Ajun terduduk disamping tubuhku yang masih terlentang diatas sofa dengan baju yang sudah terbuka setengahnya. "Halo!" dia mengangkat telepon dari karyawan kepercayaannya. "Halo pak Ajun ada hal penting yang saya mau katakan kepada bapak!" suara yang terdengar dari sambungan telepon. "Aku kesana dulu ya!" pamit Ajun meninggalkanku pergi keruang kerja.
"Ada apa?" Ajun dengan serius mendengarkannya berbicara. "pak ada sedikit masalah yang terjadi diproject kita yang ada diluar kota. Jadi besok bapak harus kesana untuk mengeceknya sendiri!" Ajun tiba tiba memijat kepalanya yang tidak terasa pusing.
"Memang ada masalah apa?" Ajun mulai memastikan. "Kepala daerah yang bekerja dengan perusahaan kita sedang terlibat masalah dengan ketua tim pekerja yang memegang kendali diproject kita kali ini pak!" dia mulai menjelaskan masalah apa yang terjadi. "Terus saya memang harus kesana apa? nggak bisa kamu saja yang ngehandle?" Ajun sebenarnya benar benar sedang males untuk dateng kesana dan meninggalkanku sendiri disini.
"Nggak bisa pak mereka hanya ingin bapak sendiri yang menanganinya. Kalau bapak nggak kesana masalahnya bisa tambah melebar kemana mana pak!" Ajun benar benar terdesak sekarang. Dia tidak bisa lagi memberikan alasan alasan untuk tidak melakukannya. "Yaudah besok saya kesana!" Ajun menutup sambungan teleponnya. Dan dia telah memutuskan bahwa besok dia akan pergi keluar kota untuk meninjau project perusahaannya.
Ajun menyempatkan diri dahulu untuk menyiapkan dokumen dokumen yang akan dia bawa kesana. Dia memasukkan dokumen dan satu buah laptop kedalam tas kerjanya. Dia akan bertolak keluar kota mungkin hanya satu hari. Setelah dia menyelesaikan masalahnya disana dia akan langsung pulang kembali kesini menemaniku.
Sementara aku masih duduk disofa sendirian. Senyumku terpancar saat mengingat kejadian tadi dengan Ajun. Saat Ajun memainkan bibirku dengan mesra dan aksi tangannya yang mendebarkan jantungku. "Astaga malunya!" aku tersadar dari lamunanku. Aku menyentuh dadaku yang sudah terbuka. Aku mencoba mengancingkan kembali kancing bajuku yang sudah terbuka. Apakah nanti nggak bakal tambah aneh ya kalau aku kancingin lagi!. Gumam raguku. Aku mengambil air putih yang ada dimeja dihadapanku. Lalu kuteguk tidak tersisa untuk menghilangkan rasa gugupku.
Ajun belum juga kembali dari ruang kerjanya. Sambil menunggu dia kembali aku memutar lagu yang ada didaftar layar ponselku. Kupakai pengeras suara yang sudah ada disamping sofa. Kurebahkan kembali tubuhku keatas sofa yang empuk ini sambil mendengar lagu dari sambungan pengeras suara yang sudah tertata rapi ditelingaku. Tiba tiba aku semakin merasa masuk kedalam syahdunya alunan musik yang sedang kudengarkan. Sampai sampai mataku benar benar merasakan kantuk yang luar biasa menerpaku. Kukuatkan diriku agar tidak tertidur. Aku masih dengan setia menunggu Ajun kembali.
"Aku harus mewujudkannya sekarang!". Gumam Ajun ingin menyelesaikan aksinya yang tertunda denganku tadi. Setelah sedikit beberes untuk kepergiannya besok. Ajun berjalan dengan tergesa gesa menuju keruang keluarga menghampiriku. Dalam hatinya sudah ada semangat yang membara. Dia ingin berbagi kenikmatan denganku malam ini karena besok dia sudah harus pergi keluar kota. Dan dia mulai besok sudah akan mulai disibukkan oleh pekerjaan yang sudah menunggunya.
"Sayang!" suara lembut Ajun memanggilku. Aku sama sekali tidak mendengarnya karena aku masih menggunakan pengeras suara ditelingaku. Dia berjalan semakin mendekat kearahku. Dia menyentuh punggungku dan menggoyang goyangkannya. Karena posisiku sekarang aku menghadap membelakanginya.
"Ayana....Ayana!" Ajun mulai memanggilku dengan suara yang sedikit keras. Dia membalikkan tubuhku menghadap kearahnya. "Dia tidur?" Ajun kaget melihatku sudah terlelap tidur dengan nyenyaknya. Dia melepas pengeras suara yang masih terpasang rapi dikedua telingaku.
"Dia masih bisa tidur dikeadaan seperti ini? AYANA....AYANA!" Dia mengelus kepalanya sendiri dengan rasa kesal yang muali muncul dari hatinya. Ajun tidak jadi menyelesaikan misinya malam ini memang karena kesalahanku. Mimpiku tertawa. Ajun mengangkat tubuhku yang tidak kecil ini. Dia membopongku menaiki anak tangga demi anak tangga menuju kamar kami berdua yang ada dilantai atas.
"Ayana.....Ayana!" Ajun masih mencoba membangunkanku setibanya dikamar. Dia masih ingin benar benar mewujudkannya sekarang. "Hmmmmmm" sahutku masih belum sadar. Aku menggerakkan tanganku untuk meregangkan tubuhku. Setelah itu aku kembali tertidur.
Aku sekarang sudah berada diatas ranjang setelah Ajun meletakkan tubuhku ditempat tidurku seperti biasanya. Dia meletakkan tubuhku disertai keluh kesahnya yang mengutuk beratnya badanku. "Dia makan apa sih! badan kecil kog berat juga!" dia mengatakannya dengan jelas. Jika saja kalau aku belum tidur. Pasti sudah kucubit tuh bibirnya. Berani beraninya ngehina istri sendiri. Gumamku dalam tidur. "Mau nyubit pake apa? pake bibir kamu?" Sahut Ajun tiba tiba muncul dari dalam mimpiku.
Ajun ikut membaringkan dirinya tepat disampingku. Dia tidak lupa menyelimuti tubuhku. Tidak lupa juga memelukku dengan hangat. Walaupun aku sudah mengecewakannya. Tetap saja dia sama sekali tidak menyimpan amarah dari dalam hatinya.
Tidak lupa dia mendaratkan kecupan kecil dikeningku. "Selamat malam" ucap Ajun penuh kasih sayang. Aku sepertinya hanya mendengarnya remang remang saat dia mengucapkannya dari alam bawah sadarku. Aku membalasnya hanya dengan lingkaran tanganku yang semakin mempererat pelukannya kepadaku.
Aku tertidur pulas sampai pagi datang menghampiriku. Begitupa dengan Ajun dia harus mempersiapkan diri untuk perjalanan panjangnya hari ini. Aku terbangun setelah Ajun sudah tidak ada lagi disampingku. Dia mengganti pelukannya dengan sebuah guling untuk bertugas memelukku.
"Ajun!" aku terbangun dan langung mencari keberadaan Ajun. Ajun sudah duduk didepan ranjang mengemasi barang barang yang akan diperlukannya. "Mau kemana kamu sayang?" aku beranjak dari kasur. "Sudah bangun?" Ajun beranjak menghampiriku dan membelai kepalaku. "Aku hari ini mau pergi keluar kota!" Dia memberitahuku tiba tiba. "Ngapain?" tanyaku heran. " Mau ngurusin pekerjaan yang ada disana" Ajun menjelaskannya
" Kog tiba tiba?" aku mulai tidak merelakannya untuk pergi. "Iya tadi malem aku baru dikabarin dari kantor soalnya!" Ajun masih mencoba menjelaskan. Aku mengangguk angguk mengerti. Karena aku juga adalah sekretaris dari Ajun. Jadi aku mengerti betapa banyaknya pekerjaan yang harus diurus Ajun.
Saat Ajun menyebutkan kata "tadi malam" aku mulai mengingat sesuatu. Oh iya aku tadi malemkan nggak tidur disini! aku mulai mengingatnya. Apa yang terjadi tadi malem? aku ketiduran!. Gumamku mulai khawatir.
"Ajunnn" panggilku dengan ragu ragu. "Hmmmm" Ajun menengok kearahku saat dia masih mengecek data tentang keadaan project yang ada dilayar ponselnya. "Bukannya aku tadi malem tidur disofa ya?" aku mulai memastikannya. "Hmmm" Ajun menanggapiku. " Terus kog aku tiba tiba bangun sudah ada disini?" Aku mulai penasaran. Ajun beranjak dari ranjang. "Menurut kamu?" Ajun melototkan matanya. "Dia yang memindahkanku?". Batinku menebak jawaban yang sepertinya benar.
"Terus apa yang terjadi denganku dan Ajun tadi malam?" aku benar benar tidak ingat. "Kamu mencapakan aku dan memilih untuk tidur sendirian!" Jawab Ajun yang sepertinya mengetahui apa yang sedang kupikirkan. Padahal aku tidak mengatakannya. "AYANA...AYANAA!" aku menepuk nepuk kepalaku dan memarahi diriku sendiri saat mengingat hal yang telah kulakukan kepada Ajun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments