Bab 10

"Allesya...," suara yang terdengar seketika menghentikan tawa Allesya yang juga diikuti oleh Sarah.

"Kakek Tampan? Sedang apa kau disini?" tanya Allesya guna menanggapi kedatangan Henry yang tiba-tiba.

Bukannya langsung memberi jawaban, pria berusia senja yang mendapat julukan Kakek Tampan dari Allesya tersebut justru menyibak kain yang menutupi pergelangan tangannya. Melirik ke arah jarum jam yang masih berputar pada porosnya. Sekilas dahinya tampak mengerut seolah serangkaian pertanyaan mulai mengapung di pikirannya.

"Justru kau yang sedang apa di sini Allesya? Bukankan jam segini seharusnya kau masih bekerja?" Henry balik bertanya, menuntaskan rasa penasarannya.

Allesya tersenyum masam seraya menggaruk pipinya yang jelas-jelas tidak gatal. "Aku hari ini tidak bekerja Kek," lirih Allesya mencoba menutupi apa yang telah menimpanya.

"Oya, Kakek datang bersama siapa?" Allesya mencoba menggiring pembicaraan ke topik yang lain sebelum pria tua itu semakin penasaran.

"Aku datang bersama putriku," balas Henry sambil menyematkan senyuman hangat.

"Oya, di mana putrimu sekarang?" Allesya yang penasaran tampak celingukan mencari tahu keberadaan putrinya Henry tersebut.

Henry tampak mendengus geli. "Kenapa kau tampak celingukan sedangkan putriku ada di depanmu sekarang Allesya sayang," tutur pria tua tersebut.

"Ow.. Ahh.. ternyata Tante cantik ini putri Kakek, hahaha.. Kenapa aku malah celingukan tak jelas? Sungguh memalukan," kelakar Allesya seraya melempar pandangannya ke arah Henry dan Sarah secara bergantian.

"Tante cantik? Kau memanggil putriku dengan Tante cantik?" Allesya mengangguk cepat karena merasa tidak ada yang salah dengan panggilan itu.

Henry sontak tergelak. "Allesya.. Kau memanggilku dengan Kakek Tampan dan sekarang kau memanggil putriku dengan Tante Cantik. Mungkin setelah ini kau akan memanggil cucu lelakiku dengan sebutan Kakak Tampan," kelakar Henry di sela tawanya yang renyah.

"Aku rasa itu tidak mungkin Kek, karena julukan Kakak Tampan sudah aku nobatkan ke orang lain, yaitu pengeran berkuda putihku yang sangat tampan," Sahut Allesya dengan pikiran menerawang. Mengingat muka tampan pujaan hatinya yang bagaikan pahatan patung Dewa Yunani tersebut sungguh membuatnya enggan berhenti untuk mendamba.

Henry tersenyum penuh makna. Pasalnya dia sangat tahu bahwa pangeran berkuda putih yang digandrungi Allesya selama ini adalah cucunya sendiri.

Selama ini Henry memang sengaja menyembunyikan fakta tentang hubungan statusnya dengan Sean.

"Asal kau tahu Allesya sayang, cucuku juga sangat tampan, banyak wanita yang menggilainya. Aku yakin kau juga akan langsung jatuh cinta kepadanya jika bertemu," pancing Henry.

Allesya menggelengkan kepala seraya menggoyang-goyang jari telunjuknya. "Hal itu tidak mungkin Kek dan tidak akan terjadi, karena hatiku ini hanya untuk pengeran berkuda putihku seorang," tutur Allesya jujur apa adanya dan penuh kepercayaan diri. Dia memang tidak pernah malu mengutarakan tentang semua perasaannya kepada Henry.

Henry semakin tertawa pecah. Baginya melihat keluguan Allesya begitu menyenangkan. "Aku penasaran bagaimana reaksi gadis ini jika dia tahu bahwa pria yang dia suka adalah cucuku," Henry bermonolog di dalam hati.

"Emm... Allesya sayang, apakah hari ini kau ada acara lain?" tanya Henry dengan mimik muka penuh arti.

Sejenak Allesya tampak berpikir sebelum akhirnya bersuara."Sepertinya tidak ada Kek, memangnya kenapa?"

"Kalau begitu, maukah kau menerima undangan makan siang di gubukku?" tawar Henry.

