Bab 11

Di dalam sebuah kamar berukuran luas bernuasa maskulin nan mewah. Sean tampak berkali-kali mendesah kasar guna menghempas ingatan terkutuk yang masih terngiang-ngiang di dalam otaknya.

Akan tetapi salah satu organ yang bersarang di dalam tempurung kepalanya seolah enggan menuruti keinginan. Semakin keras ia berusaha melenyapkan bayangan eksotis itu semakin gencar pula otaknya mengumpulkan kembali kepingan-kepingan rekaman yang tertangkap oleh lensa birunya beberapa saat yang lalu.

"Apa gadis bar-bar itu sengaja menggodaku? Bukankah ada handuk di dalam kamar mandi, tapi kenapa dia keluar dengan tubuh polos seperti itu jika memang berniat mengambil baju yang tertinggal di luar?" tuduh Sean sekenanya, mencoba memutar balikkan fakta seolah tidak ingin disalahkan.

Padahal dia sendirilah yang berinisiatif melanjutkan aksi intip mengintipnya, tidak ada yang meminta ataupun memaksanya. Dia bergerak secara alamiah karena terdorong oleh rasa penasarannya.

Sean menggeram ketika merasakan ngilu pada belalainya yang masih mengeras seakan menuntutnya untuk segera dituntaskan.

"Ayolah, tidak seperti biasanya kau seperti ini adik kecil. Kenapa kau memberontak?" seperti orang yang kehilangan tingkat kewarasannya, Sean menunduk ke bawah dan mulai berinteraksi dengan belalainya yang tampak menonjol seolah ingin mendobrak kain celana yang membungkusnya.

"Calm down baby.., jangan berlebihan oke, dia hanyalah gadis kecil yang bahkan umurnya belum menginjak usia dewasa. Percayalah dia tidak masuk daftar standar kecintaanmu. Lagian tidak ada yang menarik dari tubuhnya yang kurus kering kerontang itu, sama sekali tidak ada yang spesial...," Sean menjeda monolog yang terkesan menampik segala pikiran di otaknya, namun nyatanya usahanya tersebut berakhir sia-sia.

"Miliknya...," ucapan Sean lagi-lagi terjeda. Dari raut mukanya terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang mati-matian mengelak pikiran yang sudah mulai ke ranah kotor.

"Miliknya begitu sintal, dua bukit kembar..., bukan! Bukan bukit tapi gunung. Iya, seperti gunung Everest yang menjulang tinggi dan menantang itulah perumpamaan yang cocok untuk benda miliknya," Sean mengangkat tangannya, memperagakan sebuah gerakan *******-***** benda sintal dan kenyal.

"Kulitnya..., begitu putih dan mulus," pria itu lanjut bermonolog dengan pikiran kotor yang terus menerawang. Tampaknya ia sudah tidak mampu membohongi dirinya sendiri.

"Ergggg! Rasa ini sungguh membuatku tidak nyaman. Tubuhku terasa panas dan kepalaku sampai pusing. Sebaiknya aku harus mengguyur tubuhku dengan air dingin," Sean yang semakin frustasi akan sensasi gairah yang mendesak minta di salurkan gegas masuk ke dalam kamar mandi.

Dengan tubuh yang sudah tak terbungkus kain, ia berdiri di bawah siraman shower. Membiarkan sensasi dinginnya air menembus setiap pori-pori kulit tubuh proposionalnya.

Ia menuduk kebawah, menyadari bahwa belalainya seolah tak gentar akan air dingin yang menerjang. Benda itu..., masih saja berdiri tegak, kokoh dan justru kian mengeras.

"Aneh sekali, apa aku tadi salah makan? Siraman air dingin bahkan tidak berpengaruh sama sekali," gerutu Sean yang tampak memijat kedua pelipisnya yang kian terasa nyut-nyutan.

Sejenak ia menggiring pupil birunya ke arah botol sabun yang seakan sedang melambai-lambai, menawarkan sebuah alternatif jitu yang dijamin dapat membantunya lepas dari permasalahan biologisnya saat ini.

Sean tersenyum hambar. "Tidak, aku tidak mungkin melakukan hal memalukan semacam itu," Sean berusaha menepis jauh-jauh niat pikirannya untuk bersolo karir.

"Eerrggg!" Sean kembali mengerang ketika rasa ngilu itu semakin menggila hingga membuatnya menyerah pada akhirnya.

Tidak ingin terlalu lama tersiksa, ia langsung menyabet botol sabun tersebut dan terjadilah kegiatan bersolo karir untuk kali pertama di sepanjang hidupnya.

°°°

Kejadian yang sebenarnya beberapa saat yang lalu. Di kamar mandi tempat Allesya.

"Ya Tuhan, kenapa aku sampai lupa tidak membawa baju ganti ke kamar mandi?" Allesya merutuki kecerobohannya. Ia mendesah kasar seraya menepuk keningnya.

Gadis cantik itu kembali mendesah kasar ketika menyadari tidak ada bathrobe maupun handuk yang tersedia di kamar mandi.

"Apa Bibi tadi lupa tidak meletakkan handuk di kamar mandi? Terus aku harus bagaimana? Haruskan aku keluar dengan tubuh telanjang? Tapi bagaimana kalau ada yang melihat? Hmm, sebaiknya aku cek dulu keadaan di luar kamar."

Setelah bermonolog pada dirinya sendiri, Allesya menyembulkan kepalanya melewati cela pintu kamar mandi yang dibiarkan sedikit terbuka.

"Sepertinya tidak ada orang, aku rasa akan aman jika aku keluar sebentar," Allesya keluar dari kamar mandi membawa tubuh polosnya. Menyabet secepat kilat baju yang teronggok di atas ranjang lalu bergegas kembali ke kamar mandi.

