Ayana Ajun

Ayana Ajun

Hari pernikahanku

Gerlap gempita pesta sedari tadi mulai menghiasi pernikahan ini. Para Wedding Organizer ternama sudah berkumpul mempersiapkan pernak pernik yang menjadi andalan mereka. Banyak karangan bunga yang berdatangan memenuhi pelataran gedung mewah ini. Seorang perempuan setengah tua sudah sedari tadi memandu para pembawa acara dengan kertas susunan acara yang dibawanya agar tidak ada kesalahan sedikitpun yang terjadi.

"MAH....MAMAH...MAH!"

"Ada apa Ayana?" perempuan setengah tua yang masih sibuk dengan tugasnya berlari menghampiri suaraku yang memanggilnya dengan cukup keras. Terlihat aku sebagai sang punya acara masih sibuk dengan high heels yang sedari tadi menyusahkanku.

"Kamu tuh kenapa sih masak gini aja nggak bisa!" heran mamah karena melihatku hanya sibuk bergelut dengan masalah tali high heels yang tidak bisa terikat dengan benar. "Ajun kemana?". pengantin pria sudah tidak ada ditempat seharusnya berada untuk menemaniku disini.

"BRAK!!!"

Ajun membuat ulah. "SAKIT". Rasanya bergejolak. Ajun berjalan terpincang pincang menuju tempat yang seharusnya dia berada.

"AJUN? ADA APA DISANA?" teriak mamah dari dalam ruang tunggu pengantin masih bersama denganku. Ajun tidak menjawab dan kembali fokus berjalan menuju ruang tunggu menghampiriku dan mamah.

"AWWW!" Ajun masih meringis kesakitan karena tulang kering kakinya terbentur pintu kamar mandi.

"Kamu bukannya tadi baru dari kamar mandi ya? kok balik dari sana lagi!" heran mamah melihat Ajun bolak balik pergi kekamar mandi. "emang iya yah?". Ajun lagi lagi baru menyadari tingkah anehnya itu.

Ajun duduk disampingku yang sudah anggun dibalut dengan gaun putih. Sedangkan dia masih saja mengelus elus kakinya yang mulai terlihat memerah.

"Setelah kalian berpacaran lima tahun kalian masih bisa gugup dengan pernikahan ini. Bukannya ini yang kalian inginkan sejak dahulu kalian pertama memutuskan untuk berpacaran ya?" heran mamah kepadaku dan juga Ajun yang sudah siap melangkah menuju kehidupan baru kami.

"Siapa juga yang gugup?, iya kan sayang?" Ajun menanyakannya kepadaku dengan kaki yang sebenarnya sudah gemetar. Lalu meneguk habis tidak tersisa air putih yang sudah ada ditangannya sedari tadi.

"Iya kita kan berani banget ya Jun!" balasku membela diriku sendiri dan Ajun. Lalu aku memasukkan segenggam manisan yang sedari tadi sudah ada dihadapanku kedalam mulut. Tawa kecil keluar dari bibirku dan Ajun bebarengan.

"Memangnya kalian kira mamah sudah kenal sama kalian berapa lama sampai berani beraninya bohongin mamah, HAH!". Batin mamah.

kalau nggak gugup ngapain coba sampai masukkin tali high heels aja nggak bisa. Satunya lagi sampai lupa sudah beberapa kali dia bolak balik kekamar mandi.

Entah apa yang ada dikamar mandi sampai sampai dia rajin banget mengunjunginya terus menerus ditengah tengah acara pernikahannya ini. Gumam mamah mendengar alasanku dan Ajun. Dua orang yang bakal menjadi keluarganya sebentar lagi.

"Iya iya kalian nggak gugup kok cuma nggak berani aja, iya kan?". Goda mamah lalu mamah memilih pergi karena para tamu undangan berhamburan muncul. Dan mamah meninggalkanku dan Ajun diruang tunggu.

"Kamu nggak gugup kan sayang?" tanyaku kembali memastikan keadaan Ajun yang sebelumnya tidak pernah merasa gugup dalam keadaan apapun.

"Ya nggak mungkin lah. Kamu gugup?. Sini peluk aku kalau kamu gugup!". Ajun melebarkan tangannya mempersilahkanku masuk kedada bidangnya itu.

Akupun tidak bisa membiarkan dadanya itu terbuka sia sia. "HAAAP!" kuterima obat gugup itu dengan senang hati. Sedangkan suasana diluar sana sekarang benar benar sangat ramai dengan orang yang berpakaian rapi dan mempunyai jabatan tinggi sudah duduk rapi dikursi yang sudah disediakan sejak tadi.

Acara ijab kabul kami tadi hanya disaksikan oleh keluarga inti kami dengan tujuan agar kami benar benar merasakan kesakralan dari peristiwa yang akan kami ingat seumur hidup. Acara intipun dimulai setelah aku dan Ajun sekarang benar benar menjadi suami istri.

Pembawa acara terdengar mempersilahkan kami untuk memasuki podium panjang yang tepat disampingnya sudah terlihat semua mata orang berbinar menunggu kemunculan kami. Satu acara ini yang diharap dapat memberikan berkah dan kebahagiaan yang kami rasakan kepada semua tamu undangan yang menyaksikan.

"PROK....PROK.....PROK!" tepuk tangan meriah menyambut kehadiranku bersama Ajun yang selalu berada disampingku dan selalu menggenggam tanganku ditangannya yang sebenarnya juga lebih terasa dingin daripada tanganku.

"CANTIKNYA....TAMPANNYA.....MEREKA SERASI!" kalimat yang selalu kudengar setiap melangkahkan kakiku menuju ujung podium panjang ini. Cahaya sinar lampu mengiringi setiap langkah yakinku dan Ajun.

Dipadu dengan lantunan biola yang sangat syahdu yang dimainkan oleh pemusik ternama menambah keindahan malam ini.Tangis harupun mulai terdengar dari berbagai sisi tempat dan juga dari mamah yang sekarang resmi menjadi mamah mertuaku.

"CIUM....CIUM....CIUM!" sorak ramai seketika dikejauhan dari semua tamu yang sudah menghadap kearahku dan Ajun dengan lampu kamera ponsel mereka yang sudah menyala sedari tadi.

Kupandang wajah Ajun yang juga sedikit terkaget dengan permintaan para tamu yang berisi dari berbagai usia dan latar belakang yang berbeda. Tidak berbeda jauh dari para tamu yang heboh. Mamahpun sangat senang dan tidak sabar menunggu bibir kami terpaut dengan sebuah cinta yang kini takkan terpisahkan.

"APA!" tanyaku pada diriku sendiri. Bagiku persoalan hubungan secara fisik dengan Ajun seharusnya hanya kamilah saja yang mengetahui semua. Bukan untuk konsumsi semua orang. Dan juga betapa malunya diriku jika Ajun benar benar akan melakukannya.

"Hmmmm tapi....." elakku kepada semua orang yang sudah menunggu.

"Nggak masalah juga kali ya! kan Ayana sudah menjadi istriku!" batin Ajun seolah olah mengiyakan permintaan mereka.

"Iya nanti akan kami lakukan tapi bukan di.." perkataanku terhenti saat seketika tangan Ajun menyentuh bahuku dan seketika rasa hangat menjalar siseluruh tubuhku.

"CEPPP!" bibir Ajun mendarat tepat dibibirku dan saat itu benar benar kumerasakan betapa besarnya rasa cinta Ajun yang diberikannya padaku. Dia benar benar tidak melakukannya dengan keterpaksaan melainkan berasal dari keinginannya. Ajun benar benar menikmati adegan yang tidak biasa kami lakukan ini. Apalagi didepan banyak orang.