"Sekarang ya Kek?"

"Iya sekarang."

"Baiklah Kek. Tapi Kakek jangan menyesal setelah mengundangku makan siang," Allesya mencoba mengingatkan dengan raut muka mendadak serius.

"Kenapa aku harus menyesal?"

"Ya karena porsi sekali makanku sama dengan porsi makan 3 orang dewasa," timpal Allesya seraya mengerlingkan satu matanya.

"Ow aku kira apa. Aku tidak akan menyesal hanya karena kau menghabiskan seluruh makananku kecuali..," Henry menggantung kalimatnya guna memancing rasa penasaran Allesya.

"Kecuali apa Kek?" dan benar, Allesya ternyata penasaran juga.

"Kecuali kau memakan piring dan sendoknya sekaligus."

"Kakek...!" sungut Allesya dengan muka cemberutnya.

"Hahaha...!"

°°°

Allesya berdiri di depan pintu besar sebuah mansion yang berdiri kokoh seolah menyambut ramah kedatangan Allesya. Ia tergemap tak percaya setelah mengetahui bahwa pria tua yang selalu ia panggil dengan sebutan Kakek Tampan itu adalah Kakek dari pria yang dia gilai selama ini.

"Allesya, kenapa kau masih berdiri disana?" Cepatlah masuk!" titah Henry dari dalam rumah.

"I-iya Kek," gadis itu langsung mematuhi perintah Henry. Perlahan, ia mulai menjejakkan kakinya ke dalam rumah megah bak istana raja. Sepasang netra cantiknya terlihat menyapu seisi ruangan yang dilengkapi oleh interior-interior mewah di setiap sudut ruangan. Gadis beriris hazel itu sungguh terkesima dan takjub.

Allesya tidak percaya bahwa akhirnya dia bisa berada di dalam rumah mewah yang ditinggali Sean. Mengingat selama ini dia hanya bisa memandang bangunan megah itu dari luar gerbang yang kokoh di luar sana.

"Kakek...," lirih Allesya yang masih tak percaya.

"Kenapa? Apa kau terkejut bahwa aku tinggal disini?" Allesya mengangguk cepat sebagai jawaban membenarkan perkataan Henry.

"Jadi, apakah Kakek sudah tahu bahwa," Allesya tampak tersipu malu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Iya, tentu saja aku sudah tahu. Aku bahkan sering melihatmu mengantar bekal sarapan untuk cucuku sebelum berangkat kerja," beber Henry seraya mengulum bibir guna menahan tawa. Entah mengapa, segala ekspresi muka yang ditampilkan Allesya saat ini begitu menggemaskan baginya.

"Iihh! Kakek Tampan kenapa kau tidak memberitahuku dari dulu kalau Kak Sean adalah cucumu?" Allesya memasang muka cemberut.

Henry terkekeh geli. "Jadi apa kau yakin tidak akan jatuh cinta dengan cucuku? Cucuku itu sangatlah tampan, banyak wanita yang tergila-gila kepadanya, termasuk kamu," Henry tak henti-hentinya menggoda Allesya.

Blush..

"Kek, Allesya mohon berhentilah menggodaku," Henry tergelak melihat Allesya semakin tersipu malu.

"Aku seperti menjilat air liurku sendiri. Aku berkata tidak akan jatuh cinta kepada cucu Kakek, tapi nyatanya aku sudah jatuh cinta kepadanya sejak lama," Allesya mencibir dirinya sendiri.

"Itu karena kau tidak tahu yang sebenarnya sayang."

"Permisi Tuan besar, baju ganti untuk Nona ini sudah saya siapkan," suara seorang asisten rumah tangga menghentikan percakapan antara Allesya dan Henry.

Henry mengangguk seraya tersenyum tipis. "All, sebaiknya kau bersihkan tubuhmu dulu, kami sudah menyiapkan baju ganti juga untukmu," tutur Henry.

"Memangnya kenapa aku harus membersihkan tubuhku Kek? Apa aku bau? Tadi pagi aku mandi kok," Allesya mengembus kedua ketiaknya secara bergantian, memastikan bahwa tidak ada aroma asing yang keluar dari tubuhnya.

"Rambut dan bajumu masih kotor karena terkena kotoran burung tadi Allesya. Cepat bersihkan dirimu sebelum kegiatan makan siang ya," saran Henry.

