Marline sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri pagi itu. Walau rumah yang disediakan oleh Zain tidak terlalu besar tapi rumah itu cukup nyaman.
Besok dia berencana melamar pekerjaan di perusahaan Michael Smith tapi sebelum itu dia harus menyiapkan surat lamaran karena dia harus menyusup masuk ke dalam perusahan Smith jika dia mau mengambil Virus itu.
Dia tahu ini tidak mudah dan sejak awal dia sudah tahu itu jika ini adalah mission impossible yang harus dia lakukan. Dia sudah memperlajari semua data Michael Smith dan dia tahu dia sedang menghadapi orang yang tidak mudah.
Marline duduk di kursi dan memakan sarapannya. Semenjak dia sadar hanya Zain saja yang dia kenal tapi jujur, Zain mencurigakan.
Walaupun dia mengaku sebagai kakaknya dan didata yang dia temukan mengatakan demikian, dia tetap curiga apalagi dia tidak merasakan perasaan familiar terhadap Zain. Dia sudah melihat foto orangtua mereka sebelum dia datang ke California dan tentunya itu foto rekasa yang dibuat oleh Zain.
Dia akan mencoba mencari tahu siapa dia sebenarnya dan apakah Zain kakaknya atau bukan tapi itu bukanlah hal yang mudah karena Joan sudah mengubah data dirinya.
Makanan mulai di makan tapi entah kenapa tangan Marline terasa bergetar dan kepalanya juga berdenyut. Apa dia akan mengalami sakit kepala lagi?
Dengan perlahan, Marline bangkit berdiri dan sekarang kepalanya semakin terasa sakit. Dia harus mengambil obatnya karena dia tidak bisa menahan rasa sakit di kepalanya.
Tubuhnya bahkan gemetar karena rasa sakit itu semakin menyiksanya. Marline memegangi pinggiran meja dan satu tangannya memegangi kepala, rasanya ingin mengigit lidahnya untuk mengurangi rasa sakit yang dia rasakan tapi jika dia lakukan maka dia akan mati.
"Akkhhh ... sakit!" teriak Marline kesakitan.
Dengan tubuh yang sempoyongan, Marline berjalan menuju kamar karena obatnya ada di sana. Dia jadi ingin tahu, kenapa kepalanya bisa sakit seperti itu?
Botol obat ada di atas meja dan Marline segera meraihnya. Dengan tangan yang bergetar, Marline membuka tutup obat dan mengambil dua buah pil dari dalam sana. Tidak berlama-lama karena dia sudah tidak tahan, obat langsung dia telan dan untungnya ada air di atas meja.
Setelah dia mengkonsumsi obat itu, sakit kepalanya berangsur hilang. Ini benar-benar aneh, jangan sampai dia kecanduan dengan obat itu.
Marline mulai melihat botol obat karena dia ingin tahu tapi di sana tidak ada keterangan apa-apa. Sebaiknya dia menanyakan Zain mengenai hal ini dan dia juga ingin tahu, apa yang terjadi dengannya sehingga dia harus selalu merasakan sakit kepala yang luar biasa?
Posel Zain berbunyi dan ketika melihat nama Marline, sebuah senyuman menghiasi wajah Zain.
"Ada apa, Marline?" tanya Zain.
"Tidak, aku hanya ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi denganku?"
"Kenapa? Apa kau sakit kepala lagi?"
"Ya, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa setiap rasa sakit itu datang, kepalaku rasanya mau meledak?" tanya Marline penasaran.
Zain mengumpat dalam hati, apa serumnya gagal? Tapi tidak mungkin karena Marline tidak mengingat apapun setelah dia disuntik dengan serum itu.
"Itu akibat kepalamu terbentur beberapa kali, Marline. Dokter berkata jika kau memang akan mengalami sakit kepala yang luar biasa dan itu akan segera berlalu asal kau mengkonsumsi pil yang aku berikan setiap sakit kepala itu datang."
"Benarkah?" Marline melihat botol obat yang dia pegang dengan curiga.
"Apa kau tidak percaya pada kakakmu?" tanya Zain.
"Bukan begitu, Zain."
"Dengar, kau tidak perlu mengkonsumsi obat itu setiap hari. Cukup setiap sakit kepala itu datang saja, Itu hanya aspirin untuk meredakan rasa sakit di kepalamu, jadi percayalah."
"Baiklah, aku mengerti," jawab Marline seraya meletakkan botol obatnya.
"Bagus, aku senang mendengarnya," ucap Zain.
Marline semakin curiga tapi tidak ada orang yang bisa dia ajak bicara selain Zain. Pambicaraan mereka berakhir dan Marline keluar dari kamar untuk melanjutkan makan karena setelah ini dia mau menyiapkan surat lamaran, sedangkan Zain tampak tersenyum puas.
"Apa yang dia bicarakan, Zain?" tanya Joan karena saat itu mereka sedang bersama.
"Sakit kepala karena efek serum."
"Hei, itu tidak berbahaya untuk nyawannya bukan?" tanya Celline.
"Tentu tidak. Obat yang dia konsumsi tidak hanya meredakan sakit kepala karena efek serum tapi obat itu juga akan mempersulit Marline mendapatkan ingatan lamanya," jelas Zain.
"Itu bagus, setidaknya dia tidak akan ingat jika kita yang telah menghancurkan acara pernikahannya," ucap Celline.
"Tenang saja, Sayang. Walaupun dia mengingat kejadian hal itu, hanya Michael Smith atau Matthew Smith yang akan jadi sasaran balas dendamnya. Ini bagus, bukan?"
"Ck! Dia sudah melihat rupaku, apa kau lupa, Joan?"
"Tenang saja, dia tidak bisa melakukan apapun karena pion yang paling berharga ada bersama kita. Jika dia berani melukaimu maka aku akan melemparkan salah satu mayat mereka di depan matanya," ucap Joan lagi.
"Sepertinya kau masih menyimpan kartu AS, Joan?" tanya Zain.
"Tentu, Zain. Kita harus melakukan hal ini dengan penuh perhitungan. Kita harus waspada karena musuh kita yang tidak biasa dan pion yang kita gunakan juga tidak biasa," jawab Joan.
"Bagus, aku juga sedang membuat sebuah serum."
"Serum apa?" tanya Joan dan Celline sacara bersama-sama.
"Kau bilang Michael Smith memiliki kelemahan fisik bukan, Celline?" tanya Zain.
"Ya, dia berbeda dengan kakaknya. Dia memiliki penyakit jantung bawaan dan fisiknya lebih lemah dari Matthew Smith," jawab Celline.
"Ini keuntungan lain untuk kita. Aku akan membuat sebuah serum yang bisa kita gunakan ketika kita terdesak. Suntikkan serum itu pada Michael Smith maka serum itu akan membuat jantungnya bekerja semakin cepat. Dengan begitu dia akan mati karena gagal jantung!"
"Kau pintar, Zain. Aku akui itu," ucap Joan memuji.
Sebuah seringai menghiasi wajah Zain, tentu saja dia akan menggunakan keahliannya untuk balas dendam dan rasanya sudah tidak sabar saat itu tiba. Dia sangat ingin melihat tubuh Michael terbujur kaku dan tidak bernyawa, dia harus membunuh pria itu untuk membayar kematian ayahnya.
"Bagaimana denganmu, Celline? Bukankah kau bilang kau akan segera berangkat?" tanya Joan.
"Ya, tapi sabarlah. Sebentar lagi aku akan pergi ke California dan aku akan memantau Marline dari dekat. Setelah sadar dia tidak melihatku maka dia tidak akan curiga jika aku berada di sekitarnya dan mereka juga tidak akan mencurigaiku."
"Itu bagus, aku yakin kita bisa membunuh mereka semua dan dendam kita pasti akan terbalas," ucap Zain seraya bangkit berdiri.
"Pasti! Kita pasti bisa membunuh mereka semua!" ucap Celline dangan api kebencian yang semakin menyala di hati.
"Mari kita siapkan semuanya secara matang untuk hari pembalasan kita!" ucap Joan.
Mereka bertiga mengadukan telapak tangan mereka. Rencana sudah matang dan pion sudah siap beraksi, tinggal menunggu keberhasilan Marien maka mereka akan langsung bertindak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
yani yani
Celine ank ok walikota,,tau celline agen ny Vivian tau angel ya...lupo
2023-06-30
1
Alexandra Juliana
Memang Mich punya penyakit jantung bawaan tp sdh sembuh total krn sdh di operasi...
2022-09-17
0
ariasa sinta
2965
2022-03-11
0