Ajun memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa padaku malam ini. Kini giliranku untuk membalasnya!. Kulingkarkan kedua tanganku keleher belakang Ajun dan aku masih harus sedikit berjinjit karena tubuh Ajun lebih tinggi dariku walaupun aku sudah memakai high heels malam ini. Lalu memulai tugasku untuk memberikan kehangatan kepadanya dan membuat dia menikmatinya.

"WAW.....HWA....WAW....HWA!" teriak bersemangat penonton yang menyaksikan cinta kami bersatu dalam sebuah ciuman yang sangat indah. Setelah merasa cukup untuk malam ini. Ajun menarik bibirnya dari bibirku dengan sangat lembut. Tidak lupa mendaratkan kecupan kecil keujung bibirku yang sudah memerah. Kulepaskan rangkulan tanganku dengan sangat hati hati dari leher belakangnya. Lalu kami berdua tesenyum hangat kepada diri masing masing.

"PROK...PROK....PROK!" sorak gemuruh tepuk tangan kembali terdengar dengan sangat ramai. "Nanti kita gitu ya beb dirumah!" ajak salah satu wanita tua sambil menempelkan kedua jari tengahnya. Suaminya hanya memberikan senyuman kecut.

Rasa gugup yang sedari tadi berkecamuk seketika luntur meninggalkan tubuhku yang saat ini hanya tersisa kebahagiaan yang tiada tara. Pernikahan yang kuimpi impikanpun akhirnya terwujud malam ini. Yang pasti dengan seorang pria yang sudah menemaniku selama lima tahun lamanya. Dan sekarang ini dia tak akan kubiarkan pergi dariku begitu saja setelah menjadikanku sebagai istrinya.

Acara sudah berjalan setengahnya. Sekarang aku sudah duduk disamping Ajun suamiku. Semua tamu bergantian mengucapkan selamat kepada kami. Para tamu pria muda selalu menyelipkan pujian akan kecantikan mempelai wanita ditengah ucapan selamat. Ajun selalu mengingatkan kepada mereka jika tidak ada seorang priapun yang bisa memuji kecantikan istrinya sekarang selain dirinya.

Ajun mendekap tubuhku mendekat kearahnya. para tamu Wanitapun selalu mengutamakan ketakjuban mereka kepada Ajun yang berbalut jas hitam. Sungguh sangat terlihat sempurna. Ajun tersenyum ramah mendengar pujian dari para wanita yang juga tidak biasa kecantikannya. Aku hanya menyebikkan bibirku yang masih memerah saat mendengar suamiku dipuji wanita lain.

"Eh bapak CEO sudah menjadi suami lho! dari ibu Sekretaris. Selamat menikmati malam pertama yang indah ya!. Jangan lupa nanti cerita cerita kalau sudah selesai!" Ucapan selamat aneh dari teman sejawat Ajun. Mereka semua yang datang dijamu dengan makanan yang sangat mewah dan cendera mata yang tidak biasa mereka dapatkan dari pernikahan yang lainnya.

Setelah acara selesai semua tamu meninggalkan gedung yang sangat indah ini. Gedung yang menjadi saksi bisu jalinan kisahku dan Ajun. "HAHAHAHA!" tawaku dan Ajun seketika bergema memenuhi ruangan gedung yang sudah sunyi dari keramaian.

"ISTRIKU?" Ajun menujuk wajahku dengan tawa kecil. "SUAMIKU?" aku membalasnya dengan senyum renyah. Setelah itu Ajun mengayunkan jempol tangannya kearahku lalu kutempelkan jempol tanganku kembali kepada jempol tangannya. Yang sebenarnya memiliki arti jika kita telah berhasil melewati malam kita ini dengan pertunjukan yang sempurna. Tinggal sekarang hanya perlu melewati hari hari kita bersama dengan cerita cerita manis.

Terpopuler

Comments

Mega Fitriani

Mega Fitriani

salam kenal🙏🙏🙏
Nex👍👍

2023-03-11

0

Al-Hafiz Mat salleh

Al-Hafiz Mat salleh

hadir

2022-04-23

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

salam kenal 🙏

2022-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 Hari pernikahanku
2 Malam pertama
3 Hangatnya pangkuannya
4 Ajun memilih karyawan super market
5 Didalam kancing yang terbuka
6 Gagal karena tertidur
7 Kepergian Ajun
8 Kepulangan Ajun?
9 Bunga tabur dan karangan bunga
10 Dia benar benar masih hidup?
11 Cerita yang sebenarnya
12 Pertanyaan tak senonoh
13 Malam indah kami
14 Sakit setelah semalam
15 Sangatlah besar
16 Bra pilihan Ajun
17 Suasana didalam mobil
18 Ajun sangatlah kuat
19 Kemeja yang kupakai tembus pandang
20 Heboh gara gara daster hitam tanpa lengan
21 Bermalam dirumah mamah
22 Om Bayu sahabat mamah
23 Kencan bareng bersama mereka
24 Ajun melahap bibirku
25 Sebuah ruang private
26 Bermain dirumah mamah
27 Pulang meninggalkan rasa malu
28 Double
29 Mamah melihat kami bermain
30 Nyali pria itu menciut
31 Kecupan dari Bela tetangga baru kami
32 Keganasan Bela disalon
33 Seorang pengecut
34 Tangis Ajun pecah
35 Mencoba mencari keberadaannya
36 Makan siang bersama Bela
37 Tubuhku penuh dengan luka
38 Ajun masih dirumah Bela
39 Ajun menyalahkan dirinya sendiri
40 Ajun dengan sigap mengurusku
41 Ajun tidak mau beranjak sedikitpun dari sisiku
42 Ajun tidak tidur semalaman
43 Ajun terlelap tidur didadaku
44 Bela tergiur melihat seluruh tubuh polos Ajun
45 Bela mengakui perasaannya kepada Ajun
46 Bela menjadi cahaya bagi Ajun
47 Double
48 Ajun berbohong kepadaku
49 Pekerjaan malam dirumah Bela
50 Tubuh Ajun sebagai gantinya
51 Kekecewaanku pada diri Ajun
52 Aku tidak bisa menahannya lagi Jun
53 Pergi sejenak dari sisi Ajun
54 Om Bayu menjadi malaikat penolongku
55 Kondisi kesehatanku memburuk
56 Om Bayu terpaksa memberitahu mamah
57 Double
58 Aku memilih untuk pergi selama lamanya
59 Cahaya putih ada didepan mataku
60 Keajaiban besar mendatangiku
61 Paket dari Bela
62 Mamah menampar Ajun
63 Pertemuanku dengan Ajun kembali
64 Ternyata Brian yang baik
65 Pesona Brian
66 Hotel Mawar dan wanita bule
67 Perpisahan
68 Sambutan pertama dari Bela
69 Pembalasanku pada Bela
70 Bela menghilang
71 Kehidupan baru Bela
72 Rencana punya anak
73 Gimana bikin anak dok?
74 Malam perjuangan
75 Hamil?
76 Kehidupan cinta Brian
77 Pesta kecil kecilan
78 Dua bayi kecil
79 Jalan kerumah hantu
80 Tiga bulan berlalu
81 Minuman bersoda
82 Brian dan Olif
83 Makan malam bersama
84 Lima bulan berlalu
85 Kemarahan Ajun
86 Ganti ukuran
87 Kamu yang terbaik
88 Ngidam bercinta
89 Cinta mamah dan om Bayu
90 Hari bahagia
91 Pesta keluarga
92 Sembilan bulan berlalu
93 Sakit tak tertahankan
94 Perjuangan seorang ibu
95 Hidup dan mati
96 Anggia Alfian
97 Ajun juga butuh ASI
98 Jadilah anak baik
99 Ajun punya adik
100 Nikmatnya bercinta
101 Kehidupan baru kami
102 Visual karakter
103 Sampai jumpa
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Hari pernikahanku
2
Malam pertama
3
Hangatnya pangkuannya
4
Ajun memilih karyawan super market
5
Didalam kancing yang terbuka
6
Gagal karena tertidur
7
Kepergian Ajun
8
Kepulangan Ajun?
9
Bunga tabur dan karangan bunga
10
Dia benar benar masih hidup?
11
Cerita yang sebenarnya
12
Pertanyaan tak senonoh
13
Malam indah kami
14
Sakit setelah semalam
15
Sangatlah besar
16
Bra pilihan Ajun
17
Suasana didalam mobil
18
Ajun sangatlah kuat
19
Kemeja yang kupakai tembus pandang
20
Heboh gara gara daster hitam tanpa lengan
21
Bermalam dirumah mamah
22
Om Bayu sahabat mamah
23
Kencan bareng bersama mereka
24
Ajun melahap bibirku
25
Sebuah ruang private
26
Bermain dirumah mamah
27
Pulang meninggalkan rasa malu
28
Double
29
Mamah melihat kami bermain
30
Nyali pria itu menciut
31
Kecupan dari Bela tetangga baru kami
32
Keganasan Bela disalon
33
Seorang pengecut
34
Tangis Ajun pecah
35
Mencoba mencari keberadaannya
36
Makan siang bersama Bela
37
Tubuhku penuh dengan luka
38
Ajun masih dirumah Bela
39
Ajun menyalahkan dirinya sendiri
40
Ajun dengan sigap mengurusku
41
Ajun tidak mau beranjak sedikitpun dari sisiku
42
Ajun tidak tidur semalaman
43
Ajun terlelap tidur didadaku
44
Bela tergiur melihat seluruh tubuh polos Ajun
45
Bela mengakui perasaannya kepada Ajun
46
Bela menjadi cahaya bagi Ajun
47
Double
48
Ajun berbohong kepadaku
49
Pekerjaan malam dirumah Bela
50
Tubuh Ajun sebagai gantinya
51
Kekecewaanku pada diri Ajun
52
Aku tidak bisa menahannya lagi Jun
53
Pergi sejenak dari sisi Ajun
54
Om Bayu menjadi malaikat penolongku
55
Kondisi kesehatanku memburuk
56
Om Bayu terpaksa memberitahu mamah
57
Double
58
Aku memilih untuk pergi selama lamanya
59
Cahaya putih ada didepan mataku
60
Keajaiban besar mendatangiku
61
Paket dari Bela
62
Mamah menampar Ajun
63
Pertemuanku dengan Ajun kembali
64
Ternyata Brian yang baik
65
Pesona Brian
66
Hotel Mawar dan wanita bule
67
Perpisahan
68
Sambutan pertama dari Bela
69
Pembalasanku pada Bela
70
Bela menghilang
71
Kehidupan baru Bela
72
Rencana punya anak
73
Gimana bikin anak dok?
74
Malam perjuangan
75
Hamil?
76
Kehidupan cinta Brian
77
Pesta kecil kecilan
78
Dua bayi kecil
79
Jalan kerumah hantu
80
Tiga bulan berlalu
81
Minuman bersoda
82
Brian dan Olif
83
Makan malam bersama
84
Lima bulan berlalu
85
Kemarahan Ajun
86
Ganti ukuran
87
Kamu yang terbaik
88
Ngidam bercinta
89
Cinta mamah dan om Bayu
90
Hari bahagia
91
Pesta keluarga
92
Sembilan bulan berlalu
93
Sakit tak tertahankan
94
Perjuangan seorang ibu
95
Hidup dan mati
96
Anggia Alfian
97
Ajun juga butuh ASI
98
Jadilah anak baik
99
Ajun punya adik
100
Nikmatnya bercinta
101
Kehidupan baru kami
102
Visual karakter
103
Sampai jumpa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!