Pagi hari ini aku dan Ajun masih dirumah. Aku sebenarnya tidak berniat untuk kemana mana dan melakukan apa apa karena rasa sakit yang masih kurasakan. Sehingga sulit sekali bagiku untuk berjalan apalagi jika berada ditempat umum. Ajun juga demikian. Dia hari ini membatalkan rencananya untuk pergi kekantor. Katanya sih tadi dia bilang bahwa dia hanya mau nemenin aku dirumah apa ngurusin aku dirumah gitu!. Aku sedikit lupa dengan alasan Ajun yang tidak terlalu kufikirkan.
Dan hari inipun aku masih harus memasak sarapan untukku dan Ajun. Dia tidak mau membantuku sama sekai. Ajun masih bermalas malasan diranjang sejak tadi. Aku geram dengan sikapnya itu. "AJUNNNNNNNN!" teriakku menggelegar dirumah ini. Aku hendak meminta sedikit bantuan dari Ajun dalam memasak sarapan kali ini.
Ajun ternyata malah melanjutkan tidurnya dengan pulas. "Ada apa sih dasar mak lampirrr!" gumam Ajun dengan dirinya sendiri setelah mendengar teriakanku dari lantai bawah. Dia dengan terpaksa bangun dari tidurnya dan berjalan meninggalkan ranjang yang terlihat sangat masih menggoda. "BRUKKK!" kepala Ajun membentur pintu yang masih tertutup dengan sedikit kencang. Sepertinya dia masih berada diambang kesadarannya.
Dia berjalan menuruni tangga dan menghampiriku didapur. "Ada apa?" Ajun tiba tiba sudah ada dibelakang tubuhku. "Bantuin dong Jun, masih sakit banget tauk!" aku mengeluh kepada Ajun. "Masak masih sakit? mana aku lihat lagi!" tangan Ajun sudah mulai berjalan tanpa arah ditubuhku. "PLAKKK!" aku memukul tangan Ajun dengan sedikit keras.
Bertujuan untuk memberinya pelajaran yang setimpal atas perbuatannya itu. "Aduhh!" aku malah yang kesakitan sendiri karena ulah tanganku sendiri. Karena saat aku memukul tangan Ajun. Seketika juga tangan dia langsung dengan kencangnya mendarat dengan tepat dibagian tubuhku yang sedari tadi sudah kutahan tahan rasa sakitnya. Ajun tertawa melihatku. Seolah olah berkata. Rasain!. Batin jahat Ajun.
Aku berjalan mundur mencoba untuk menghilangkan rasa sakit yang menjalar akibat pukulan tangan Ajun tadi. "Nih selesaiin Jun!" aku memberikan spatula ketangannya dan memasangkan celemek kebadannya. Dia menerimanya dan melakukannya dengan senang hati tanpa merasa adanya keterpaksaan. Aku menunggu makanan yang sekarang hampir diselesaikan Ajun dimeja makan. Aku masih berjalan dengan langkah kaki yang sangat lambat. Langkah demi langkah kulalui dengan sangat hati hati.
"TUT....TUT...TUT!" ponsel Ajun berdering. Dia mengambilnya dari saku celana belakangnya. Terlihat nama seseorang yang menghubungi Ajun adalah mamah. "Halo, ada apa mah?" Ajun mengangkat panggilannya. Aku seketika menengok kearah Ajun saat mendengar dia sedang berbicara dengan mamah. Ingin aku berlari dan menyapa mamah. Tapi aku tidak mampu untuk melakukannya.
Terdengar Ajun dan mamah bicara panjang lebar. Sesekali diiringi dengan canda tawa dari keduanya. Aku hanya bisa mengamati dan ikut tertawa bersama dari kejauhan. Dia tiba tiba memutar tubuhnya menghadap kearahku. "Apa?" aku bertanya kepadanya. Terlihat dilayar ponselnya bahwa dia masih terhubung dengan panggilan dari mamah.
"Gimana Jun bisa makan siang dirumah mamah nanti? mamah kangen banget sama Ayana Jun!". Terdengar mamah ingin mengundangku dan Ajun untuk makan siang dirumahnya. Memang sejak hari pernikahan kami. Aku dan Ajun belum pernah lagi datang untuk berkunjung kerumahnya. Karena terhalang kesibukan kami masing masing. Mamahpun juga selalu sibuk ngurusin bisnisnya yang sudah lama ia rintis dan sekarang sudah berkembang pesat.
Aku sangat senang jika mamah ingin mengundang kami untuk berkunjung kerumahnya. Ajun masih menatapku untuk meminta persetujuanku. Aku segera mengangguk mengiyakan begitu saja permintaan mamah dengan sangat semangat. Sampai sampai aku lupa tentang kesakitan yang masih kurasakan.
Aku pakai baju apa nanti!. Gusarku mengingat aku sedang tidak memiliki stok baju bersih. Masak iya aku harus juga menggunakan celananya Ajun sih. Orang ini pake celana dalemnya aja dari tadi pengen melorot terus. Apalagi pake celananya. Gimana nanti kalo lepas dirumah mamah. Apa aku nanti nggak malunya minta ampun!. Gumamku.
Bau harum mulai tercium dihidungku yang sepertinya berasal dari masakan yang ada didepan Ajun. Dia mulai melepaskan celemek yang menempel ditubuhnya. Dia membawa dua piring dan berjalan menuju kearahku. dia tersenyum kepadaku dan mempersilahkanku untuk menikmati sarapan yang dia sajikan kepadaku.
Ajun duduk dihadapanku. Kami berdua menikmati sarapan pagi ini dengan sangat lahap seperti pagi pagi biasanya. Setelah selesai dengan sarapan kami. Aku dan Ajun lanjut bersiap siap untuk pergi kerumah mamah yang memiliki jarak sedikit jauh dari rumah ini. "Jun aku pakai baju apa nih?" aku meminta pendapat Ajun. Ajun mencoba memikirkan solusi terbaik untuk masalah kali ini. "Mau beli dulu?" dia menawarkanku untuk membeli baju baru.
"Kalo gitu nanti aja sembari perjalanan kerumah mamah aja Jun, kita mampir dulu sebentar kalo ada toko baju yang buka!" aku dan Ajun sepertinya sudah menemukan solusi yang tepat. Setelah bersiap siap kami memutuskan untuk berangkat lebih cepat. Karena nanti kami juga harus membeli baju dulu untukku. Aku berjalan pelahan lahan dibantu oleh Ajun. " Emang sakit banget ya?" Ajun masih penasaran apa yang sedang kurasakan saat ini. Aku menoleh tersenyum kepadanya. "Menurut kamu?" aku memberikan tatapan tajam kepadanya.
Dia kembali menuntunku. " Gimana nggak sakit banget dengan punya kamu yang super besar itu. Langsung begitu aja kamu arahin untuk menembus kedalam milikku dengan lubang yang sangat sangat sempit ini!" ucapku benar benar terdengar ngawur untuk menjawab pertanyaannya. Aku langsung menjawabnya dengan jawaban yang paling jelas agar dia dapat mengerti apa yang sedang kurasakan. Dia menatapku dengan tawa yang disembunyikannya. "KLEKKK!" dia menyentil keningku karena cara bicaraku yang membuatnya terheran heran.
Aku menunggu Ajun diteras depan rumah. Sedangkan dia berjalan menuju garasi untuk mengambil mobil. "Ayo!" Ajun sudah menghentikan mobilnya didepan teras rumah. Aku berjalan perlahan menghampirinya. "Hati hati sayang!" Ajun mengingatkanku. Setelah aku sudah duduk dengan nyaman disampingnya. Ajun mulai melajukan mobilnya. Nampak banyak sekali toko toko baju yang sudah buka disepanjang jalan yang kami lewati. Sesuai rencana kita. Aku dan Ajun menghentikan mobil tepat didepan salah satu toko baju yang terlihat paling besar disini.
Aku tidak berani turun untuk membeli apa yang kubutuhkan sendiri. Karena aku sekarang masih hanya menggunakan kemeja yang sedikit transparan Ajun dan dalemannya tanpa apapun lagi yang kupakai ditubuhku. Dia sempat tidak mau saat aku tadi benar benar meminta tolong kepadanya. Tapi pada akhirnya diapun turun dari mobil dan membantuku itupun setelah aku memberikan hadiah kecil kepadanya. Wajar sih kalau tadi dia sempat menolaknya. Karena aku memintanya untuk membelikan barang yang tidak biasa dibeli oleh seorang laki laki.
Setelah dia sedikit lama berada didalam toko baju itu. Bukan sedikit lama lagi. Dia benar benar sangat lama didalam sana!. dan akhirnya dia terlihat juga keluar dari dalam toko dan berjalan kembali kedalam mobil dengan tangan yang sudah membawa beberapa paper bag.
Setibanya didalam mobil Ajun menyerahkannya kepadaku dengan wajah entah kenapa terlihat sedikit kesal tapi terlihat juga senyum yang menunjukkan ada niat jahil yang terselubung didalam hatinya. Aku membuka paper bag yang diberikannya kepadaku. Sesuai pesananku tadi dia membelinya tanpa ada satupun yang tertinggal. Nampak didalamnya ada bra dan celana jeans yang kupesan tadi.
Tapi ada sesuatu yang nampak janggal dari bentuk bra yang dibelinya. Kalau soal ukurannya sih dia sudah hafal betul tentang itu. Jadi tidak mungkin dia akan salah. Yang aneh adalah dia membelikanku bra dengan bentuk yang sedikit mencolok dengan warna merah muda cerah dan hiasan pernak pernik yang ramai disekitarnya. Dan juga dilihat dari bentuknya dapat dipastikan bahwa bra ini tidak mungkin bisa menutupi bagian dada dengan sempurna. Tapi harga yang tertera disana membuatku ternganga. ini kalo dibeliin bra yang biasanya kubeli sih bisa bisa dapet selusin nih. Batinku meronta ronta.
Aku menatap Ajun dengan wajah yang meminta penjelasan. Ajun kembali menatapku dengan tatapan yang tanpa arti. "Pakailah! aku suka yang ini!" Ajun mempersilahkanku untuk benar benar memakainya. Senyum senang mulai terlihat dari wajahnya. Dia benar benar merasa puas saat melihatku tersiksa. Setelah selesai dengan urusan toko baju. Ajun kembali melajukan mobilnya untuk berlanjut menuju rumah mamah yang masih sangat jauh dari tempat kami sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments