"Allesya...," suara yang terdengar seketika menghentikan tawa Allesya yang juga diikuti oleh Sarah.
"Kakek Tampan? Sedang apa kau disini?" tanya Allesya guna menanggapi kedatangan Henry yang tiba-tiba.
Bukannya langsung memberi jawaban, pria berusia senja yang mendapat julukan Kakek Tampan dari Allesya tersebut justru menyibak kain yang menutupi pergelangan tangannya. Melirik ke arah jarum jam yang masih berputar pada porosnya. Sekilas dahinya tampak mengerut seolah serangkaian pertanyaan mulai mengapung di pikirannya.
"Justru kau yang sedang apa di sini Allesya? Bukankan jam segini seharusnya kau masih bekerja?" Henry balik bertanya, menuntaskan rasa penasarannya.
Allesya tersenyum masam seraya menggaruk pipinya yang jelas-jelas tidak gatal. "Aku hari ini tidak bekerja Kek," lirih Allesya mencoba menutupi apa yang telah menimpanya.
"Oya, Kakek datang bersama siapa?" Allesya mencoba menggiring pembicaraan ke topik yang lain sebelum pria tua itu semakin penasaran.
"Aku datang bersama putriku," balas Henry sambil menyematkan senyuman hangat.
"Oya, di mana putrimu sekarang?" Allesya yang penasaran tampak celingukan mencari tahu keberadaan putrinya Henry tersebut.
Henry tampak mendengus geli. "Kenapa kau tampak celingukan sedangkan putriku ada di depanmu sekarang Allesya sayang," tutur pria tua tersebut.
"Ow.. Ahh.. ternyata Tante cantik ini putri Kakek, hahaha.. Kenapa aku malah celingukan tak jelas? Sungguh memalukan," kelakar Allesya seraya melempar pandangannya ke arah Henry dan Sarah secara bergantian.
"Tante cantik? Kau memanggil putriku dengan Tante cantik?" Allesya mengangguk cepat karena merasa tidak ada yang salah dengan panggilan itu.
Henry sontak tergelak. "Allesya.. Kau memanggilku dengan Kakek Tampan dan sekarang kau memanggil putriku dengan Tante Cantik. Mungkin setelah ini kau akan memanggil cucu lelakiku dengan sebutan Kakak Tampan," kelakar Henry di sela tawanya yang renyah.
"Aku rasa itu tidak mungkin Kek, karena julukan Kakak Tampan sudah aku nobatkan ke orang lain, yaitu pengeran berkuda putihku yang sangat tampan," Sahut Allesya dengan pikiran menerawang. Mengingat muka tampan pujaan hatinya yang bagaikan pahatan patung Dewa Yunani tersebut sungguh membuatnya enggan berhenti untuk mendamba.
Henry tersenyum penuh makna. Pasalnya dia sangat tahu bahwa pangeran berkuda putih yang digandrungi Allesya selama ini adalah cucunya sendiri.
Selama ini Henry memang sengaja menyembunyikan fakta tentang hubungan statusnya dengan Sean.
"Asal kau tahu Allesya sayang, cucuku juga sangat tampan, banyak wanita yang menggilainya. Aku yakin kau juga akan langsung jatuh cinta kepadanya jika bertemu," pancing Henry.
Allesya menggelengkan kepala seraya menggoyang-goyang jari telunjuknya. "Hal itu tidak mungkin Kek dan tidak akan terjadi, karena hatiku ini hanya untuk pengeran berkuda putihku seorang," tutur Allesya jujur apa adanya dan penuh kepercayaan diri. Dia memang tidak pernah malu mengutarakan tentang semua perasaannya kepada Henry.
Henry semakin tertawa pecah. Baginya melihat keluguan Allesya begitu menyenangkan. "Aku penasaran bagaimana reaksi gadis ini jika dia tahu bahwa pria yang dia suka adalah cucuku," Henry bermonolog di dalam hati.
"Emm... Allesya sayang, apakah hari ini kau ada acara lain?" tanya Henry dengan mimik muka penuh arti.
Sejenak Allesya tampak berpikir sebelum akhirnya bersuara."Sepertinya tidak ada Kek, memangnya kenapa?"
"Kalau begitu, maukah kau menerima undangan makan siang di gubukku?" tawar Henry.
"Sekarang ya Kek?"
"Iya sekarang."
"Baiklah Kek. Tapi Kakek jangan menyesal setelah mengundangku makan siang," Allesya mencoba mengingatkan dengan raut muka mendadak serius.
"Kenapa aku harus menyesal?"
"Ya karena porsi sekali makanku sama dengan porsi makan 3 orang dewasa," timpal Allesya seraya mengerlingkan satu matanya.
"Ow aku kira apa. Aku tidak akan menyesal hanya karena kau menghabiskan seluruh makananku kecuali..," Henry menggantung kalimatnya guna memancing rasa penasaran Allesya.
"Kecuali apa Kek?" dan benar, Allesya ternyata penasaran juga.
"Kecuali kau memakan piring dan sendoknya sekaligus."
"Kakek...!" sungut Allesya dengan muka cemberutnya.
"Hahaha...!"
°°°
Allesya berdiri di depan pintu besar sebuah mansion yang berdiri kokoh seolah menyambut ramah kedatangan Allesya. Ia tergemap tak percaya setelah mengetahui bahwa pria tua yang selalu ia panggil dengan sebutan Kakek Tampan itu adalah Kakek dari pria yang dia gilai selama ini.
"Allesya, kenapa kau masih berdiri disana?" Cepatlah masuk!" titah Henry dari dalam rumah.
"I-iya Kek," gadis itu langsung mematuhi perintah Henry. Perlahan, ia mulai menjejakkan kakinya ke dalam rumah megah bak istana raja. Sepasang netra cantiknya terlihat menyapu seisi ruangan yang dilengkapi oleh interior-interior mewah di setiap sudut ruangan. Gadis beriris hazel itu sungguh terkesima dan takjub.
Allesya tidak percaya bahwa akhirnya dia bisa berada di dalam rumah mewah yang ditinggali Sean. Mengingat selama ini dia hanya bisa memandang bangunan megah itu dari luar gerbang yang kokoh di luar sana.
"Kakek...," lirih Allesya yang masih tak percaya.
"Kenapa? Apa kau terkejut bahwa aku tinggal disini?" Allesya mengangguk cepat sebagai jawaban membenarkan perkataan Henry.
"Jadi, apakah Kakek sudah tahu bahwa," Allesya tampak tersipu malu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Iya, tentu saja aku sudah tahu. Aku bahkan sering melihatmu mengantar bekal sarapan untuk cucuku sebelum berangkat kerja," beber Henry seraya mengulum bibir guna menahan tawa. Entah mengapa, segala ekspresi muka yang ditampilkan Allesya saat ini begitu menggemaskan baginya.
"Iihh! Kakek Tampan kenapa kau tidak memberitahuku dari dulu kalau Kak Sean adalah cucumu?" Allesya memasang muka cemberut.
Henry terkekeh geli. "Jadi apa kau yakin tidak akan jatuh cinta dengan cucuku? Cucuku itu sangatlah tampan, banyak wanita yang tergila-gila kepadanya, termasuk kamu," Henry tak henti-hentinya menggoda Allesya.
Blush..
"Kek, Allesya mohon berhentilah menggodaku," Henry tergelak melihat Allesya semakin tersipu malu.
"Aku seperti menjilat air liurku sendiri. Aku berkata tidak akan jatuh cinta kepada cucu Kakek, tapi nyatanya aku sudah jatuh cinta kepadanya sejak lama," Allesya mencibir dirinya sendiri.
"Itu karena kau tidak tahu yang sebenarnya sayang."
"Permisi Tuan besar, baju ganti untuk Nona ini sudah saya siapkan," suara seorang asisten rumah tangga menghentikan percakapan antara Allesya dan Henry.
Henry mengangguk seraya tersenyum tipis. "All, sebaiknya kau bersihkan tubuhmu dulu, kami sudah menyiapkan baju ganti juga untukmu," tutur Henry.
"Memangnya kenapa aku harus membersihkan tubuhku Kek? Apa aku bau? Tadi pagi aku mandi kok," Allesya mengembus kedua ketiaknya secara bergantian, memastikan bahwa tidak ada aroma asing yang keluar dari tubuhnya.
"Rambut dan bajumu masih kotor karena terkena kotoran burung tadi Allesya. Cepat bersihkan dirimu sebelum kegiatan makan siang ya," saran Henry.
"Aah! Aku sempat lupa akan hal itu," Allesya terkikik dan akhirnya memilih menuruti saran Henry. Dia juga sudah sangat tidak betah dengan rambutnya yang terasa lengket karena ulah burung lucknut tadi.
"Bi, bawa Nona Allesya di kamar tamu lantai dua ya," titah Henry.
"Baik Tuan besar."
°°°
Selang beberapa menit kemudian Sean pulang dengan membawa muka masam. Pasalnya dia terpaksa harus pulang lebih awal. Padahal masih banyak pekerjaannya yang belum terselesaikan.
Semua itu karena sang Kakek yang bersikukuh memaksanya agar segera pulang tanpa memberi tahu sebab alasannya terlebih dahulu.
Untung saja dia bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Jadi tidak akan ada cerita ia bakal dipecat dari tempat ia bekerja. Apalagi dia adalah pewaris tunggal Willson Corp. Akan tetapi lain ceritanya kalau ia bekerja dibawah naungan orang lain. Sudah dipastikan dia akan dipecat secara tidak hormat karena tidak taat jam kerja.
"Sebenarnya ada apa Kakek menyuruhku pulang lebih awal?" tanya Sean sambil menyematkan mimik muka masamnya yang belum juga luntur semenjak tiba di kediaman.
"Kakek hanya ingin mengajak kau makan siang bersama saja?" Sean seketika tercengang mendengar alasan receh sang Kakek yang menyuruhnya pulang kerja lebih awal.
Akan tetapi Sean memilih menahan diri untuk tidak beradu debat dengan Kakeknya. Baginya berdebat dengan Kakeknya sama halnya mendengar omelan maut nenek-nenek yang bakal berlanjut sampai matahari terbenam ke ufuk barat dan kembali terbit dari ufuk timur.
"Baiklah Kek, aku akan ke kamar dulu untuk mengganti baju kerjaku," ucap Sean seolah sedang menerapkan ilmu yang diajarkan oleh guru bangku Sekolah Dasar, yaitu 'Seorang anak harus patuh kepada orang tua'
Pria tampan bertubuh gagah itu menapakki satu persatu undakan tangga yang membawanya ke lantai dua kemudian lanjut menyusuri lorong menuju kamarnya.
Langkah kaki jenjangnya seketika terhenti ketika melewati salah satu kamar khusus tamu dengan daun pintu sedikit terbuka.
Bukan perihal terbukanya daun pintu yang menarik perhatiannya, namun sesosok makhluk penghuni kamarlah yang menarik perhatiannya secara paripurna.
"Allesya?" lirih Sean mencoba meyakinkan bahwa matanya tidak salah menangkap.
Sebuah bisikan entah dari mana asalnya seolah menuntunnya agar lebih lama melanjutkan aksi mengintai segala gerak-gerik Allesya dari cela daun pintu yang terbuka.
Di dalam kamar terlihat kepala Allesya menyembul dari balik daun pintu kamar mandi. Sekilas gadis itu tampak celingukan seolah sedang mencari sesuatu.
Glek!
Sean yang masih setia mengintip dari balik daun pintu seketika terpana karena melihat pemandangan yang membuatnya kesulitan menelan cairan salivanya. Merangsang hormon pemicu libidonya.
Panas, tubuhnya mendadak terasa panas seakan suhu aliran darah yang berdesir di dalam tubuhnya meningkat secara signifikan.
"Sial!" umpat Sean setelah merasakan bahwa tubuh bagian bawahnya mengeras dengan sangat pesat.
Bagaimana tidak, ia baru saja melihat Allesya keluar dari kamar mandi dalam keadaan polos tanpa ada seutas benang yang menutupi tubuhnya. Dengan langkah tergesa-gesa gadis itu tampak meraih pakaian yang tertinggal di atas ranjang kemudian gegas kembali masuk ke kamar mandi.
"Dasar gadis ceroboh!" gerutu Sean sangat lirih.
❣
❣
❣
Bersambung~~
...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...
...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...
...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...
...💜💙💚💛🧡❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Nur Evida
sean bentar lagi dapat pawang buktinya pusakanya sampai bangun dari tidur🤣🤣🤣
2022-11-07
1
Arin
wah"Sean dpet bonus y....🤭🤭
2022-09-06
0
💮Aroe🌸
bintitan lo sean😂
2022-05-12
0