Di sebuah ruang meeting, para perwakilan internal staf dari setiap divisi perusahaan tampak melingkari meja rapat berbentuk persegi panjang berlapiskan kaca. Kegiatan rapat yang dipimpin oleh Sean tersebut sudah dimulai sejak satu jam yang lalu.
Terlihat seorang yang menjabat sebagai CMO (Chief Marketing Officer) tengah berdiri di depan proyektor. Mempresentasikan semua perencanaan, pelaksaan, dan pengembangan kegiatan pemasaran untuk pembukaan awal tahun.
Lontaran demi lontaran pertanyaan yang berhubungan dengan kendala serta forecast akan kegiatan rencana pemasaranpun tidak luput dari mulut antar divisi.
Jarum jam terus berputar pada porosnya. Rapat antar pemimpin divisi telah usai tepat di waktu jam makan siang. Sean keluar dari ruang rapat dengan membawa rasa puas akan hasil rapat.
Pria tampan yang menjabat sebagai CEO tersebut mengayun kaki jenjangnya menuju ruang kantor pribadinya diikuti seorang Personal Assistant di belakangnya.
"Apa masih ada hal lain yang ingin kau sampaikan?" tanya Sean kepada David sang Asisten setelah mendaratkan tubuhnya pada kursi singgasananya.
"Saya ingin mengingatkan bahwa anda masih ada jadwal perjamuan makan siang antar relasi perusahaan di restauran The Ivy," lapor si Asisten yang masih berdiri tegap di depan meja Sean.
Sejenak Sean tampak berpikir, lalu ia melirik ke arah tas bewarna merah jambu yang masih teronggok di atas sofa ruangan.
"Sampaikan ucapan maafku pada mereka karena aku tidak bisa hadir dalam perjamuan itu saat ini," titah Sean yang langsung mendapat anggukan kepala David sebagai tanda mengerti.
"Kalau begitu saya permisi dulu Tuan," David ijin undur diri.
"Tunggu dulu," Sean mencegah langkah David yang sudah menuju pintu keluar dengan suaranya.
David gegas memutar tubuhnya ke arah Sean.
"Iya Tuan?"
"Ada satu tugas yang harus kau lakukan untukku," Sean mengambil bekal sarapan dari Allesya dan membukanya. "Mendekatlah," Sean kembali bertitah.
"Apa pendapatmu dengan makanan ini?" Sean sedikit menggeser kotak makanan ke arah David.
David sedikit mengulas senyum sebelum menjawab. "Makanan ini terlihat sangat lezat Tuan," nilainya.
"Kau yakin makanan ini lezat?"
"Saya tidak bisa sepenuhnya yakin Tuan, karena saya hanya menilai dari wujudnya saja, bukan dari rasa," jawab David yang memang cukup masuk akal.
"Kalau begitu kau cicipi makanan ini," titah Sean kepada David.
"Baik Tuan," ucap David yang memang selalu patuh pada setiap titah majikannya namun terus terang ia sedikit ragu akan cita rasa makanan yang berada di hadapannya itu.
Coba dipikir secara logis. Kalau makanan itu memang lezat adanya, mana mungkin Tuannya itu tampak ragu dan memintanya untuk mencicipinya terlebih dahulu. Intinya, David sadar bahwa dia sedang dijadikan kelinci percobaan oleh Tuannya.
Tidak ingin membuat Tuannya menunggu terlalu lama, David mengambil satu potong telur gulung dengan tangannya lalu memasukkannya ke dalam mulut.
"Hmp! Aku bahkan belum mengunyahnya tapi lidahku sudah seperti terbakar," batin David yang ingin sekali memuntahkan kembali makanan dari dalam mulutnya.
"Kenapa kau hanya menyimpannya di dalam mulut. Cepat kunyah dan telan," titah Sean yang tak sabar setelah melihat gelagat aneh asistennya.
David mengangguk patah-patah karena ragu lalu mulai mengunyah makanannya dan langsung menelannya. Terlihat muka si Asisten itu sudah memerah kehitaman. Mungkin jika ia membuka sedikit saja rongga mulutnya, kobaran api menyembur dari mulutnya seperti makhluk mitologi Naga Api yang tengah emosi karena PMS.
"Bagaimana? Apa rasanya enak?" Sean sangat penasaran dengan jawaban David.
