Kemeja yang kupakai tembus pandang

Setelah selesai makan siang dengan segala makanan yang enak yang sudah tak tersisa. Aku masih dimeja makan untuk berlanjut gantian menikmati segala camilan dan minuman yang menyegarkan yang ada dihadapanku. Sepertinya sekarang meja makan inilah yang akan menjadi tempat favoritku selama dirumah ini.

Ajun dan mamah sedang berada ditaman belakang rumah. Mereka sedang membahas soal masalah bisnis yang mereka jalankan masing masing. Dan sepertinya aku tadi sempat dengar bahwa mamah dan Ajun akan membuat bisnis baru dan akan menjalankannya bersama.

Sedangkan aku sendiri sekarang sama sekali sudah tidak tertarik dengan bisnis bisnis lagi. Karena selama masa mudaku sudah kutumpahkan kepersoalan itu semua. Aku sekarang hanya ingin menikmati hidupku yang sepertinya terlihat indah ini. Aku masih mengambil es krim dengan beberapa rasa kedalam cup yang cukup besar dihadapanku. Aku sesekali menambahkan buah buahan keatas es krim yang menggiurkan itu. Semua makanan yang kuambil masuk kedalam mulutku dan tidak ada yang tersisa sedikitpun.

Setelah perutku sudah sangat kenyang. Aku menghampiri mamah dan Ajun ketaman luas yang dimiliki mamah. Terlihat mamah dan Ajun sedang duduk berdampingan. Layaknya seorang ibu yang mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada anaknya yang sudah lama dia pendam didalam jiwanya. Sebenarnya mamah dulu memintaku dan Ajun untuk tinggal dirumahnya saja. Karena baginya rumah sebesar ini terasa sepi jika hanya ditinggali olehnya sendiri dan beberapa karyawan yang bekerja disini.

Tapi aku dan Ajun tetap bersikukuh untuk tinggal dirumah sendiri. Bayangkan saja jika kami tinggal dirumah mamah. Pasti kami akan tidak bisa mandiri dan selalu menggantungkan semuanya kepada mamah. Dan yang pasti kami mungkin akan hanya menikmati fasilitas fasilitas mewah yang disediakan mamah. Lagipula aku dan Ajun juga sempat mengutarakan pendapat kami kepada mamah.

Bahwa kami menyarankan mamah untuk segera mencari pasangan kembali. Agar dia tidak kesepian tinggal dirumah sebesar ini sendirian. Dan juga bisa menemaninya dalam menjalani hari hari tuanya kelak. Tapi kamipun juga mempunyai syarat dari permintaan kami itu. Kami akan merestuinya jika seseorang yang akan dipilih oleh mamah. Kami harus cocok dulu dengan orang itu sebelum dia cocok dengan mamah. Persyaratan itu hanya untuk memastikan kebahagiaan mamah akan terjamin. Jadi kelak mamah akan selalu bertanya pendapat kepada kami sebelum menentukan seseorang yang tepat.

Aku duduk dikursi panjang tepat disamping kiri mamah, sedangkan Ajun duduk disamping kanan mamah. Mamah lagi lagi terlihat sangat bahagia saat kami duduk bersama seperti ini. Aku dan Ajunpun pasti merasa lebih bahagia dibandingkan dengan rasa bahagia yang dirasakan mamah. Memang benar ya kata pepatah. Bahwa bahagia itu sederhana. Bahwa bahagia itu diri kita sendiri yang membuatnya. Seperti yang kurasakan saat ini. Gumamku.

"Itu apaan mah?" tanyaku pada mamah saat melihat ada sekotak besar yang berisikan seperti tanah liat berwarna hitam tapi terlihat gembur. "Itu pupuk Na. Mamah tadi rencananya mau nanem bunga bunga baru lagi!". Pantesan ada bibit bibit bunga banyak disekitaran taman. Gumamku. Mamah bercerita bahwa dia membelinya kemarin saat dia berkunjung keluar kota. " Mau ditanem kapan mah?" aku menghampiri peralatan peralatan dan bahan bahan untuk nenem bunga milik mamah.

Mamah dan Ajun masih duduk dikursi dibelakangku. Aku sudah berada didepan tanaman tanaman mamah yang sudah besar besar sekali dan terlihat subur. Nampak begitu menyegarkan mata. Aku jadi mempunyai niat untuk memiliki taman seperti ini juga dirumahku sendiri. Mamah tersenyum melihatku senang dengan taman milik mamah. Sedangkan Ajun dia sedang membaca sesuatu yang penting yang ada dilayar ponselnya. "Jun" mamah memanggil Ajun. "Hmmmm" Ajun masih fokus kelayar ponselnya. "Ayana cantik banget ya!" mamah memujiku dan berkata kepada Ajun.

Setelah Ajun mendengar perkataan mamah. Dia langsung menaruh ponselnya keatas meja dan kembali fokus kepada mamah. Ajun mengalihkan pandangannya kedepan. Dan dia menatap tubuhku dari belakang. "Sangat sangat cantik!" Ajun memperjelas perkataan mamah tadi. Mamah tersenyum melihat Ajun yang terdengar sangat sangat mencintaiku. Ajun berjalan melangkah menghampiriku dan meninggalkan mamah.

"TUT...TUT...TUT!" ponsel mamah terdengar berbunyi. Mamah berdiri dan masuk kedalam rumah untuk mengangkat panggilan yang sepertinya terlihat penting tersebut. Dia meninggalkanku dan Ajun sendirian yang masih terpana dengan keindahan tanaman tanaman yang ada disini.

Tangan Ajun memelukku dari belakang tubuhku. Aku tersenyum senang dengan perlakuannya itu. Aku tadi sempat merasa malu jika mamah melihat tingkah kami. Tapi aku ingat jika mamah sudah terbiasa dengan tingkah kami berdua ini sejak pacaran. Jadi mamah bisa memaklumi tentang cara kita menunjukkan rasa kasih sayang kepada pasangan masing masing.

Ajun mendekatkan wajahnya kesamping telingaku. "Tubuh kamu yang indah terlihat tembus pandang. Jadi aku ingin menghalanginya agar tidak ada seorangpun yang bisa melihatnya selain aku" Ajun mengatakannya dengan lembut. Mataku menyipit mencerna perkataannya. Dan aku baru sadar kembali jika kemeja yang kugunakan adalah kemeja dengan bahan yang sedikit transparan.

Aku seketika menutupi bagian dadaku yang sepertinya paling terlihat mencolok karena aku menggunakan bra dengan warna yang cerah secerah matahari. aku melihat kesekelilingku dan untungnya tidak ada orang lain lagi disini selain kami. Kalau mamah doang yang lihat sih nggak terlalu masalah ya. Tapi kalau yang lihat penjaga atau karyawan laki laki disini gimana!". Gusarku.

Tangan Ajun masih berada dipinggangku. Memeganginya dengan erat. Aku hanya terdiam mengingat alasan dia melakukannya. "Kamu suka?" Ajun sepertinya melihatku berulang kali membelai kelopak bunga yang mekar. Aku menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaannya. Dia terdiam mendengar jawabanku. Didalam hatinya dia mengeluh. Ya dapet kerjaan lagi deh!. Gumam Ajun seakan akan aku memintanya untuk membuatkanku taman. Padahal aku tidak mengatakannya dengan langsung. Iya bener sejujurnya aku menginginkannya tapi hanya terucap dalam batinku. Tapi kalau Ajun sudah mengetahuinya. Aku jadi semakin berharap sih. Batinku tertawa.

Mamah sudah kembali menghampiri kita lagi. dia sudah membawa dua skop dikedua tangannya. "AYANA!" dia berteriak memanggilku. Aku dan Ajun menoleh kepadanya. Mamah mengangkat tinggi tinggi kedua tangannya yang masih memegang skop. Lalu berjalan semakin mendekat kearahku dan Ajun masih dengan senyum lebarnya yang indah.

"Ayo kita nanem bunga sekarang!" mamah memberikanku satu skop yang dibawanya tadi. Sedangkan Ajun hanya berdiri disampingku melihat kami sangat semangat menggali tanah dipot besar. Kami tertawa bersama sama dalam menjalankan kegiatan kali ini.

Betapa serunya saat tanganku dan tangan mamah sudah kotor terkena tanah yang kami gali. Bajukupun sudah tidak terlihat seperti baju. Warna putihpun sudah semakin berganti menjadi warna coklat bahkan lebih tepatnya berwarna hitam. Aku tadi sengaja tidak menggunakan sarung tangan. Karena bagiku lebih seru jika kegiatan ini dilakukan dengan tangan langsung. Walaupun nanti dapat dipastikan akan terkena tanahnya langsung. Tapi kami menikmatinya.

Episodes
1 Hari pernikahanku
2 Malam pertama
3 Hangatnya pangkuannya
4 Ajun memilih karyawan super market
5 Didalam kancing yang terbuka
6 Gagal karena tertidur
7 Kepergian Ajun
8 Kepulangan Ajun?
9 Bunga tabur dan karangan bunga
10 Dia benar benar masih hidup?
11 Cerita yang sebenarnya
12 Pertanyaan tak senonoh
13 Malam indah kami
14 Sakit setelah semalam
15 Sangatlah besar
16 Bra pilihan Ajun
17 Suasana didalam mobil
18 Ajun sangatlah kuat
19 Kemeja yang kupakai tembus pandang
20 Heboh gara gara daster hitam tanpa lengan
21 Bermalam dirumah mamah
22 Om Bayu sahabat mamah
23 Kencan bareng bersama mereka
24 Ajun melahap bibirku
25 Sebuah ruang private
26 Bermain dirumah mamah
27 Pulang meninggalkan rasa malu
28 Double
29 Mamah melihat kami bermain
30 Nyali pria itu menciut
31 Kecupan dari Bela tetangga baru kami
32 Keganasan Bela disalon
33 Seorang pengecut
34 Tangis Ajun pecah
35 Mencoba mencari keberadaannya
36 Makan siang bersama Bela
37 Tubuhku penuh dengan luka
38 Ajun masih dirumah Bela
39 Ajun menyalahkan dirinya sendiri
40 Ajun dengan sigap mengurusku
41 Ajun tidak mau beranjak sedikitpun dari sisiku
42 Ajun tidak tidur semalaman
43 Ajun terlelap tidur didadaku
44 Bela tergiur melihat seluruh tubuh polos Ajun
45 Bela mengakui perasaannya kepada Ajun
46 Bela menjadi cahaya bagi Ajun
47 Double
48 Ajun berbohong kepadaku
49 Pekerjaan malam dirumah Bela
50 Tubuh Ajun sebagai gantinya
51 Kekecewaanku pada diri Ajun
52 Aku tidak bisa menahannya lagi Jun
53 Pergi sejenak dari sisi Ajun
54 Om Bayu menjadi malaikat penolongku
55 Kondisi kesehatanku memburuk
56 Om Bayu terpaksa memberitahu mamah
57 Double
58 Aku memilih untuk pergi selama lamanya
59 Cahaya putih ada didepan mataku
60 Keajaiban besar mendatangiku
61 Paket dari Bela
62 Mamah menampar Ajun
63 Pertemuanku dengan Ajun kembali
64 Ternyata Brian yang baik
65 Pesona Brian
66 Hotel Mawar dan wanita bule
67 Perpisahan
68 Sambutan pertama dari Bela
69 Pembalasanku pada Bela
70 Bela menghilang
71 Kehidupan baru Bela
72 Rencana punya anak
73 Gimana bikin anak dok?
74 Malam perjuangan
75 Hamil?
76 Kehidupan cinta Brian
77 Pesta kecil kecilan
78 Dua bayi kecil
79 Jalan kerumah hantu
80 Tiga bulan berlalu
81 Minuman bersoda
82 Brian dan Olif
83 Makan malam bersama
84 Lima bulan berlalu
85 Kemarahan Ajun
86 Ganti ukuran
87 Kamu yang terbaik
88 Ngidam bercinta
89 Cinta mamah dan om Bayu
90 Hari bahagia
91 Pesta keluarga
92 Sembilan bulan berlalu
93 Sakit tak tertahankan
94 Perjuangan seorang ibu
