Marline duduk di depan jendela sambil melihat foto dua pria dengan wajah yang sama. Sesuai dengan perintah Zain, dia harus bisa membedakan kedua pria itu agar dia tidak salah mendekati mereka nanti.
Marline melihat wajah mereka berdua dengan teliti dan hanya satu saja yang membedakan mereka yaitu tahi lalat yang ada di bawah mata salah satu dari pria itu.
Tahi lalat itu kecil dan hampir sulit terlihat, apa nanti bertemu dengan salah satu dari mereka dia harus menilik wajah mereka dengan teliti? Mungkin dia bisa mendapat satu pukulan jika melakukan hal itu jadi sebaiknya tidak dia lakukan karena dia tidak mau babak belur.
Marline menghela napas dan meletakkan foto di atas sebuah meja. Pandangannya menerawang jauh keluar jendela dan dia mulai bertanya dalam hati, apakah benar pria bernama Michael Smith yang telah membunuh kedua orangtuanya?
Walaupun dia sudah berusaha mengingat kejadian yang diceritakan oleh Zain tapi tidak ada yang bisa dia ingat bahkan wajah kedua orangtuanya pun tidak dia ingat. Zain bahkan tidak ada diingatannya, apa dia harus mencurigai Zain? Tapi selain Zain, tidak ada lagi orang yang tahu siapa dirinya dan dia kenal.
Untuk saat ini sebaiknya dia menyetujui permintaan Zain untuk mendekati Michael Smith. Dia akan mencari tahu siapa dirinya yang sebenarnya dan tentunya dia juga ingin tahu kenapa Michael Smith begitu tega membunuh kedua orangtua mereka hanya gara-gara hutang.
Dia juga akan berusaha mencuri Virus yang diinginkan oleh Zain agar Zain tidak curiga. Dalam keadaannya yang tidak bisa mengingat apapun saat ini lebih baik dia tidak mempercayai orang sembarangan.
Marline bangkit berdiri dan keluar dari kamar. Dia akan mencari Zain karena dia sudah mengambil keputusan. Dia juga membawa serta foto yang dia letakkan tadi di atas meja karena dia ingin tahu lebih rinci apa yang harus dia lakukan.
Dia berjalan menyelusuri lorong yang terdapat beberapa ruangan. Di sana terdapat beberapa laboratorium dan dia jadi penasaran, apa Zain seorang ilmuwan?
Di dalam sebuah ruangan, Zain sedang meneliti sesuatu melalui Mikroskop yang ada di atas meja. Dia sedang membuat sebuah serum yang bisa dia gunakan nanti jika dia memerlukannya.
Marline berjalan melewati ruangan itu tapi tidak lama kemudian, Marline memundurkan langkahnya ketika melihat Zain dari kaca yang ada di pintu.
Benar dugaannya, sepertinya Zain seorang ilmuwan. Marline berdiri di depan pintu dan melihat Zain dari kaca, dia tampak ragu untuk masuk karena dia tidak ingin mengganggu tapi dia juga tidak mau menunda apa yang ingin dia bicarakan dengan Zain.
Dengan perlahan, Marline mendorong daun pintu dan masuk ke dalam.
"Zain, boleh kita bicara sebentar?"
Zain menghentikan pekerjaannya ketika mendengar suara Marline. Kursi diputar dan sebuah senyum palsu menghiasi wajah Zain ketika melihat Marline.
"Ada apa?"
"Maaf mengganggumu, Zain."
"Tidak apa-apa, kemarilah."
Marline mangganguk dan melangkah mendekati Zain. Matanya melihat seluruh ruangan itu dengan teliti di mana terdapat banyak cairan warna warni yang tampak aneh di sana.
"Apa kau ilmuwan, Zain?" tanya Marline basa basi.
"Yeah, bisa disebut begitu bisa juga tidak," jawab Zain.
"Kenapa?"
"Ini hanya hobi, aku akan melakukan penelitian jika ada waktu senggang."
Marline hanya mengangguk dan duduk di sebuah kursi yang tidak jauh dari Zain.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Zain.
"Aku ... aku sudah memikirkan hal ini baik-baik, Zain," Marline meletakkan foto yang dia bawa ke atas meja.
"Apa kau sudah memutuskan untuk melakukan misi ini?"
"Yes, I will try, walaupun terdengar mustahil tapi aku akan mencoba mendekatinya dan mengambil Virus yang kau inginkan jadi katakan padaku apa yang harus aku lakukan."
Senyum Zain semakin lebar, rencananya benar-benar berhasil karena Marline mau melakukan pekerjaan itu dengan suka rela. Celline dan Joan pasti akan senang mendengar berita ini nanti.
"Aku senang mendengarnya, Marline. Aku pasti akan membantumu. Kita akan membalas kematian kedua orangtua kita bersama-sama."
Marline mengangguk, dari ekspresi wajah Zain benar-benar tidak menunjukkan kebohongan sama sekali jadi dia akan mencoba mempercayai Zain saat ini.
"Sekarang katakan padaku apa yang harus aku lakukan?"
"Iku aku," ajak Zain.
Mereka segera keluar dari ruangan itu dan masuk ke ruangan lain. Zain menyalakan komputernya dan mengeluarkan beberapa data yang telah dia siapkan.
"Dengar, Marline. Kau harus pergi ke California."
"California?" Marline mengernyitkan dahi, untuk apa dia pergi ke sana?
"Benar, mereka ada di sana jadi kau harus pergi ke California jika ingin mendekati Michael Smith. Semua ini data mengenainya dan akan aku berikan padamu nanti. Kau cukup mendekati Michael Smith dan jika bisa kau melamar pekerjaan di perusahaan mereka. Itu peluang yang sangat bagus agar kau bisa mencuri virus itu."
"Bagaimana jika aku tidak diterima?"
"Lakukan apapun, Marline. Apapun yang kau bisa! Setelah kita mendapatkan Virus itu kita akan menghancurkan semua perusahaan mereka dan kita juga akan menghabisi mereka satu persatu!"
"Baiklah, tapi aku menginginkan beberapa hal," ucap Marline.
"Apa yang kau mau?"
"Selama aku di sana kau harus menyediakan tempat tinggal untukku dan aku juga ingin seperangkat komputer juga laptop yang bisa aku bawa ke mana saja. Aku juga ingin sebuah ponsel dan tentunya sebuah kendaraan yang memudahkan aku bepergian nanti," pinta Marline.
"Tentu, semua yang kau inginkan pasti akan aku berikan apalagi kau adikku."
"Kapan aku harus ke sana?" tanya Marline.
"Besok," jawab Zain sambil tersenyum.
"Oke, aku akan bersiap-siap." Marline hendak keluar tapi Zain menghentikan langkahnya.
"Tunggu, Marline," Zain bangkit berdiri dan berjalan menuju sebuah meja. Dia mengambil dua botol obat dari dalam laci dan itu adalah obat yang dia berikan untuk Marline beberapa saat lalu.
"Bawa obat ini. Ketika sakit kepala yang kau alami kambuh, segera konsumsi obat ini," ucap Zain seraya memberikan obat itu pada Marline.
Marline mengangguk dan segera melangkah keluar, sedangkan Zain menghubungi Joan untuk memberi mereka kabar jika Marline sudah setuju untuk menjadi pion mereka.
"Bagaimana, Zain? Apa Kau sudah meyakinkan Marline?" tanya Joan.
"Tentu saja, Sobat. Besok dia akan berangkat ke California."
"Wow, bravo. Kau benar-benar cerdik, Zain. Aku akan memberimu tepuk tangan," ucap Joan sambil terkekeh.
Dia tidak menyangka jika Zain begitu cepat meyakinkan Marline dan tentunya semua berkat serum yang disuntikkan ke tubuh Marline ditambah pil obat yang baru saja Zain berikan, obat itu adalah hasil ciptaan Zain dan fungsi obat itu tidak saja meredakan sakit kepala karena efek samping serum yang dia berikan tapi obat itu juga akan membuat ingatan lama Marline sulit kembali.
"Jangan banyak basa basi, Joan. Apa aku sudah mengubah datanya dan menyiapkan identitas palsu untuknya?"
"Tentu saja, aku tidak mungkin ceroboh mengingat dia seorang ahli peretas. Semua datanya sudah aku ganti dan Zian Miller adalah kakak kandungnya," jawab Joan sambil tersenyum.
Memang saat itu dia sedang mengubah data Marline dan sedang menyiapkan sebuah identitas palsu untuk Marline.
Mereka tidak mau salah melangkah karena mereka tahu siapa yang mereka hadapi dan pilihan mereka menjadikan Marline sebagai pion adalah pilihan yang tepat. Setidaknya jika rencana mereka ketahuan, Marline adalah orang pertama yang akan mati terlebih dahulu. Tapi apa rencana mereka akan berhasil? Lets See.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
TRIO KECEBONG PNGECUT YG AKN JADI SANTAPAN BUAYA, SRIGALA DN HYENA PELIHARAAN KLUARGA SMITH..
2024-06-03
0
Sulaiman Efendy
DI KISAH MATTH, BRUKE ILMUWANNYA, DIKISAH INI SI ZAIN..
2024-06-03
1
mrsdohkyungsoo
smart marline..sukakk
2024-04-18
1