"Aah! Aku sempat lupa akan hal itu," Allesya terkikik dan akhirnya memilih menuruti saran Henry. Dia juga sudah sangat tidak betah dengan rambutnya yang terasa lengket karena ulah burung lucknut tadi.

"Bi, bawa Nona Allesya di kamar tamu lantai dua ya," titah Henry.

"Baik Tuan besar."

°°°

Selang beberapa menit kemudian Sean pulang dengan membawa muka masam. Pasalnya dia terpaksa harus pulang lebih awal. Padahal masih banyak pekerjaannya yang belum terselesaikan.

Semua itu karena sang Kakek yang bersikukuh memaksanya agar segera pulang tanpa memberi tahu sebab alasannya terlebih dahulu.

Untung saja dia bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Jadi tidak akan ada cerita ia bakal dipecat dari tempat ia bekerja. Apalagi dia adalah pewaris tunggal Willson Corp. Akan tetapi lain ceritanya kalau ia bekerja dibawah naungan orang lain. Sudah dipastikan dia akan dipecat secara tidak hormat karena tidak taat jam kerja.

"Sebenarnya ada apa Kakek menyuruhku pulang lebih awal?" tanya Sean sambil menyematkan mimik muka masamnya yang belum juga luntur semenjak tiba di kediaman.

"Kakek hanya ingin mengajak kau makan siang bersama saja?" Sean seketika tercengang mendengar alasan receh sang Kakek yang menyuruhnya pulang kerja lebih awal.

Akan tetapi Sean memilih menahan diri untuk tidak beradu debat dengan Kakeknya. Baginya berdebat dengan Kakeknya sama halnya mendengar omelan maut nenek-nenek yang bakal berlanjut sampai matahari terbenam ke ufuk barat dan kembali terbit dari ufuk timur.

"Baiklah Kek, aku akan ke kamar dulu untuk mengganti baju kerjaku," ucap Sean seolah sedang menerapkan ilmu yang diajarkan oleh guru bangku Sekolah Dasar, yaitu 'Seorang anak harus patuh kepada orang tua'

Pria tampan bertubuh gagah itu menapakki satu persatu undakan tangga yang membawanya ke lantai dua kemudian lanjut menyusuri lorong menuju kamarnya.

Langkah kaki jenjangnya seketika terhenti ketika melewati salah satu kamar khusus tamu dengan daun pintu sedikit terbuka.

Bukan perihal terbukanya daun pintu yang menarik perhatiannya, namun sesosok makhluk penghuni kamarlah yang menarik perhatiannya secara paripurna.

"Allesya?" lirih Sean mencoba meyakinkan bahwa matanya tidak salah menangkap.

Sebuah bisikan entah dari mana asalnya seolah menuntunnya agar lebih lama melanjutkan aksi mengintai segala gerak-gerik Allesya dari cela daun pintu yang terbuka.

Di dalam kamar terlihat kepala Allesya menyembul dari balik daun pintu kamar mandi. Sekilas gadis itu tampak celingukan seolah sedang mencari sesuatu.

Glek!

Sean yang masih setia mengintip dari balik daun pintu seketika terpana karena melihat pemandangan yang membuatnya kesulitan menelan cairan salivanya. Merangsang hormon pemicu libidonya.

Panas, tubuhnya mendadak terasa panas seakan suhu aliran darah yang berdesir di dalam tubuhnya meningkat secara signifikan.

"Sial!" umpat Sean setelah merasakan bahwa tubuh bagian bawahnya mengeras dengan sangat pesat.

Bagaimana tidak, ia baru saja melihat Allesya keluar dari kamar mandi dalam keadaan polos tanpa ada seutas benang yang menutupi tubuhnya. Dengan langkah tergesa-gesa gadis itu tampak meraih pakaian yang tertinggal di atas ranjang kemudian gegas kembali masuk ke kamar mandi.

"Dasar gadis ceroboh!" gerutu Sean sangat lirih.

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

Nur Evida

Nur Evida

sean bentar lagi dapat pawang buktinya pusakanya sampai bangun dari tidur🤣🤣🤣

2022-11-07

1

Arin

Arin

wah"Sean dpet bonus y....🤭🤭

2022-09-06

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

bintitan lo sean😂

2022-05-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!