95 Hidup dan mati
96 Anggia Alfian
97 Ajun juga butuh ASI
98 Jadilah anak baik
99 Ajun punya adik
100 Nikmatnya bercinta
101 Kehidupan baru kami
102 Visual karakter
103 Sampai jumpa
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Hari pernikahanku
2
Malam pertama
3
Hangatnya pangkuannya
4
Ajun memilih karyawan super market
5
Didalam kancing yang terbuka
6
Gagal karena tertidur
7
Kepergian Ajun
8
Kepulangan Ajun?
9
Bunga tabur dan karangan bunga
10
Dia benar benar masih hidup?
11
Cerita yang sebenarnya
12
Pertanyaan tak senonoh
13
Malam indah kami
14
Sakit setelah semalam
15
Sangatlah besar
16
Bra pilihan Ajun
17
Suasana didalam mobil
18
Ajun sangatlah kuat
19
Kemeja yang kupakai tembus pandang
20
Heboh gara gara daster hitam tanpa lengan
21
Bermalam dirumah mamah
22
Om Bayu sahabat mamah
23
Kencan bareng bersama mereka
24
Ajun melahap bibirku
25
Sebuah ruang private
26
Bermain dirumah mamah
27
Pulang meninggalkan rasa malu
28
Double
29
Mamah melihat kami bermain
30
Nyali pria itu menciut
31
Kecupan dari Bela tetangga baru kami
32
Keganasan Bela disalon
33
Seorang pengecut
34
Tangis Ajun pecah
35
Mencoba mencari keberadaannya
36
Makan siang bersama Bela
37
Tubuhku penuh dengan luka
38
Ajun masih dirumah Bela
39
Ajun menyalahkan dirinya sendiri
40
Ajun dengan sigap mengurusku
41
Ajun tidak mau beranjak sedikitpun dari sisiku
42
Ajun tidak tidur semalaman
43
Ajun terlelap tidur didadaku
44
Bela tergiur melihat seluruh tubuh polos Ajun
45
Bela mengakui perasaannya kepada Ajun
46
Bela menjadi cahaya bagi Ajun
47
Double
48
Ajun berbohong kepadaku
49
Pekerjaan malam dirumah Bela
50
Tubuh Ajun sebagai gantinya
51
Kekecewaanku pada diri Ajun
52
Aku tidak bisa menahannya lagi Jun
53
Pergi sejenak dari sisi Ajun
54
Om Bayu menjadi malaikat penolongku
55
Kondisi kesehatanku memburuk
56
Om Bayu terpaksa memberitahu mamah
57
Double
58
Aku memilih untuk pergi selama lamanya
59
Cahaya putih ada didepan mataku
60
Keajaiban besar mendatangiku
61
Paket dari Bela
62
Mamah menampar Ajun
63
Pertemuanku dengan Ajun kembali
64
Ternyata Brian yang baik
65
Pesona Brian
66
Hotel Mawar dan wanita bule
67
Perpisahan
68
Sambutan pertama dari Bela
69
Pembalasanku pada Bela
70
Bela menghilang
71
Kehidupan baru Bela
72
Rencana punya anak
73
Gimana bikin anak dok?
74
Malam perjuangan
75
Hamil?
76
Kehidupan cinta Brian
77
Pesta kecil kecilan
78
Dua bayi kecil
79
Jalan kerumah hantu
80
Tiga bulan berlalu
81
Minuman bersoda
82
Brian dan Olif
83
Makan malam bersama
84
Lima bulan berlalu
85
Kemarahan Ajun
86
Ganti ukuran
87
Kamu yang terbaik
88
Ngidam bercinta
89
Cinta mamah dan om Bayu
90
Hari bahagia
91
Pesta keluarga
92
Sembilan bulan berlalu
93
Sakit tak tertahankan
94
Perjuangan seorang ibu
95
Hidup dan mati
96
Anggia Alfian
97
Ajun juga butuh ASI
98
Jadilah anak baik
99
Ajun punya adik
100
Nikmatnya bercinta
101
Kehidupan baru kami
102
Visual karakter
103
Sampai jumpa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!