Masih pagi didalam bathup bersamanya. Dia membersihkan seluruh tubuhku. Mulai dari sisi depan tubuhku hingga sampai sisi belakang tubuhku. Tidak ada sedikitpun yang dia lewatkan. Dari bagian yang mudah dijangkau sampai dengan sela sela terdalam dia dengan mudah menjangkaunya. Dan membersihkannya dengan sempurna. Seolah olah dia orang yang sudah profesional dalam hal ini.
Setelah dia selesai memandikanku. Aku masih terduduk didalam bathup dengan tubuhku yang sudah bersih seluruhnya. Aku tetap harus menunggu Ajun sampai dia mengangkat tubuhku kembali keluar dari kamar mandi. Sedangkan Ajun sekarang bergantian memandikan tubuhnya sendiri. Dia membasuh seluruh tubuhnya juga dihadapanku. Dia sesekali meminta bantuanku untuk bergantian membersihkan bagian tubuh yang sulit dijangkau olehnya sendiri.
Dia mandi dengan waktu yang sedikit lama dari biasanya. Hingga aku sampai sampai merasa kedinginan karena sedari tadi aku sudah berendam didalam bathup ini. Walaupun dengan air hangat tetap saja aku merasakan hawa sejuk yang menyeruak terasa dikulitku. Ajun membersihkan tubuhnya sendiripun juga dengan sangat telaten. Tidak ada setitikpun yang dia lewatkan. Aku mengamati semua gerakan tubuhnya. Dan semua dengan lekuk tubuhnya yang sempurna.
Setelah selesai dengan urusan kami dikamar mandi. Ajun keluar dari bathup dengan melingkarkan handuk dipinggangnya. Lalu dia mengangkat tubuhku berdiri untuk keluar dari bathup. Tapi anehnya entah dia lupa atau bagaimana. Dia tidak memakaikan baju handuk yang biasa selalu kupakai setelah mandi ketubuhku.
"Jun itu...!" aku menunjuk baju handuk yang sudah ada dilemari dikamar mandi. Aku memberitahunya agar Ajun mengambilnya dan memakaikannya ketubuhku. Tapi Ajun tidak menghiraukan sama sekali permintaanku. Dia langsung membopong tubuhku begitu saja keluar dari kamar mandi yang masih tanpa dibalut pakaian sehelaipun. "PLAKKKK!" aku memukul punggung Ajun yang terbuka. "Aduhhh!" Ajun meringis kesakitan. Aku melakukannya karena tingkah menyebalkan Ajun. Ajun tersenyum penuh dendam yang membara saat merasakan sakit dipunggungnya.
Dia menaruhku diatas ranjang yang sudah rapi kembali. Setelah tadi malam berantakan dan lusuh semua. Semua berhamburan tidak pada tempatnya. Setelah aku sudah berhasil mandi dengan bantuan Ajun.
Tapi satu masalah kembali datang. Sepertinya aku sekarang tidak memiliki baju bersih yang tersisa dilemariku. Aku sampai lupa mencuci baju dari kemarin. Karena kegiatan yang sangat padat yang kulakukan setiap hari. Aku lupa akan pekerjaan itu karena sibuk dengan semua persoalan dokumen dikantor. Ajunpun tidak mengingatkanku. Aku pakai baju apa nih, masak aku harus nggak pakai baju seharian. Gusarku.
Sedangkan Ajun sekarang sudah berpakaian rapi dengan kaos dan celana pendek rumahan. Seperti gaya berpakaian yang sering dia pakai saat berada dirumah. Dia berjalan menghampiriku yang masih kedinginan diatas ranjang. "Junnn" aku mulai memanggilnya untuk memberitahu masalah yang sedang terjadi. Dia menoleh serius mendengarkanku. "Kenapa?" dia menyisir rambutnya.
"Bajuku semuanya masih kotor, belum kucuci kemarin" aku mengingat jika tumpukan baju kotorku masih ada disamping mesin cuci. Ajun tertawa kecut melihatku terlihat gusar. "Yaudah gini aja terus!" Ajun menunjuk tubuhku dan mengeluarkan kalimat yang tidak ingin kudengar.
Aku memajukan wajahku dengan amarah yang kuat kedepannya. Dia malah semakin menggodaku. Dia masih memaksaku untuk bersedia menerima keadaan. Dan dia tidak berusaha sedikitpun. Sepertinya aku salah sudah bercerita kepadanya. Batinku.
Aku mulai menemukan satu ide cemerlang datang menghampiriku. Suatu pemikiran jenius terlintas dibenakku. "Jun!" aku mulai ingin meminta bantuan kepadanya terkait ide cemerlangku. Dia membuka telinganya lebar lebar. "Aku boleh pinjem.....!" bla bla Aku membisikkannya ditelinga Ajun. "APA?" Ajun sontak kaget saat mendengar permintaanku.
"Iya, aku pinjem baju kamu sekaligus dalemannya" aku mengulangi perkataanku. Ajun masih terkejut mendengar ide yang bagiku itu adalah satu satunya solusi untuk sekarang. Dia sejenak berfikir keras. Entah apa yang membuat dia sebegitu memikirkannya. "Cepetan Jun, dingin banget nih!" aku mulai mengeluh kepada Ajun.
Ajun sepertinya mulai merasa kasihan melihatku kedinginan karena tubuh yang masih tanpa dibalut dengan apapun. Dia beranjak meninggalkanku menuju lemari tempat dia menyimpan seluruh pakaiannya. Dia mengambil salah satu kotak besar dari bagian bawah lemari. Setelah itu dia menghampiriku kembali dengan membawa kotak yang dia ambil tadi.
Dia memberikannya kepadaku. Aku melihat ada beberapa kemeja panjang dan ada daleman Ajun yang memiliki ukuran cukup besar yang ada didalam kotak itu. Yang pasti ukuran dalemannya seimbang dengan ukuran bagian tubuh Ajun yang memakainya. Aku tertawa saat mengangkat dalemannya didepan mataku. Ajun sedikit malu saat ini. Ini giliran kesempatanku untuk mmbalas semua kejahilannya yang dia lakukan kepadaku tadi dikamar mandi. Niat jahat mulai muncul dari dalam hatiku.
Aku memilih salah satu kemeja berwarna putih yang ada didalam kotak itu. Aku memakainya langsung ketubuhku. Tanpa menggunakan bra yang pasti Ajun tidak memilikinya. Ah nggak papa kali ya nggak pakai bra, orang yang ngeliat cuman Ajun aja kog. Gumamku menyetujuinya.
Tidak lupa aku mengambil salah satu daleman milik Ajun yang berwarna hitam yang pasti sudah pernah dipakai oleh sang pemiliknya. Aku sengaja tidak memilih daleman miliknya yang masih baru. Aku berniat untuk membuat Ajun salah tingkah. Batinku.
Aku mengenakannya tepat dihadapan Ajun. Dia masih berdiri memandangiku memakai baju miliknya. Kemeja yang kupakai terlihat sekali kebesaran ketika tertempel ditubuhku. Panjangnya mencapai diatas lututku. Sehingga sudah bisa menutupi sesuatu yang terlarang ditubuhku. Akupun tidak memakai celana lagi karena kemeja yang kupakai sudah menutupi semua yang harus ditutupi.
Aku menyingkap kemejaku. Dan memakai daleman milik Ajun. Terlihat daleman miliknya seperti kemeja yang kupakai tadi. Ini benar benar kebesaran dan dengan kelonggaran yang luar biasa. Sampai sampai masih ada ruang yang cukup luas yang tersisa disana.
Sehingga sesuatu yang seharusnya dia tutupi. Kali ini tidak tertutup dengan rapat. Hawa dingin masih bisa merasuk kedalam melalui celah celah yang terbuka. Sangking besarnya daleman milik Ajun jika dipakai ditubuhku.
Wajah Ajun memerah karena malu. Aku sengaja memainkannya dan menunjukkan kepadanya. Aku memandangnya seakan akan benar benar ingin balas dendam kepadanya. "HAHA....HAHA..HUA!". Aku tertawa terbahak bahak menggodanya. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Emang sebesar itu ya?" Ajun menanyakannya kepadaku. "Buesarrrrr banget!" aku menjawabnya diiringi gerakan tangan yang menggambarkan betapa besarnya sesuatu yang dia maksud tadi. Sesuatu yang sudah kuingat dengan jelas tadi malam. Ajun tersenyum malu. "Tapi kamu seneng kan?" Ajun semakin melupakan rasa malunya. Aku mengangguk jujur. Dia terlihat puas dengan jawabanku.
Dia mendekat kearahku. Menyentuh bahuku. mendorong tubuhku keatas ranjang. Menyingkirkan kotak yang berisikan baju kelantai. Mau apa dia? apa dia mau melakukannya lagi!. TIDAKKKK. Gusarku.
Dia kembali menikmati bibirku dengan semangat. Aku segera menutup bibirku rapat rapat. Aku menolaknya untuk demi kebaikan tubuhku sendiri. Batinku. Masih segini sakitnya masak ya dia mau nambahin lagi dengan rasa sakit yang baru. Batinku.
Dia masih mencoba membuka gembok bibirku yang telah kukunci rapat rapat. Setelah pergulatannya dia berhasil menjebol pertahananku. Aku kalah kuat darinya. Dia meyerang habis bibirku. "Aku tidak tahu kalau kemeja putih bisa berbahaya!" Ajun menghentikan serangannya dan berbisik kepadaku. Bahaya?. Heranku. Aku mengeluarkan tatapan penuh tanya.
"Iya bahaya, dia bisa bisa menggoda imanku kembali dipagi ini!" Ajun menjelaskan perkataannya. Sepertinya aku mulai paham sekarang. Aku tersenyum manis padanya. Aku ingin menghentikannya dengan halus. Lalu mendorong tubuhnya untuk menjauh dari atas tubuhku yang sudah berbaring kembali diranjang. Aku harus menghentikannya. Geramku.
Aku berdiri dan meninggalkan Ajun yang masih terduduk dengan posisi yang sama. Aku berjalan tertatih tatih meninggalkan kamar kami. Ajun tersenyum kecewa melihatku meninggalkannya. Lalu senyum jahilpun kembali terpancar dari bibirnya saat melihat kaki jenjangku sekarang sedang polos tanpa terhalangi oleh apapun. Dan dengan kemeja yang sedikit terlihat transparan menghiasi tubuhku. Sehingga cahaya matahari menembus dan memperlihatkan tubuh indahku didalamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments