Bab 16

"Kakak..." lirih Allesya setelah menyadari kehadiran sesosok pria tampan yang sedang melangkah memasuki perkarangan rumahnya seraya melempar senyuman manis nan hangat kepadanya.

"Kenapa kau malah diam? Apa kau tidak ingin memelukku, adik kecilku?" seloroh pria tersebut seraya merentangkan kedua tangannya.

Senyuman Allesya mengembang sempurna hingga akhirnya ia berlari kecil berhamburan ke pelukan sang Kakak, yang tak lain dan tak bukan adalah Arthur.

"Kak, aku sangat merindukanmu," ujar Allesya, menumpahkan segala rasa kerinduan di dalam dada bidang Arthur.

"Aku juga sangat merindukanmu sayang," balas Arthur lalu menghadiahi sebuah kecupan pada pucuk kepala Allesya.

Mengingat akan sesuatu hal, Allesya merenggang pelukannya. "Tapi Kak, apa tidak apa kau datang ke sini?" raut muka Allesya berubah cemas.

"Tenang saja, Mama tidak tahu aku datang menemuimu kali ini. Apa Nenek ada di dalam?" tanya Arthur yang tampak beberapa kali menyusuri pandangannya ke arah bangunan rumah di depannya, mencari keberadaan Fanne.

"Nenek ada di dalam Kak, dia pasti sangat senang melihatmu, ayo masuk dulu," Allesya menggamit tangan kekar Arthur lalu membawanya ke dalam rumah.

"Nek.. Nenek...!" suara lengkingan Allesya menyapu langit-langit ruangan.

"Iya.. Iya.. sebentar," sahut Fanne yang juga berteriak. "Ini masih pagi, kenapa kau berteriak-teriak? Bukankah kau tadi sudah berpamitan akan berangkat kerja?" celoteh Fanne seraya melepas apron dari tubuhnya tanpa melihat ke arah Allesya.

"Nenek, apa kabarmu?" suara bariton Arthur sontak membuat wanita berusia senja tersebut menoleh dengan cepat ke arah sumber suara.

"Arthur cucuku, kenapa kau datang kemari Nak, bagaimana kalau Inggrid sampai tahu? Dan sejak kapan kau kembali ke London? Apa kuliahmu sudah selesai?" bukannya menyambut Arthur dengan pelukan, Fanne malah terlihat cemas dan menghadiahinya setumpuk pertanyaan.

Arthur memeluk tubuh renta Fanne sebelum akhirnya menjawab semua pertanyaan tanpa ada yang terlewat. "Tenang saja Nek, kali ini Mama tidak tahu kalau aku mengunjungi kalian. Dan aku baru dua hari ini berada di London. Kuliahku sudah selesai Nek, dan aku akan segera mencari pekerjaan agar tidak terlalu lama menjadi pengangguran."

Fanne tersenyum hangat lalu menyapu pipi Arthur penuh akan kasih sayang. "Jalani hidup dengan baik ya."

"Tentu saja Nek, dan aku akan mencari banyak uang dengan keringatku sendiri lalu membawa kalian tinggal bersamaku," ucap Arthur. Sejenak ia memandangi Allesya dengan guratan muka penuh akan makna.

"Tidak sayang, jangan lakukan itu. Inggrid bisa marah dan akan kembali berbuat nekat. Tetaplah hidup seperti ini seolah kami tidak ada. Kami tidak ingin merusak kebahagiaan kalian," tutur Fanne yang sebenarnya tidak habis pikir dengan sikap Inggrid yang terang-terang tidak ingin mengakuinya sebagai Ibu di depan suami barunya.

"Iya Kak, bukankah Ibu selama ini merahasiakan keberadaan kami dari suami barunya? Aku dan Nenek benar-benar tidak ingin merusak kebahagiaan kalian," timpal Allesya. Jujur dia harus menelan kegetiran ketika mengatakan tentang perihal Inggrid yang seolah tak ingin mengakui keberadaanya.

"Tapi sayangnya selama ini aku tidak bahagia," lirih Arthur tertunduk.

Fanne kembali mengulas senyuman hangat penuh kasih. "Nenek yakin, suatu saat kedua cucuku yang tampan dan cantik ini akan menggenggam sebongkah kebahagiaan kelak."

Arthur dan Allesya serentak memeluk tubuh Fanne. Bagi mereka setiap perkataan sederhana Fanne adalah sebuah kalimat ajaib yang bisa meluruhkan kegundahan.

"Astaga... Aku lupa kalau aku harus bekerja," seru Allesya seraya melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya. "Nek, Kak. Aku berangkat kerja dulu ya," pamit Allesya yang hendak pergi.

"Al, biar aku antar ya," tawar Arthur namun langsung ditolak Allesya.

"Tidak Kak, aku bisa berangkat sendiri. Kakak sebaiknya gunakan waktumu untuk ngobrol bersama Nenek, kalian pasti sangat saling merindu bukan," tutur Allesya lalu melanjutkan langkahnya.

"Al, tunggu sebentar," lagi-lagi langkah Allessya tersendat karena panggilan Arthur.

"Iya Kak, ada apa lagi?" tanya Allesya, melihat Arthur berjalan mendekatinya.

"Berhati-hatilah, jangan berlarian," tutur Arthur sebagai bentuk kepeduliannya lalu mencium dalam pucuk kepala Allesya, sang Adik.

