Setelah Ajun selesai menyiapkan semua keperluannya untuk selama disana. Aku berkata kepadanya untuk menungguku sebentar. Aku mau membawakan bekal untuknya. Bekal yang bisa dia makan selama diperjalanan nanti. Perjalanan yang tidak sebentar. Ajun mengiyakan permintaanku.
Dia sekarang sedang menungguku didapur bersamaku yang sedang membungkuskan beberapa menu makanan dan camilan untuknya. Ajun sedari tadi hanya termenung memandang kearahku. Aku sempat takut jika dia masih kepikiran tentang masalah yang semalam. "Kenapa sayang?" aku mulai bertanya kepadanya. "Nggak papa aku cuma takut aja ninggalin kamu sendiri dirumah!" Ajun ternyata masih mengkhawatirkanku.
"Aku nggak papa kog kamu tenang aja!" aku mencoba menenangkannya. "Apa kamu nginep aja dirumah mamah ya! apa atau biar mamah aku suruh nemenin kamu disini?" Ajun masih saja belum percaya kepadaku kalau aku memang baik baik saja. "Nggak usah lah Jun mamah pasti juga lagi sibuk ngurusin kerjaannya sendiri" aku berjalan menghampiri Ajun.
"Kamu benar benar nggak papa aku tinggal?" Ajun kembali memastikan. Aku mulai mendekat kearahnya. Dilihat dari raut wajahnya sepertinya dia masih saja mekhawatirkanku. "Iya iya aku baik baik saja!" ucapku sembari mengelus elus bahunya mencoba meyakinkannya. Dia membalas mengelus punggung tanganku.
"TIT...TIT...TIT!" suara klakson mobil yang menjemput Ajun sudah terdengar dari halaman rumah. Ajun menatapku dengan sendu. Dia menyentuh kedua pipiku. "Kamu baik baik saja ya dirumah!" Ajun mulai berpamitan kepadaku. Aku terdiam fokus mendengarkannya.
"Kalau ada apa apa jangan lupa kabarin aku secepatnya ya!, atau kabarin karyawanku yang ada disana!" Ajun kembali mengatakannya dengan serius. "Hmmmm" aku mengangguk angguk tanda mengerti. Dia mendekatkan wajahku semakin mendekat kewajahnya.
Lalu tiba tiba dia mengecup bibirku dengan sangat lama. Ini kenang kenangan untukmu jangan sampai kamu melupakanku sedetikpun. Gumam Ajun. "Aku pergi dulu ya!" Ajun melepaskan tautan bibirnya.
"Iya hati hati ya!" Pesanku untuknya. Ajun mulai melangkah meninggalkanku sendiri menahan kesepian ini. Dia membuka pintu rumah lalu menghampiri mobil yang sedari tadi sudah menunggunya.
"AJUN!" teriakku menghampirinya. Ajun memalingkan wajahnya menghadap kearahku berlari. Aku memeluknya dengan sangat erat. "Cepet selesaikan urusanmu disana ya!, biar bisa cepat pulang dan gantian menyelesaikan urusan kita disini!" ucapku sembari serius memandang wajahnya. Dia memperat pelukanku kepadanya. "Hmmmm" sepertinya dia sudah tahu maksud dari perkataanku. Aku melepaskan pelukanku dan mempersilahkan dia untuk pergi. "Sampai jumpa!" Ajun kembali mengelus kepalaku. Setelah dia masuk kedalam mobil. Aku melambai lambaikan tanganku dengan senyum pilu.
Mobil Ajun melaju meninggalkan halaman rumah. Sepersekian menit mobil Ajun sudah tidak terlihat lagi dipandanganku. Kini hanya tersisa aku seorang diri dirumah seluas ini. Aku memasuki rumah dengan langkah yang lunglai tidak bersemangat.
Aku berencana akan menyibukkan diri dengan kegiatan kegiatan yang bisa kulakukan sendiri dirumah ini. Dengan berbagai peralatan yang tersedia lengkap. Aku akan memulai dengan bersih bersih beberapa ruangan di rumah ini, berolahraga, menonton film bahkan aku akan memasak untuk diriku sendiri juga.
Sebenarnya sebelum menikah dengan Ajun. Aku masih aktif bekerja sebagai sekretarisnya dikantor. Tapi setelah menikah dengannya. Aku hanya diminta berangkat bekerja saat Ajun benar benar membutuhkan tenagaku. Jika tidak ya, aku cuma mengurusi semua keperluannya selama dirumah. Sesekali aku juga membantunya menyelesaikan pekerjaan yang bisa dikerjakaan dari rumah.
Aku masih sedikit bingung apakah semua kegiatan yang akan kulakukan itu akan megusir rasa kesendirianku sekarang ini ataupun tidak. Karena aku belum pernah merasakan kesepian sejak lima tahun kebelakangan ini. Karena sejak kehadiran Ajun kedalam hidupku, aku benar benar bisa melupakan kesendirian yang aku rasakan sejak aku masih kecil. Dan setelah bersama Ajun. Ajun tidak pernah meninggalkanku selama ini.
sejak kecil aku merasa sangat kesepian karena hanya tinggal bersama nenekku. Ayah dan ibuku berpisah setelah mereka melahirkanku kedunia ini. Mereka menghilang entah kemana dan membuangku begitu saja. Aku masih beruntung masih ada yang bersedia merawatku. Jikalau nenek juga tidak mau merawatku mungkin sekarang aku sudah menjadi gelandangan atau mungkin aku juga sudah lenyap dari dunia yang kejam ini.
Lalu nenekku meninggal disaat aku berusia lima belas tahun. Dan sejak itu aku mulai bekerja keras untuk menghidupi diriku sendiri. Aku mengerjakan semua jenis pekerjaan yang bisa kukerjakan. Walaupun aku mendapatkan takdir hidup yang sulit. Aku tidak pernah melupakan bahwa hanya pendidikanlah yang bisa mengubah jalan hidupku untuk kedepannya. Aku sedari masih SMP, SMA sampai dengan lulus Perguruan Tinggi selalu menanggung biaya dan segalanya dengan kerja kerasku sendiri.
Setelah lulus dengan gelar Sarjana Ekonomi aku mulai melamar pekerjaanku keberbagai perusahaan yang ada dikota ini. Sampai pada akhirnya aku keterima diperusahaan yang dibangun oleh Ajun yang sekarang menjadi suamiku.
Sejak pertama bertemunya aku selalu merasa bahwa dia adalah seorang laki laki yang memiliki kepribadian yang sangat bijaksana. Setelah satu tahun perkenalan kami. Kami semakin akrab satu sama lain. Dia sering membantuku dalam bidang pekerjaan hingga berlanjut kekehidupan pribadiku. Setelah melihat dedikasiku untuk perusahaan. Akhirnya dia merekrutku untuk menjadi Sekretarisnya.
Aku sangat bersyukur bisa bekerja disana. Setelahnya aku sedikit bisa merubah jalan hidupku. Aku sekarang juga sudah memiliki sebuah rumah besar walaupun tidak sebesar rumah yang kutinggali sekarang ini, dan ditambah beberapa cabang usaha kurintis dari nol dan m yang masih berjalan sampai sekarang.
"TUT....TUT....TUT!" dering telepon membuyarkan lamunan panjangku saat mengingat kembali memori memori kisah hidupku yang berat. Ternyata Ajun yang menelponku. Dia melakukan video call. Nampak jelas wajah cemberut darinya dilayar ponselku.
"Aku sudah kangen!" Rengeknya berlebihan. Aku tersenyum saat mendengarnya. Terlihat sepertinya dia sudah sampai ditempat tujuannya. " Ayana kayaknya aku harus disini lebih lama deh. Soalnya ternyata permasalahnnya lebih serius dibanding yang aku kira!" Ajun menyampaikan kabar yang membuatku merasa sedikit lebih sedih. "Iya nggak papa kamu selesaiin dulu aja semua masalahnya dengan baik!" pintaku kepadanya untuk tetap fokus.
"Emangnya kamu nggak kangen sama aku?" Ajun mulai mengeluarkan sikap manjanya. Aku semakin rindu saat melihatnya. "Ya kangen bangetlah masa nggak. Kamukan suamiku yang paling aku sayang!" aku membalasnya juga dengan sikap manjaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments