Sakit setelah semalam

Cahaya matahari mulai menyinari bumi kembali. membangunkan seluruh isi didalamnya untuk memulai kehidupannya kembali.

Aku dan Ajun masih tertidur. Kami masih dalam balutan satu selimut yang sama. setelah pergelutan panjang kami tadi malam. Aku masih merasakan sakit yang luar biasa disekujur tubuhku. Dan yang paling parah diantaranya adalah rasa sakit yang begitu kurasakan dibagian bawah tubuhku. Yang dimana Ajun telah memberikan puncak kenimatannya disudut itu.

Aku mulai bisa merasakan pagi yang sudah datang dari tadi. Aku membuka mataku perlahan. Badanku masih terkulai lemas bersamanya. Ajun masih bebaring menghadapku. Hanya nampak bagian dadanya yang masih tanpa busana. Sedangkan bagian tubuhnya yang lain masih tertutup selimut dengan rapi.

Aku beranjak pelan pelan dari ranjang. Masih dengan tubuhku yang tanpa pakaian sehelai benangpun. "Awww sakit!" aku mengeluh saat mencoba untuk bangun lebih sempurna. Aku sekarang bingung. Bagaimana caranya aku untuk pergi dari sini dengan bajuku yang masih tercecer dilantai. Sedangkan tubuhku saja sulit untuk digerakkan.

Sepertinya tadi malam Ajun benar benar mengerahkan seluruh tenaganya. Rasa sakit yang kurasakan ini tidak pernah kurasakan sebelum sebelumnya. Ternyata dibalik kenikmatan memang tersimpan juga kesakitan yang menyeimbanginya.

Ajun sepertinya juga sudah mulai terbangun. Dia membuka matanya dan beranjak dari tidurnya dengan sangat mudah. Dengan tubuh tanpa rasa sakit sedikitpun yang dia rasakan. Dia terduduk diranjang. Sehingga sekarang nampak setengah badannya terbuka lebar. Entah dia tidak menyadarinya atau memang dia sengaja mengumbarnya.

Aku masih terduduk lesu dipinggir ranjang. Dengan selimut yang masih melingkar dipinggangku. Ajun mulai menyadari keberadaanku. "Sayang" panggil Ajun melihatku terdiam. Aku menoleh kepadanya. "Ngapain?" Ajun menggerakkan badannya menghampiriku. Dia menyentuh pinggangku. Terasa sekali kulit tangannya menyentuh langsung kulit pinggangku.

"Mau lagi?" Ajun semakin mendekatkan tubuhnya ketubuhku. Aku menoleh padanya dan memberikan tatapan tajam. Kamu gitu enak enak aja, lha aku ngerasain sakitnya yang minta ampun. Geramku pada Ajun. "Kenapa sih kok diem aja?" Ajun mulai khawatir. "Sakitt!" ringisku dengan suara yang lemah. Ingin sekali rasanya aku menangis. Tapi aku tidak mampu.

"Apanya yang sakit?" Ajun masih saja bertanya kepadaku. "Ini!" tunjukku memperlihatkannya. Aku sekarang sudah tidak malu sedikitpun kepada Ajun karena dia juga sudah tahu luar dalamnya tubuhku ini. Dia menatap sesuatu yang ada didalam selimut yang kutunjuk tadi. "Mau aku periksa?" entah Ajun benar benar mengkhawatirkan aku atau memang dia hanya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan disituasi ini.

Aku menganggukkan kepala. Dan mengiyakan saja penawaran Ajun. Karena sekarang aku benar benar takut kalau akan terjadi sesuatu yang parah dibagian tubuhku itu. Setelah dia melihatku menyetujuinya. Dia membuka selimut yang menutupi bagian tubuhku yang sakit itu. Sehingga sekarang dia kembali melihat seluruh tubuhku tanpa tertutup selimut lagi.

Dia memeriksanya dengan teliti. Seolah olah dia adalah seorang ahli dalam bidangnya. Dia sesekali menyentuhnya. Dan mengamati apa yang sebenarnya terjadi. Dia serius sekali sekarang ini. Setelah dia sepertinya sudah selesai memeriksanya. Aku menatapnya untuk menuntut darinya sebuah penjelasan.

"Nggak papa kog, masih sempurna!" Ajun mengacungkan jempolnya. Dan sepertinya juga dia mengatakannya dengan sungguh sungguh. "Tapi sakit banget!" suaraku kembali getir. Ajun menatapku kasihan. "Terus gimana ini kalau aku mau mandi?" aku mengeluh kepada Ajun. Dengan keadaan kami sekarang masih berantakan, kami harus mandi. Karena tadi malam setelah kami menyelesaikannya, kami langsung tertidur dengan nyenyak tanpa membersihkannya sedikitpun yang tersisa.

"Sini aku bantu!" Ajun bersiap untuk mengangkat tubuhku. Aku terdiam mengiyakan. Dia mengangkat tubuhku menuju kamar mandi. Selimut yang kami pakai jatuh begitu saja diatas ranjang. Ajun masuk kedalam kamar mandi bersamaku. "Udah sana keluar!" aku menyuruh Ajun untuk meninggalkanku. Ya masak dia mau ngeliat aku lagi mandi.

"Emang kamu bisa mandi sendiri?" Ajun masih saja ada didalam kamar mandi bersamaku. Iya ya mana mungkin aku bisa mandi sendiri, dibuat gerak sedikit aja sakit banget kok. Batinku. Terus aku harus minta tolong Ajun untuk membantuku mandi gitu!. Gusarku. Tapi aku risih kalau dia membantuku. Resahku.

"Bisa" jawabku meyakinkan Ajun. "Yaudah aku tunggu diluar dulu ya!" Ajun melangkah keluar. Dia kembali menyentuh sesuatu yang menonjol yang ada didadaku. Lebih tepatnya dia mencubuitnya. Rasa geli seketika kurasakan. "AJUNNN!" aku berteriak meminta pertanggung jawabannya. Dia sudah keluar dari kamar mandi. Aku berjalan tertatih tatih menutup pintu kamar mandi.

Lalu aku berjalan menuju bathup besar yang ada ditengah tengah ruangan kamar mandi yang luas ini. Tapi aku sedikit kesulitan untuk naik kedalamnya. "BRAKKK!" kakiku terpeleset. Aku terbaring dilantai menahan sakit yang benar benar tidak bisa lagi ditoleransi. Bibirku terdiam beku menahannya.

Ajun membuka pintu kamar mandi. Dia berlari menghampiriku yang masih terduduk dilantai. Tapi bukannya dia seharusnya memakai baju dulu tadi sebelum menghampiriku, Ajun malah menghampiriku tetap dengan tubuhnya yang tanpa tertutup dengan apapun. Nampak seluruh bagian tubuhnya bergoyang kekanan kekiri saat dia berlari menghampiriku. Tidak terkecuali disudut itu. Aku tertawa geli melihatnya.

"Makanya kalo mau dibantuin itu mau!" Ajun mengangkat tubuhku kembali. Dia meletakkan tubuhku kedalam bathup dengan sangat hati hati. Setelah itu dia menghidupkan saluran air untuk mengisinya. Dia sedikit meneteskan wewangian yang ada dimeja kaca disamping bathup kedalam air yang mulai terisi penuh. Dia melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam bathup bersamaku. Bathup yang sudah penuh dengan air dengan aroma yang sangat harum.

Dia berdiri tepat dihadapanku. Aku sedang terduduk dibawahnya. Seluruh tubuhnya sekarang terpampang nyata dari bawah. Ajun mengambil shower yang ada diatas bathup. Dia menundukkan tubuhnya. Sehingga sekarang dia duduk sejajar denganku. Dia menyalakan shower dihadapanku. Dengan menggunakan air hangat dia mulai menyiramkannya ketubuhku.

Dia membersihkan seluruh tubuhku dengan sangat teliti. Aku terdiam mempersilahkannya untuk meneruskannya. Ditengah tengah dia membersihkan tubuhku. Sifat jahilnya itu benar benar dia tunjukkan. Sesekali dia memainkan bagian favoritnya dengan jarinya. Menggelitik kulitku yang sudah basah dengan air. Dan menciumi bibirku dengan ganasnya. Senyum nakal mengiringinya. Aku selalu berusaha untuk menghentikannya.

"Buka kakimu!" Ajun menyuruhku untuk membuka kedua kakiku lebar lebar. Sepertinya dia akan membersihkan sesuatu yang diapit oleh kedua kakiku itu. Aku sebenarnya tidak mau untuk melakukannya. Tapi Ajun terlihat memaksa. Apa benar dia akan membersihkan bagian yang itu juga. Gusarku.

Dia sudah bersiap dengan kain halus ditangannya yang akan digunakan untuk membantu membersihkannya. Aku membukanya perlahan demi perlahan. Ajun terlihat tidak sabar melihatnya. Dia menaruh tangannya dilututku dan membantuku untuk melebarkan ruang kakiku dengan lebih cepat.

Sekarang kakiku sudah sempurna terbuka keduanya dengan sangat lebarnya.Ajun merangkak menuju ruang luas yang ada dihadapannya.

Dia mulai menyentuh sesuatu yang selalu kujaga dengan sangat baik itu. Dan Ajunpun tadi malam sudah benar benar menikmati seluruh bagiannya. Dia menggerakkan tangannya mengikuti garis sudutnya. Sesekali dia mengarahkan kain yang ada ditangannya untuk masuk lebih dalam. Rasa geli bercampur rasa sakit yang sedikit demi sedikit mulai kurasakan. Sensasi penggugah birahipun ikut hadir didalamnya.

Ajun sesekali menatapku. Dan dia tiba tiba membuang kain halus yang ada ditangannya. Lalu masih tetap berlanjut membersihkan sesuatu yang masih menganga dihadapannya. Namun sekarang dia membersihkannya langsung dengan tangannya sendiri tanpa ada alas apapun. Dan aku sesekali menggeliat merasakannya.

Dia membersihkannya dengan sangat halus dan dengan sangat menyeluruh. Tidak ada bagian yang dia tinggalkan. Bukan Ajun namanya kalau dia tidak mengikut sertakan sifat jahilnya itu disemua kegiatan yang dia lakukan. Dia sesekali menggelitik sesuatu yang terlihat memerah dibawah sana. Aku mengeryitkan dahiku untuk menebak apa yang telah diperbuat Ajun.

Episodes
1 Hari pernikahanku
2 Malam pertama
3 Hangatnya pangkuannya
4 Ajun memilih karyawan super market
5 Didalam kancing yang terbuka
6 Gagal karena tertidur
7 Kepergian Ajun
8 Kepulangan Ajun?
9 Bunga tabur dan karangan bunga
10 Dia benar benar masih hidup?
11 Cerita yang sebenarnya
12 Pertanyaan tak senonoh
13 Malam indah kami
14 Sakit setelah semalam
15 Sangatlah besar
16 Bra pilihan Ajun
17 Suasana didalam mobil
18 Ajun sangatlah kuat
19 Kemeja yang kupakai tembus pandang
20 Heboh gara gara daster hitam tanpa lengan
21 Bermalam dirumah mamah
22 Om Bayu sahabat mamah
23 Kencan bareng bersama mereka
24 Ajun melahap bibirku
25 Sebuah ruang private
26 Bermain dirumah mamah
27 Pulang meninggalkan rasa malu
28 Double
29 Mamah melihat kami bermain
30 Nyali pria itu menciut
31 Kecupan dari Bela tetangga baru kami
32 Keganasan Bela disalon
33 Seorang pengecut
34 Tangis Ajun pecah
35 Mencoba mencari keberadaannya
36 Makan siang bersama Bela
37 Tubuhku penuh dengan luka
38 Ajun masih dirumah Bela
39 Ajun menyalahkan dirinya sendiri
40 Ajun dengan sigap mengurusku
41 Ajun tidak mau beranjak sedikitpun dari sisiku
42 Ajun tidak tidur semalaman
43 Ajun terlelap tidur didadaku
44 Bela tergiur melihat seluruh tubuh polos Ajun
45 Bela mengakui perasaannya kepada Ajun
46 Bela menjadi cahaya bagi Ajun
47 Double
48 Ajun berbohong kepadaku
49 Pekerjaan malam dirumah Bela
50 Tubuh Ajun sebagai gantinya
51 Kekecewaanku pada diri Ajun
52 Aku tidak bisa menahannya lagi Jun
53 Pergi sejenak dari sisi Ajun
54 Om Bayu menjadi malaikat penolongku
55 Kondisi kesehatanku memburuk
56 Om Bayu terpaksa memberitahu mamah
57 Double
58 Aku memilih untuk pergi selama lamanya
59 Cahaya putih ada didepan mataku
60 Keajaiban besar mendatangiku
61 Paket dari Bela
62 Mamah menampar Ajun
63 Pertemuanku dengan Ajun kembali
64 Ternyata Brian yang baik
65 Pesona Brian
66 Hotel Mawar dan wanita bule
67 Perpisahan
68 Sambutan pertama dari Bela
69 Pembalasanku pada Bela
70 Bela menghilang
71 Kehidupan baru Bela
72 Rencana punya anak
73 Gimana bikin anak dok?
74 Malam perjuangan
75 Hamil?
76 Kehidupan cinta Brian
77 Pesta kecil kecilan
78 Dua bayi kecil
79 Jalan kerumah hantu
80 Tiga bulan berlalu
81 Minuman bersoda
82 Brian dan Olif
83 Makan malam bersama
84 Lima bulan berlalu
85 Kemarahan Ajun
86 Ganti ukuran
87 Kamu yang terbaik
88 Ngidam bercinta
89 Cinta mamah dan om Bayu
90 Hari bahagia
91 Pesta keluarga
92 Sembilan bulan berlalu
93 Sakit tak tertahankan
94 Perjuangan seorang ibu
95 Hidup dan mati
96 Anggia Alfian
97 Ajun juga butuh ASI
98 Jadilah anak baik
99 Ajun punya adik
100 Nikmatnya bercinta
101 Kehidupan baru kami
102 Visual karakter
103 Sampai jumpa
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Hari pernikahanku
2
Malam pertama
3
Hangatnya pangkuannya
4
Ajun memilih karyawan super market
5
Didalam kancing yang terbuka
6
Gagal karena tertidur
7
Kepergian Ajun
8
Kepulangan Ajun?
9
Bunga tabur dan karangan bunga
10
Dia benar benar masih hidup?
11
Cerita yang sebenarnya
12
Pertanyaan tak senonoh
13
Malam indah kami
14
Sakit setelah semalam
15
Sangatlah besar
16
Bra pilihan Ajun
17
Suasana didalam mobil
18
Ajun sangatlah kuat
19
Kemeja yang kupakai tembus pandang
20
Heboh gara gara daster hitam tanpa lengan
21
Bermalam dirumah mamah
22
Om Bayu sahabat mamah
23
Kencan bareng bersama mereka
24
Ajun melahap bibirku
25
Sebuah ruang private
26
Bermain dirumah mamah
27
Pulang meninggalkan rasa malu
28
Double
29
Mamah melihat kami bermain
30
Nyali pria itu menciut
31
Kecupan dari Bela tetangga baru kami
32
Keganasan Bela disalon
33
Seorang pengecut
34
Tangis Ajun pecah
35
Mencoba mencari keberadaannya
36
Makan siang bersama Bela
37
Tubuhku penuh dengan luka
38
Ajun masih dirumah Bela
39
Ajun menyalahkan dirinya sendiri
40
Ajun dengan sigap mengurusku
41
Ajun tidak mau beranjak sedikitpun dari sisiku
42
Ajun tidak tidur semalaman
43
Ajun terlelap tidur didadaku
44
Bela tergiur melihat seluruh tubuh polos Ajun
45
Bela mengakui perasaannya kepada Ajun
46
Bela menjadi cahaya bagi Ajun
47
Double
48
Ajun berbohong kepadaku
49
Pekerjaan malam dirumah Bela
50
Tubuh Ajun sebagai gantinya
51
Kekecewaanku pada diri Ajun
52
Aku tidak bisa menahannya lagi Jun
53
Pergi sejenak dari sisi Ajun
54
Om Bayu menjadi malaikat penolongku
55
Kondisi kesehatanku memburuk
56
Om Bayu terpaksa memberitahu mamah
57
Double
58
Aku memilih untuk pergi selama lamanya
59
Cahaya putih ada didepan mataku
60
Keajaiban besar mendatangiku
61
Paket dari Bela
62
Mamah menampar Ajun
63
Pertemuanku dengan Ajun kembali
64
Ternyata Brian yang baik
65
Pesona Brian
66
Hotel Mawar dan wanita bule
67
Perpisahan
68
Sambutan pertama dari Bela
69
Pembalasanku pada Bela
70
Bela menghilang
71
Kehidupan baru Bela
72
Rencana punya anak
73
Gimana bikin anak dok?
74
Malam perjuangan
75
Hamil?
76
Kehidupan cinta Brian
77
Pesta kecil kecilan
78
Dua bayi kecil
79
Jalan kerumah hantu
80
Tiga bulan berlalu
81
Minuman bersoda
82
Brian dan Olif
83
Makan malam bersama
84
Lima bulan berlalu
85
Kemarahan Ajun
86
Ganti ukuran
87
Kamu yang terbaik
88
Ngidam bercinta
89
Cinta mamah dan om Bayu
90
Hari bahagia
91
Pesta keluarga
92
Sembilan bulan berlalu
93
Sakit tak tertahankan
94
Perjuangan seorang ibu
95
Hidup dan mati
96
Anggia Alfian
97
Ajun juga butuh ASI
98
Jadilah anak baik
99
Ajun punya adik
100
Nikmatnya bercinta
101
Kehidupan baru kami
102
Visual karakter
103
Sampai jumpa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!