"Siap komandan!" seru Allesya seraya memberi gerakan hormat ala-ala prajurit militer yang hendak berperang membasmi kuman-kuman jahat yang meresahkan masyarakat.

Arthur mendengus geli bercampur gemas karena tingkah Allesya. "Gadis pintar."

°°°

"Selamat pagi Paman Hugo..," sapa Allesya yang baru saja melewati gerbang besar kediaman keluarga Willson.

"Selamat pagi Nona Allesya," jawab ramah Hugo, si Security.

"Allesya, tolong panggil aku Allesya saja Paman, tanpa embel-embel Nona," pinta gadis beriris hazel tersebut yang langsung mendapat anggukan kepala Hugo sebagai jawaban.

Selang tidak lama, sebuah mobil datang dari arah depan hendak melewati gerbang. Suara lumba-lumba Allesya kembali menyeruak ketika mengetahui siapa sosok di balik setir.

"Kak Sean..! Kak Sean..! Berhenti dulu! Kak?!" Sean mendadak sontak menghentikan laju mobilnya ketika Allesya menghadang mobil yang ia kendarai dengan tubuhnya seraya membentang kedua tangannya.

TIN! TIN!

Dengan mimik muka jengah Sean menekan klakson mobil agar Allesya menyingkir dari hadapannya, namun gadis itu tak mengindahkannya. Hingga akhirnya pria tampan yang sedang memburu waktu karena hendak menghadiri rapat tersebut memilih membuka kaca jendela mobil.

Srett...!

Muka tampan itu terlihat menyembul dari dalam jendela kaca mobil.

"Menyingkirlah! Kau menghalangi jalanku Allesya..!" titah Sean setengah kesal bercampur gemas.

Gemas pada Allesya yang selalu bertindak sesuka hati dan juga gemas pada dirinya sendiri karena sekesal-kesalnya ia terhadap Allesya, dia tidak akan bisa berbuat kasar melebihi porsinya. Apalagi terhadap wanita.

Allesya tersenyum ceria, kemudian mendekati jendela kaca mobil yang terbuka. "Aku hanya ingin memberi bekal sarapan untukmu. Tolong dimakan sampai habis ya," pinta Allesya seraya menyodorkan tas bewarna merah jambu beraksen pita yang berisi makanan.

"Lagi-lagi kau ingin meracuniku dengan makananmu," ketus Sean yang masih enggan menerima kotak bekal dari Allesya.

"Aku yakin kali ini rasanya jauh lebih baik karena aku sudah mencicipinya," sanggah Allesya sambil menyematkan senyuman manis yang tak akan pernah luntur jika berada di hadapan pria tampan beriris biru tersebut.

"Kau yakin?" Sean tampak ragu.

Allesya mengangguk cepat. "Aku yakin 1000 persen yakin," jawab Allesya penuh percaya diri lalu meletakkan bekal sarapan tersebut di atas pangkuan Sean begitu saja.

"Terus apa lagi?" tanya Sean heran karena Allesya tak kunjung pergi. Gadis itu malah mendaratkan dagunya pada bingkai jendela mobil seraya bertumpu dengan kedua tangannya yang ditekuk.

"Aku minta imbalan."

"Aku tidak akan berkencan denganmu."

"Kalau begitu tersenyumlah."

"Tidak akan."

"Ayolah Kak, apa susahnya tersenyum untukku?" rengek Allesya, masih dalam posisi tubuh yang sama.

"Tidak akan," tolak Sean kemudian menekan tombol jendela mobil agar tertutup. Berharap caranya itu berhasil membuat Allesya jera.

Namun bukan Allesya namanya jika ia harus menyerah begitu saja. Dia bahkan tidak beranjak dari posisi lamanya meski kepalanya terancam terjepit jendela mobil. Hal itu tentu sukses membuat Sean menghentikan niatnya untuk menutup jendela mobil yang sudah naik setengah.

"Allesya....! Singkirkan kepalamu dari sana. Apa kau sudah tidak menyayangi kepalamu?" sentak Sean.

"Hmmm, pokoknya beri aku satu senyumanmu," rengek Allesya setengah memaksa.

Sean mendesah kasar, membuang napasnya ke udara sebelum akhirnya ia menyerah akan kegigihan Allesya yang tak pernah surut.

Blush...

Kedua pipi Allesya seketika merona kemerahan karena seulas senyuman penuh pesona terbit dari muka tampan Sean. "Aiiihhh! Senyumanmu seperti angin surga, sungguh menyejukkan jiwa," ucap Allesya penuh damba, meski terkesan seperti gombalan receh.

"Sudah puas? Sekarang singkirkan kepalamu," titah Sean setelah menuruti permintaan Allesya sebagai bentuk imbalan.

Allesya tersenyum puas lalu berniat beranjak dari posisinya yang sebenarnya sudah memberikan rasa pegal pada punggungnya.

"Hati-hati di jalan Kakak tampan...," Allesya melambai-lambaikan tanganya seraya menatap mobil Sean yang kian menghilang di telan jalanan.

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

Anita Kumala Sari

Anita Kumala Sari

jgn bilang sodara sebapak...
perang dunia nih...

2022-12-01

0

Arin

Arin

ya ampun bnran kn dia kkak adik,gmn nich klo Sean tau...yg psti nanti tambah benci

2022-09-06

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

merinding bayanginya😆

2022-05-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!