David sedikit terhenyak mendengar Tuannya kembali bertanya.
"R-rasanya enak Tuan," jawab David dengan mimik muka seolah sedang menahan sesuatu.
"Baiklah kau boleh keluar sekarang."
"Baik Tuan," David mengangguk sekilas sebelum akhirnya undur diri. Dari langkahnya yang terkesan buru-buru sudah diyakini David ingin segera memuntahkan makanan makhluk planet yang baru ia telan sebelum sakit perut bertamu.
Setelah tubuh David hilang ditelan pintu, Sean kembali mengamati bekal sarapan yang terlihat tertata rapi dan cantik tersebut dan berniat memakannya sebagai menu makan siangnya.
"Sepertinya gadis bar-bar itu berkata jujur. David saja bilang kalau makanannya enak. Baiklah," monolog Sean kemudian memasukkan sesedok penuh makanan ke dalam mulutnya.
Uhuk! Uhuk!
Sean sontak terbatuk-batuk karena merasakan sensasi menyengat indera pengecapnya. Rasa bubuk cabai yang mendominasi membuat lidahnya seperti terbakar.
Ia gegas meraih gelas berisi air putih yang terletak di atas meja kerjanya dan langsung menenggaknya beberapa kali tegukan.
"Kurang ajar si David, beraninya dia membohongiku," umpat Sean kesal seraya merutuki dirinya sendiri.
Bisa-bisanya dia percaya begitu saja dengan perkataan David. Seharusnya dia menyadari dari awal kalau ada yang nggak beres dengan makanan itu ketika melihat David tidak segera menelan makanan yang dia makan tadi.
"Yang benar saja, masakannya kali ini jauh lebih buruk dari sebelumnya," gerutu Sean tapi masih berusaha menelan makanannya.
Seolah belum kapok, pria tampan itu justru semakin penasaran dengan rasa makanan yang lain. Ia lanjut mencicipi sosis goreng yang berbentuk seperti gurita kepanasan karena terlalu lama berjemur, berharap rasanya akan sedikit berbeda.
"Hmm, setidaknya rasa sosis ini lebih baik meski sedikit hangus."
Sean tampak mengobrak-abrik bekalnya menggunakan sendok, memilah-milah makanan mana yang tentunya masih bisa ia makan.
"Ya Tuhan, apa dia ingin membuatku terkena hipertensi? Bacon ini sangat asin. Pffftt..!" gerutu Sean merasa heran namun tiba-tiba rasa ingin ketawa muncul begitu saja.
"Allesya.. Allesya.. Wanita seperti apa kau itu sebenarnya? Baru kali ini ada wanita yang mengejar-ngejarku dengan cara yang begitu naif," monolog Sean di sela gelak tawanya.
"Tunggu, apa aku baru saja mengatakan bahwa dia adalah wanita?" Sean menggeleng cepat, mencoba menghempas persepsinya tentang Allesya sebagai seorang wanita. "Tidak, dia hanyalah seorang gadis kecil yang..,"
Sean menjeda kalimatnya. Otaknya seolah memutar ulang kaset benang yang membawa ingatan di saat ia tanpa sengaja melihat tubuh polos Allesya hingga membuatnya berakhir dalam permainan solo di kamar mandi.
"Iya.. Iya, tubuhnya aja seperti wanita dewasa tapi tetap saja ia masih seorang gadis kecil di mataku,"
❣
❣
❣
Bersambung~~
Maaf bab kali ini sedikit pendek gara-gara ada sedikit drama. Ceritanya Nofi ngetik -kan sambil maem basreng pedas.
Nah Nofi lupa kalau ni tangan belum dicuci eh malah dibuat ngucek mata😭😭 Sumpah pedes banget ini mata. Jadi nggak fokus mau lanjut nulis. Tapi herannya ini mulut masih pantang untuk berhenti nggiling itu basreng Hottt..😭
...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...
...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...
...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...
...💜💙💚💛🧡❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
niat apa? cinta... ya itu makanan rasa cinta🤣
2022-05-23
0
Rozh
ahahaahaha😂Eh, makanan asin itu artinya minta kawin loh. artinya aleysa minta dilamar Sean. ckcckk
2021-09-02
2
Ummu Istiqomah
pantas masakan allesya di episode ini pedas karena terbawa suasana author yg Kepedasan sambil ngucek mata 😅😅😅😅
2021-08-16
1