Ternyata aku pingsan. "Ayana....Ayana....Ayanaa!" suara seseorang mencoba membangunkanku. Tangannya sedari tadi menepuk nepuk pipiku. Rasanya pipiku sekarang sedikit ngilu. Walaupun dia menepuknya pelan tapi ini sudah kesekian kalinya dia melakukannya tanpa henti.
Pipiku sedikit demi sedikit memerah. Ini siapa sih. Gumamku masih dengan mata terpejam. Aroma minyak kayu putih mulai tercium sangat menyengat dilubang hidungku. Sesuatu yang hangat mulai terasa dibibirku. Udara segar mulai masuk melalui mulutku. Ternyata dia memberiku nafas buatan.
Aku mulai membuka mata. Rasanya seketika aku ingin pingsan kembali saat melihat wajah seseorang yang ada dihadapanku. "Ajun?" aku menyipitkan mataku. Aku masih bertanya untuk memastikannya. Dia malah terlihat lebih bingung dibanding denganku.
Dia menyentuh luka dikeningku yang gara gara terbentur pegangan tangga tadi. "Ini kenapa?" dia mulai mengeluarkan suaranya. Dia benar benar Ajun?. Gumamku. Aku menyingkirkan tangannya dari keningku. " Kamu benar benar masih hidup?" aku masih ragu apakah yang ada didepanku sekarang benar benar Ajun. Dia menatapku dengan segudang pertanyaan yang dia pendam. "Apa!" dia menjawabnya dengan heran.
Aku beranjak dari sofa. Aku memeluknya dengan erat. Masih dengan pakaiannya yang basah kuyup oleh air hujan. Tangisku pecah saat melihatnya masih berada disisiku. "Hiks....hiksss...hikss!" aku tersedu sedu dalam pelukannya. Dia masih bingung dengan tingkahku. Melihatku menangis dia mengarahkan tangannya kepunggungku. Lalu mengelus elusnya menenangkan diriku.
Setelah cukup merasa puas aku memeluknya. Aku melepaskannya perlahan lahan seolah olah aku tidak mau lagi dia pergi dari sisiku. Ajun menatapku dengan serius. "Ada apa?" Ajun mencoba bertanya kepadaku dengan suara yang lembut. Aku masih terdiam tidak percaya. Aku belum mampu untuk menjelaskannya kepada Ajun. Aku terdiam sangat lama. Dia juga terdiam, tidak bertanya lagi. Dia sepertinya memahami kondisiku.
"Yaudah kamu tenang dulu ya!" Ajun mengusap air mataku. Aku sedikit lebih tenang saat Ajun benar benar sekarang ada dihadapanku. "Aku ganti baju dulu sebentar ya!" pamit Ajun meninggalkanku.
Tidak lupa dia menyelimuti tubuhku terlebih dahulu. Terasa hangat Karena keadaan diluar masih hujan sangat deras. Setelah Ajun pergi. Sesekali aku memegangi keningku yang luka tadi. Sakitnya sekarang benar benar terasa. Sangat ngilu dan membuatku mulai sedikit pusing. Tapi berbeda dengan suasana hatiku, hatiku sekarang senang tak terkira setelah kembalinya suamiku.
Ajun terlihat sudah menuruni tangga menuju kearahku. Dia menngganti baju kerjanya dengan kaos dan celana pendek rumahan. Dia juga membawa kotak P3K ditangannya. Setelah menaruh kotak P3K didepanku. Dia kembali pergi menuju dapur. Ternyata dia mengambil segelas air hangat yang diberikannya kepadaku. Kedua tanganku masih mencengkram kuat selimut yang menyelimuti tubuhku. Hawa dingin merasuk kedalam tubuhku. Menembus balutan selimut yang tebal ini.
Ajun menghampiriku dan memberikan segelas air hangat tadi kepadaku. Aku menerimanya dan langsung meneguknya. Air hangat itu berhasil sedikit mengurangi hawa dingin yang menyerangku.