Tanpa Allesya sadari, bahwa sepasang mata sedari mengamati gerak geriknya dari cela pintu masuk yang sedikit terbuka.

°°°

Sean si Kakak Tampan keluar dari kamar pribadinya dan lanjut melangkahkan kaki menuju ruang makan yang terletak di lantai satu.

Selama perjalanan menuju ruang makan ia tampak sesekali memutar dan mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa sangat pegal.

Bagaimana tidak pegal? Dia baru saja menjalani kegiatan kamar mandi yang penuh akan drama romantis antara dia dan si Adik Kecilnya.

Drama romantis? Ah, kalimat itu sangatlah tidak cocok untuk menggambarkan situasi yang baru saja dialami si Tuan Muda Sean. Baginya bersolo karir di kamar mandi tidak seindah dan semudah seperti penggambaran pada cerita Novel dewasa yang di mana hanya beberapa kali kocokan langsung crit.

Iya! Dia sangat kesulitan dan menderita. Perjuangannya tidaklah singkat. Ia bahkan hampir putus asa ketika rasa kebas dan pegal mulai menggelitik tangannya.

"Aku tidak menyangka kegiatan itu sangat melelahkan dan menguras banyak tenaga. Aku seperti habis mengangkat barbel seberat 20 Kg. Bagaimana bisa Sammy dan Alvin melakukanya hampir setiap hari?" Sean berdecak heran.

"Hiish! Tanganku terasa sangat pegal! Ini semua gara-gara si Gadis bar-bar itu. Dia pasti sengaja menggodaku! Dasar rubah kecil yang licik."

"Apa yang kau bicarakan Sean? Kenapa mukamu terlihat sangat masam? Dan..., siapa yang kau maksud rubah kecil?" Sean terhenyak ketika Henry sang Kakek memergokinya sedang menggerutu ria tak jelas.

Sean menampilkan mimik muka sebiasa mungkin. "Apa maksud Kakek? Pasti kau salah dengar," kelit Sean. Sekilas ia melirik ke arah Allesya yang sudah duduk bersebalahan dengan Sarah sebelum ia mendaratkan tubuhnya di kursi meja makan.

"Hai Kak Sean," sapa Allesya tampak berseri.

"Hm," sahut Sean singkat yang membuat muka berseri Allesya berubah cemberut.

Sedangkan Henry hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap Sean yang selalu dingin kepada Allesya.

"Kak Sean, apa kau tidak terkejut melihatku? Bukankah kau baru melihatku di sini?"

"Aku sama sekali tidak terkejut karena aku sudah melihatmu tadi," timpal Sean seraya membeber napkin di atas pahanya.

"Benarkah? Di mana kau melihatku? Kenapa aku tidak menyadarinya?" Sean memandang Allesya yang kembali berseri.

"Aku melihatmu tadi di kamar tamu ketika kau mengendap-ngendap keluar dari kamar mandi dengan tubuh telanjang,"

BRAK!

"APA?! Jadi kau mengintipku? Berani-beraninya kau?! Dasar pria mesum! Aku akan memberimu pelajaran!"

Allesya yang sudah tersulut oleh api amarah sontak menghardik seraya menggebrak meja dan sukses membuat semua penghuni ruang makan tersentak, tak terkecuali Sean yang sudah terlihat sangat pias.

Dengan sorot mata ingin memangsa ia menyeberangi meja dengan sekali lompatan dan mendarat tepat di sebelah Sean yang kian menciut karena ketakutan.

Mukanya yang cantik seketika berubah angker. Tatapannya menyalang tajam. Deru napasnya terdengar menggebu-gebu.

GREP!

Sean terkejut ketika tangan kecil Allesya mencengkram kasar kerah bajunya dan menarik paksa tubuhnya dari tempat duduknya agar berdiri. Hingga akhirnya..

"HIAAAAT...!"

KEDEBUG!

"ARRGGG!! Pinggangku..!"

Dengan mudahnya, Allesya membanting tubuh besar Sean tanpa ampun dan belas kasihan.

Wiu! Wiu! Wiu!

Suara darurat sirine ambulan terdengar nyaring. Tidak butuh waktu lama, beberapa staf medis keluar dari mobil ambulan dan langsung membawa Sean yang sudah sekarat ke Rumah Sakit.

"Kak Sean, apa kau sedang sakit? Wajahmu terlihat pucat," Sean tersentak di kala suara Allesya menyeruak ke dalam indera pendengaran sehingga membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Cucuku, kau kenapa?" Henry ikut bertanya karena Sean belum juga menyahut.

"Ah, itu.., aku tidak apa-apa kok Kek, hanya sedikit lelah saja," kilah Sean. Sesekali ia terlihat bergidik ketika teringat akan halusinasi mengerikannya tadi.

"Bisa-bisanya aku membayangkan hal semengerikan itu," batin Sean menggerutu.

"Ya sudah, sebaiknya kita segera menyantap hidangan di meja sebelum dingin," saran Henry.

Kegiatan makan siang bersamapun berjalan dengan kitmad dan diwarnai obrolan ringan sehingga suasana kegiatan mengisi perut terasa hangat. Meski Sean beberapa kali terlihat jengah karena gurauan Henry yang terkesan berusaha mendekatnya dengan Allesya.

"Sean, Kakek ingin menyampaikan sesuatu kepadamu. Tadi Kakek juga sudah membicarakannya dengan Allesya," ucap Henry setelah acara makan siang selesai.

"Apa itu Kek?"

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

Arin

Arin

sy kira bneran...ech gtauny🤣🤣🤣

2022-09-06

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

sumpah, ngakak sama Sean😂

2022-05-12

0

Maimunatul Karimah

Maimunatul Karimah

wkwkwkw bikin skit perut aja

2022-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!