honey, terima kasih ya. Kau selalu memanjakanku dengan barang-barang mewah. Aku sangat menyukainya," ucap manja wanita bernama Saron.
Ia tak henti-hentinya mengusap tas mahal yang berada di atas pangkuannya dengan tatapan mendamba. Sebuah tas dari brand terkenal dan limited edition. Tentunya dapat membuat kantong siapa saja mendadak dehidrasi karena mengalami kekeringan, namun hal itu tidak berlaku bagi Sean yang notabene seorang CEO dari salah satu perusahaan terbesar di benua Eropa. Sebuah perusahaan turun temurun keluarga Wilson yang bergerak di bidang Fashion.
Sean yang duduk di balik setir mobil hanya tersenyum simpul. "Katakan saja jika kau menginginkan sesuatu."
Sean tiba-tiba tersentak ketika Saron menarik dasinya hingga membuat tubuhnya berputar menghadap ke Saron.
"Apa kau juga akan memenuhi keinginanku yang satu ini?" tanya Saron dengan mimik muka menggoda penuh akan hasrat.
Wanita seksi itu bahkan membusungkan dadanya ke arah Sean, memperlihatkan belahan yang begitu dalam dan menantang. Sebuah belaian nakal pada pistol di balik celana sebagai tanda bahwa Saron sangat ingin bercinta dengannya saat ini.
Sean menyabitkan kedua ujung bibirnya sehingga terciptalah senyuman maut yang begitu menawan. Ia mengusap sepasang bibir merah merekah karena polesan lipstick itu dengan lembut. Dia sangat tahu, Saron sedang menginginkan sesuatu yang biasa dilakukan di atas ranjang.
Sudah beberapa kali Saron memintanya untuk melakukannya, namun selalu berujung penolakan. Dan hal itu tidak berlaku kepada bersama Saron saja, tapi juga dengan semua wanita yang pernah ia dekati dan itu telah berlangsung selama 3 tahun terakhir.
Bukan karena miliknya sudah tak bisa berfungsi. Tidak, bukan seperti itu. Pusaka beharga miliknya masih bisa mengemban tugas dengan sangat baik sebagai alat panyalur nafsu gairahnya yang tinggi. Hanya saja, setiap kali ia ingin memulai percumbuan panas di atas ranjang, bayangan wajah Jenny selalu muncul dalam otaknya begitu saja. Itulah sebabnya dia belum lagi melakukan kegiatan yang dulu sempat menjadi kegiatan favoritnya hingga saat ini.
Siapa Jenny? Dialah wanita yang membuatnya begitu kesulitan untuk move on hingga saat ini.
Lagian, dia tidak ingin menghianati Jeffrey, sahabatnya. Iya, bercumbu dengan membayangkan wajah istri sahabatnya sendiri bukankah itu sama saja ia menusuk teman dari belakang secara tak kasat mata.
"Aku tidak bisa memenuhi keinginanmu yang satu itu, sebagai gantinya aku akan memanjakan bibirmu yang manis ini."
Sean memejamkan matanya dan diikuti Saron yang juga memejamkan mata. Jarak ruang di antara muka mereka kian terpangkas. Kedua pasang bibir itu semakin mendekat dan siap menempel.
Kriyuuk..! Kriyuuk..! Kriyuuk..!
Sepasang kekasih yang hendak melakukan permainan bibir itu seketika tersentak dan membuka kembali mata ketika mendengar suara asing dari dalam mobil yang mereka tumpangi hingga membuat keduanya berhenti dan memilih menggiring muka ke arah sumber suara.
KRIYUUK..! KRIYUUK..! KRIYUUK..!
Suara asing yang diyakini hasil dari kunyahan makanan renyah di dalam mulut itu semakin terdengar nyaring.
"Kalian tidak boleh melakukan itu!" ucap kesal seseorang gadis yang tak lain adalah Allesya.
Ia masih menyuguhkan muka cemberut dan berkali-kali menjejalkan snack kentang ke dalam mulut lalu mengunyahnya dengan ganas. Seolah ia ingin sekali memakan wanita bernama Saron tersebut.
Cemburu? Tentu saja dia cemburu melihat kesayangannya bermesraan dengan wanita lain, meski rasa itu harus dia sendiri yang merasakan.
"Kau? Sejak kapan kau berada di sini?!" Pria tampan itu terheran-heran. Pertanyaannya, darimana dan sejak kapan datangnya si gadis bar-bar itu. Kenapa dia tidak menyadari keberadaan Allesya sedari tadi.
Apakah Allesya merupakan sebangsa jin yang bisa menghilang dan menembus dinding apa saja, termasuk dinding mobil? Ataukah mungkin sebenarnya dia adalah salah satu member superhero seperti di dalam movie kesukaannya. Entahlah, hanya Allesya dan Tuhan yang tahu.
"Honey dia siapa? Mengganggu kesenangan kita saja," ketus Saron tampak tidak senang.
Allesya langsung menyela ketika Sean hendak bersuara.
"Tante, sebaiknya kau jauhi Kak Sean karena dia tak pantas untukmu," tukas Allesya ditujukan ke Saron.
Saron tercengang mendengar cara Allesya memanggilnya. "Apa aku terlihat sudah tua sehingga kau memanggilku tante? Lagian untuk apa kau menyuruhku menjauhi kekasihku?!" seru Saron tidak terima.
"Itu karena..," Allesya menggantung kalimatnya.
Sedangkan Sean, dia sudah terlihat pasrah. Iya, dia sudah bisa menebak bahwa kali ini Allesya akan kembali berulah.
"Karena apa? Aku cantik, seksi, dan menggoda. Apa yang membuatku tidak pantas bersamanya?" Allesya membuang napas kasar lalu meletakkan snack kentangnya.
Gadis beriris hazel itu melambaikan tangannya, sebagai isyarat agar Saron sedikit mendekat kepadanya. Dengan sedikit ragu Saron mencondongkan tubuh ke arah Allesya.
Sedangkan Sean yang juga dilanda rasa penasaran diam-diam mencoba mempertajam pendengarannya berharap bisa mendengar apa yang dibisikan Allesya kepada Saron. Akan tetapi suara semut Allesya sungguh tidak terdengar sedikitpun.
Sepasang mata bulat berbingkai bulu mata imitasi seketika membulat sempurna setelah mendengar apa yang dibisikan Allesya. Sedetik kemudian ia melempar mimik muka illfeel ke arah Sean.
"Ehm! Sebaiknya aku pergi saja," Saron bergegas keluar dari mobil dan tidak lupa membawa tas mahal yang baru dibelikan Sean untuknya.
Sean tampak terhenyak dan mencoba mencerna situasi yang agak sulit ia telan. Kenapa kekasihnya mendadak berubah gelagat? Apa yang dikatakan Allesya pada Saron?
Sean merotasikan tubuhnya ke bangku penumpang mobil belakang tempat Allesya duduk. Berusaha mencari jawaban dari segudang pertanyaan yang sudah bertumpang tindih di pikirannya.
"Apa yang baru saja kau katakan ke dia?" tanya Sean bernada dingin seraya menahan sesuatu di dalam dadanya yang bisa meledak kapanpun juga.
"A-aku...," Allesya tampak gelagapan. Pasalnya tatapan Sean saat ini begitu mengintimidasi. Membuat keberaniannya mendadak menciut seperti balon yang mengempes karena kehilangan udara.
Ting!
Sesaat Allesya dapat bernapas lega ketika Sean mengalihkan perhatiannya kepada ponselnya untuk membuka pesan masuk dan langsung membacanya. Namun untuk sedetik kemudian, kelegaannya mendadak menguap begitu saja setelah menyadari air muka Sean yang mulai tampak tak bersahabat.
Gretek!
Suara gemeretak gigi Sean terdengar mengerikan. Jari-jari besar yang menggenggam ponsel itu tampak bergetar karena sangking eratnya ia mencengkram.
Sesaat pria tampan itu memejamkan matanya. Mengumpulkan semua rasa yang menggebu dahsyat di dalam dada. Bak gunung merapi yang siap menyemburkan isi perut bumi, itulah yang akan terjadi dalam hitungan mundur tiga jari.
Tiga..! Dua..! Satu..!
"ALLESYAAA....!"
❣
❣
❣
Bersambung~~
...Terima kasih sudah berkenan mampir pada tulisan receh Nofi ini. Mohon dukungannya dengan cara meninggalkan jejak like dan comment ya. Kalau ada rejeki lebih bolehlah sumbangkan gift dan vote mingguannya sebagai apresiasi karya Nofi. Dukungan kalian merupakan penyemangat berhargaku. I love you😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Nur Evida
hadir thor bagus ceritanya
2022-11-04
0
💮Aroe🌸
kocaknya Allesya😂
2022-05-11
0
Laskar Pelangi
di jahilin ah
2021-11-15
1