Bab 6

Di salah satu sudut kota London, tepatnya pada sebuah bangunan tempat pelatihan kelas Judo junior tingkat Sekolah Menengah Atas.

Srett! Bruak!

"Aarrgg...!"

Srett! Bruak!

Bruak!

"Aarrgg.. Auuuw..! Aduh duh!"

Suara hantaman tubuh hasil dari teknik bantingan judo terdengar mewarnai atmosfer kelas yang terasa menegangkan. Tidak jarang suara meraung menyeruak ketika beberapa murid judoka pria merasakan sakit ketika tubuhnya dibanting, dilempar, dipukul, ditendang yang dikuti teknik kuncian yang memberikan sensasi ngilu pada bagian persendian anggota tubuh yang dipelintir.

"Ayo siapa lagi yang ingin maju?" tantang Allesya kepada murid-muridnya dengan ekspresi tenang dan santai namun masih memancarkan aura pesonanya secara alami tidak dibuat-buat karena memang sejatinya dia memang sudah cantik semenjak masih berbentuk embrio.

Ia bahkan sama sekali tidak terlihat ngos-ngosan meski sudah membanting tubuh murid-muridnya secara brutal seperti seorang kuli membanting karung beras. Energinya seperti tidak ada habis-habisnya. Tidak rugi kalau dia selalu makan dengan porsi tak biasa.

Iya, menjadi salah satu pelatih di sebuah kelas bimbingan judo adalah pekerjaan sampingan yang dia ambil untuk mengisi hari libur kerjanya di Coffe Shop.

Nasib Allesya memang tak seberuntung para gadis remaja seusianya yang di mana masih bisa menikmati kesenangan dalam menuntut ilmu di bangku kuliah. Setelah lulus sekolah SMA 6 bulan yang lalu, dia memilih bekerja di sela perjuangannya maraih cinta pangeran berkuda putihnya, Sean.

"Sensei, kau sudah menghajar kami semua. Tidak ada dari kami yang terlewatkan," ucap salah satu murid terkahir yang menjadi lawan tarungnya.

Murid pria yang usianya hanya terpaut 2 tahun lebih muda dari Allesya itu masih terlihat meringis seraya mengusap pinggangnya yang sakit.

"Sensei, apa kau tidak bisa membanting sedikit lembut?" protes salah satu murid lainnya.

"Sensei begitu ganas dan agresif saat bertarung. Gayamu itu sangat tidak cocok dengan wajahmu yang cantik," murid lain ikut menyela namun sedetik kemudian mulutnya membungkam rapat ketika mendapati tatapan tajam sang Pelatih.

Allesya berdecak pinggang seraya menyapu pandangannya ke seluruh penghuni kelas. Lensa hazelnya seolah membidik satu persatu anak didiknya yang bermayoritas lelaki.

Dan untuk persekian detik kemudian mimik muka serius yang selalu terselip di dalam latihan pertarungan menguap tergantikan seutas senyuman manis semanis madu yang membuat hati para anak didiknya seketika meleleh seperti coklat batangan yang terdampar di tengah-tengah gurun pasir di siang hari.

"Maaf ya jika aku terlalu keras melatih kalian, tapi semua itu aku lakukan agar kalian lebih semangat dan bisa memenangkan olimpiade judo tahun depan. Apa kalian kecewa kepadaku?" tiba-tiba Allesya memasang muka sedih yang sukses mengundang rasa iba para anak didiknya.

Kemana seutas senyuman manis semanis madu tadi? Entahlah.

Dasar Allesya, pintar sekali dia bermain mimik muka.

"Tidak Sensei, kami tidak kecewa kok. Kami malah senang dilatih Sensei," hibur salah satu murid yang diikuti sebuah anggukan antusias oleh murid lainnya sebagai tanda menyetujui perkataan temannya.

"Iya, Sensei. Kau jangan sedih begitu. Maaf ya jika kami sempat protes dan mengeluh tadi?"

"Kami akan lebih semangat berlatih Sensei. Kau boleh membanting tubuh kami sesuka hatimu, asalkan kau bahagia kamipun juga akan bahagia," ceplos salah satu murid berkepala botak seperti lampu bohlam taman yang menyala di malam hari. Terang dan menyilaukan.

Tanpa si Botak sadari hunusan tatapan tajam dari semua murid-murid lainnya telah tertuju kepadanya. Pasalnya rasa sakit pada tubuh mereka akibat bantingan maut sang Guru saja belum sepenuhnya menghilang. Bisa-bisanya si Botak berkata seperti itu.

"Benarkah?" jawab Allesya yang langsung sumringah.

"Iya Sensei tentu saja," murid berkepala botak itu mengangguk antusias, melanjutkan kebodohannya.

Sedangkan murid-murid lainnya sudah diyakini mereka sedang bersumpah serapah di dalam hati. Bersiap ingin mengeroyok si Botak.

Allesya melirik ke arah jam dinding yang bertengger di dinding, tampak menimang sesuatu. "Hmmm, tapi sepertinya jam latihannya sudah habis, kita akan melanjutkankan besok."

Fyuuhh...!

Akhirnya para murid merasa lega.

Setelah memberikan sikap penghormatan sebagai tanda berakhirnya jam kelas pelatihan, Allesya pamit pulang.

"Hei botak! Bisa-bisanya kau tadi berkata seperti itu?" hardik seorang murid bermata sipit.

"Ayo teman-teman kita kroyok dia!"

"Ayo!" saut murid-murid lainnya.

"Aduh.. Aduh.. Duh.. Duh.. Sakit! Jangan jitak kepalaku!" pekik si botak seraya memohon.

"Ayo teman-teman jitak terus kepalanya biar botaknya kekal abadi."

Akhirnya si Botak pulang membawa puluhan benjol di kepalanya yang terlihat seperti habis disengat ribuan lebah.

°°°

Sekelompok squad yang terdiri dari 4 pria dewasa tampan tengah berkumpul di sebuah Restaurant And Cafe.

"Hei yo, What's up Brow! Setelah ke sekian abad akhirnya kau kembali juga ke daratan," kelakar Sammy setengah mencibir Jeffrey yang baru saja datang paling terakhir. Pasalnya, setelah menikah Jeffrey memang paling susah diajak berkumpul.

Alih-alih merespon baik sambutan Sammy si Muka Masam Jeffrey malah menonyor kepala Sammy dari belakang lalu mendaratkan tubuhnya pada bangku kosong sebelah Sammy.

"Kau selalu kebiasaan memainkan kepalaku!" gerutu Sammy.

"Ada hal penting apa sehingga kau memaksaku datang?" tukas Jeffrey kemudian melirik ke arah penunjuk waktu yang melingkari pergelangan tangannya seolah dia tidak ingin lama-lama berada di tempat itu.

"Kau baru saja datang beberapa detik yang lalu, tapi sepertinya sudah ingin pulang. Apa kau tidak merindukanku? Kita sudah lama tidak berkumpul, kau masih saja menyebalkan Jeff, dingin dan cuek," sungut Sammy memasang muka sok sedih ala gadis perawan, membuat ingin muntah bagi yang melihat.

"Buang tampangmu itu, kau menjijikkan," kini Alvin yang mulai bersuara.

"Semua nenek tetangga bilang aku tampan tapi kenapa kalian selalu bilang tampangku menjijikkan? Kalian pasti rabun," cerocos Sammy tak terima.

Ucapan Sammy sontak mengundang gelak tawa Alvin. Sedangkan Jeffrey hanya tersenyum tipis.

"Dasar bodoh! Bukan kami yang rabun, tapi para nenek yang memujimu itu yang rabun," kelakar Alvin yang kian tertawa pecah melihat ekspresi muka temannya itu semakin masam.

"Sialan kau Vin!" umpat Sammy lalu melambaikan tangannya ke arah salah satu waitress.

"Kau harus bayar, disini tidak gratis," ketus Alvin mengingatkan.

"Aku tidak akan bayar karena aku berniat merampok tempatmu ini," Sammy menyeringai.

"Sudah ku duga."

Sementara itu, di luar perdebatan dua sahabat yang unfaedah tersebut Jeffrey tak sengaja menangkap gelagat Sean yang tidak seperti biasanya. Sean lebih banyak diam namun raut mukanya terkesan memikirkan sesuatu.

"Apa telah terjadi sesuatu?" Jeffrey mencoba mengulik sesuatu dari Sean dan hal itu juga menarik perhatian Sammy dan Alvin.

Sean sempat terhenyak dari lamunannya ketika menyadari Jeffrey bertanya kepadanya. Sesaat dia menghela napas panjang mencoba membuang sesuatu yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

"Tadi, aku tidak sengaja melihat Inggrid," terang Sean.

"Ibu tirimu? Apa dia berbuat ulah lagi?" tanya Jeffrey yang memang sudah paham tentang hubungan Sean dan Ibu tirinya yang tidak pernah terjalin dengan sehat.

Drrtt..! Drrtt...! Drrtt..!

Ponsel milik Sean yang bergetar keras di atas meja membuatnya menjeda keinginannya untuk bercerita.

Pria beriris biru itu menggeser layar benda pipihnya dan langsung menerima permintaan panggilan suara yang ternyata dari Henry, sang Kakek.

"Halo Kek?"

"Cucuku cepatlah kau pulang sekarang, Sarah kembali kambuh. Hanya kau yang bisa menenangkannya," suara Henry terdengar sangat cemas dari seberang telepon.

"Baik Kek, aku segera pulang," tidak ingin membuang waktu Sean langsung memutus sambungan panggilan suara.

"Ada apa? Kenapa kau tampak cemas?" tanya Jeffrey kepada Sean yang sudah beranjak dari duduknya.

"Ibuku membutuhkanku sekarang," jawab Sean tergesa-gesa yang langsung melenggang pergi dengan langkah cepatnya.

"Apa Ibunya kembali kambuh?" tanya Sammy setelah keberadaan Sean menghilang.

"Entahlah, sepertinya begitu," jawab Jeffrey dengan muka masamnya yang berubah sendu.

"Aku sangat kasihan kepadanya, dari remaja dia harus melihat ibunya seperti itu," Alvin juga menimpali.

Bagi yang lupa dengan Visual Jeffrey, Sammy, dan Alvin di karya 'Pernikahan Kontrak Jeff Dan Jenn' Nofi kasih kembali visualnya ya😉

JEFFREY ALLISON

Ya Allah sekseh sekaleee lakik gue😍

SAMMY

Ah senyum itu lo Sam😍

ALVIN

Vin, tolong kondisikan tu janggut yang terbelah kayak anu😋

Bonus Visual lagi

Sean Willson😍

Monmaap Nofi Kilap. Paling suka mandengin kayak gini😅

Tu roti sobek boleh bungkus kagak?😚

Bersambung~~

...Terima kasih sudah berkenan mampir pada tulisan receh Nofi ini. Mohon dukungannya dengan cara meninggalkan jejak like dan comment ya. Kalau ada rejeki lebih bolehlah sumbangkan gift dan vote mingguannya sebagai apresiasi karya Nofi. Dukungan kalian merupakan penyemangat behargaku. I love you😘...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

ada apa dengan ibunya sean🤔

2022-05-12

0

Wijaya Wijaya

Wijaya Wijaya

suka visual bule 😘😘😘

2021-11-30

0

Nuryanti

Nuryanti

roti sobek boleh makan pake cucu nggak kak.😂😂😂

2021-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!