"Sudah tenang?"Ajun duduk tepat disampingku. "Ini kenapa?" Ajun membahas luka dikeningku. "Nggak kenapa kenapa!" aku enggan mengingatnya. Ajun mengambil obat merah, kapas dan juga plaster dari kotak P3K yang dia bawa tadi. Dia membersihkan lukaku dengan sangat hati hati. Setelah itu dia menutupinya dengan plaster dengan rapi.
Ajun mendekat kearahku. Dia menyentuh tanganku yang sangat dingin. Lalu menempatkan tanganku tepat ditengah tengah genggaman tangannya. Aku mulai merasakan sakit yang mulai menjalar disekujur tubuhku. Mungkin karena kesedihanku yang sangat lama tadi dan ditambah dengan cuaca sekarang yang tidak mendukung.
Ajun merapatkan tubuhku kedalam dekapannya. Tubuhku mulai mendapatkan kehangatan. Ajun mengelus kepalaku. Sebenarnya aku masih sedikit kefikiran dengan masalah yang membuatku ketakutkan tadi. Aku terdiam sangat lama didekapannya. Ajun mulai khawatir dengan keadaanku. Aku masih larut dalam kesedihanku yang belum sepenuhnya hilang.
Ajun belum tega untuk menanyakan apa yang telah terjadi kepadaku. Dia ikut memandangiku dengan tatapan sendu. Aku sesekali menatapnya tanpa berkata apapun.Aku hanya masih memantabkan hatiku bahwa yang ada disampingku sekarang benar benar laki laki yang selaku kucintai.
"Tidur aja dulu!" Ajun melingkarkan tangannya kebahuku. Dan menyuruhku untuk tidur dipekukannya. Aku mengangguk mengiyakan. Ajun terdiam membantuku agar cepat tertidur. Aku mendongak keatas menatap wajahnya. Nampak jelas wajah lelah Ajun yang baru saja kembali dari tugas kerjanya. Dia sesekali terlihat meregangkan lehernya untuk mengusir rasa lelahnya.
Aku tidak tega melihatnya. "Sayang" panggilku lirih kepadanya. "Hmmm kenapa?" jawab Ajun sigap. "Kita istirahat kekamar aja yuk!" Ajakku kepadanya karena sekarang kami masih terduduk disofa diruang keluarga. "Yaudah ayo!" Ajun menyetujui permintaanku. "Mau aku gendong?" Ajun membantuku untuk berdiri. "Nggak usah" kali ini aku menolak tawarannya.
Ajun berjalan sejajar denganku. Dia masih menggenggam tanganku dengan erat. Dalam diamku aku terlihat meneteskan air mata bahagia. Aku merasa benar benar beruntung bisa mendapatkan suami seperti Ajun. Sosok laki laki yang selalu mengutamakan kondisiku dibanding dengan kondisi dirinya sendiri.
Dia memapahku menaiki ranjang. Lalu dia juga berbaring tepat disampingku. Aku masih berbalut dengan selimut yang dia berikan tadi. Sedangkan dia hanya berbalut pakaian saja didalam ruangan yang hawanya sekarang dinginnya melebihi hawa dingin yang kurasakan dibawah tadi. Dia masih belum tidur dan selalu menjagaku untuk memastikanku tidur dengan nyaman.
"Sudah ayo tidur!" ajakku menarik tangannya untuk lebih mendekat kearahku . Dia tersenyum melihatku mulai bisa menenangkan diri. Aku membagi selimut yang kupakai dengannya. Aku menyelimutinya dengan kasih sayang yang kuberikan. Dia menatapku lega.
Aku sedikit beranjak dari tempatku. Dan..... ."CUPPP!". Aku memberikan kecupan kecil kebibirnya itu. Ajun hanya tersenyum manis melihat tingkahku. "Selamat malam!" Ucapku kepadanya. Dia semakin merapatkan tubuhnya ketubuhku. Seperti yang sering kulakukan kepadanya. Aku memeluknya dengan erat. Dan seolah olah memberikan tenagaku untuk menghapus lelahnya selama berhari hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments