Michael tiba di rumah pukul sembilan malam. Semua itu gara-gara wanita aneh yang mengikutinya dan dia akan cari tahu nanti. Seperti yang dia duga, ibunya sedang mengunggu dan sangat menghawatirkan keadaannya saat itu.
Michael melangkah dengan cepat memasuki rumah di mana terdengar tangisan bayi. Itu pasti para keponakannya yang menangis, jika satu menangis maka yang lain juga akan menangis.
Begitu dia masuk ke dalam, semuanya tampak sibuk menenangkan six baby twins yang sedang menangis.
"Mom, aku pulang," ucap Michael.
"Mich, kenapa begitu malam baru pulang?" Kate menghampiri putranya sambil menggendong Scarlet yang menangis.
"Sorry, Mom. Ada sesuatu yang membuatku terlambat."
"Ada apa?" tanya ibunya heran.
"Tidak apa-apa, aku mau pergi mandi," ucap Michael seraya berjalan pergi.
Kate sangat heran, apa ada yang mengganggu putra bungsunya? Sebaiknya dia membicarakan hal ini pada putra sulungnya karena jujur saja, dia sangat mengkhawatirkan Michael karena fisiknya yang kurang baik. Jangan sampai ada sesuatu yang mengancam nyawanya di luar sana.
Kate segera menghampiri Matthew dan memberikan Scarlet pada pengasuhnya.
"Matth."
"Yes, Mom?"
"Adikmu pulang begitu malam dan ini pertama kalinya."
"Jadi?"
"Pergi tanyanya adikmu apa yang terjadi, dia lebih terbuka denganmu," pinta ibunya.
"Mom, Michael sudah besar dan dia bisa jaga diri. Mommy tidak perlu menghawatirkannya seperti itu," ucap Matthew.
"Mommy tahu sayang, tapi fisik adikmu kurang baik dan tidak sepertimu jadi Mommy takut ada orang yang ingin mencelakainya di luar sana. Tidak biasanya dia pulang begitu larut jadi tanyakan padanya, apa telah terjadi sesuatu?"
"Baiklah, Mommy tidak perlu khawatir. Aku akan menanyakan hal ini pada Michael nanti. Bisa saja dia pulang malam karena sudah punya pacar."
"Jika memang seperti itu Mommy senang mendengarnya dan semoga saja dia sudah punya pacar," Kate terlihat senang.
Setelah selesai mandi, Michael menghampiri keluarganya karena dia mau bermain dengan keponakannya yang sudah berhenti menangis tapi sayang mereka sudah dibawa masuk ke dalam kamar oleh ibunya. Semua mata langsung melihatnya dan hal itu membuat Michael heran.
"Ada apa kalian melihatku seperti itu?" tanya Michael.
"Mich, apa kau sudah punya pacar?" tanya ibunya.
"Tidak, Mom."
"Oh ya? Apa kau tidak mau mencari pacar?"
"Nanti, belum ketemu yang cocok," jawab Michael.
"Mau ke mana?" tanya Kate karena putranya hendak pergi.
"Makan, Mom," jawab Michael.
Gara-gara bermain dengan mobil taksi yang mengejarnya, dia lupa jika belum makan malam.
Michael berjalan menuju dapur, sedangkan Matthew mengikutinya dari belakang. Dia ingin tahu kenapa adiknya pulang malam hari ini karena memang tidak biasanya.
Dia khawatir ada musuhnya yang salah sasaran, jangan sampai mereka salah orang nantinya.
"Mich, bisa kita bicara sebentar?"
"Tentu. Ada apa, Kak?" Michael menarik sebuah kursi dan duduk di sana, sedangkan Matthew mengikutinya.
"Kenapa kau pulang malam hari ini? Apa ada yang mengikutimu?" tebak Matthew.
"Yeah, begitulah."
"Siapa? Katakan padaku?"
"Seorang wanita," jawab Michael sambil mengambil makanan.
"Wanita?"
"Yeah, entah apa tujuannya tapi Kakak tidak perlu khawatir. Aku bisa jaga diri dan aku rasa wanita ini ada hubungannya dengan peretas yang sedang aku hadapi."
"Apa ada yang ingin mencuri data perusahaan lagi?" tanya Matthew.
"Sepertinya, Kak. Tapi aku juga belum bisa memastikan dan aku akan mencari tahu hal ini nanti."
"Baiklah, tapi jika ada apa-apa kau harus segera menghubungi aku! Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu karena Mommy bisa gila jika terjadi apa-apa padamu."
"Aku tahu kalian menghawatirkan aku, terima kasih. Aku pasti akan jaga diri baik-baik, Kak."
"Jadi? Apa kau melihat wajah wanita yang mengikutimu?"
"Tidak, di sana gelap."
"Jangan-jangan dia hanya wanita yang kagum denganmu, Mich," Vivian menghampiri mereka setelah membawa anak-anaknya tidur dan duduk di samping suaminya.
"Kakak ipar jangan sembarangan bicara."
"Hei, itu bisa saja! Kau masih muda, single dan tampan. Tentu saja ada yang mengagumi di luar sana dan tergila-gila denganmu!" ucap Vivian lagi.
"Jika begitu akan aku pukul wanita itu nanti, aku benci stalker!"
"Bagaimana jika dia cantik?" goda Vivian.
"Sekalipun cantik aku tidak sudi!"
"Kau yakin?" Vivian masih menggoda adik iparnya.
"Aku tidak akan mudah tergoda, Kakak ipar. Lagi pula aku suka gadis yang lemah lembut," ucap Michael.
"Ya, semoga kau berhasil menemukan gadis yang kau inginkan, Mich" ucap Vivian seraya berdiri.
"Mau ke mana, Babe?" tanya Matthew.
"Tidur, mumpung anak-anak sedang tidur jadi sebaiknya aku juga tidur," jawab Vivian.
Vivian berlalu pergi, sedangkan Matthew dan Michael masih berada di sana.
"Mich, dengarkan aku. Walaupun yang mengikutimu hanya seorang wanita tapi kau harus berhati-hati karena kau belum tahu apa tujuannya."
"Tentu, Kak. Terima kasih atas nasehatmu," ucap Michael.
Setelah menasehati adiknya, Matthew segera pergi menyusul istrinya, sedangkan Michael melanjutkan makannya. Dia tahu kakaknya seperti itu karena mereka begitu mengkhawatirkannya terutama ibunya.
Dia tidak akan membuat mereka khawatir apalagi ibunya tapi sayang, sekelompok orang ingin memanfaatkan kelemahannya dan menghancurkan mereka semua.
Sementara itu di tempat lain, Marline baru tiba dengan kaki pegal luar biasa. Dia harus berjalan jauh untuk mencari taksi dan tidak hanya itu dia lapar.
Marline benar-benar kesal, tidak saja uangnya melayang tapi sekarang, dia rasa dia harus istirahat selama dua hari.
Marline menjatuhkan dirinya di atas sofa dan memijit-mijit kakinya. Sial! Jika dia tahu akan mengalami kerugian yang begitu besar maka dia akan mengejar menggunakan mobilnya sendiri. Sepertinya dia harus merubah strategi untuk mendekati Michael Smith.
Malam ini dia akan mempelajari wajah pria itu baik-baik agar dia tidak salah mengenali orang. Dia juga akan mencari tahu tentang pria itu lebih banyak.
Marline menghela napas, seperti yang dia duga ini tidak mudah. Marline diam saja, berpikir. Apapun caranya dia harus mendekati Michael Smith dan mencari tahu, apa benar dia membunuh kedua orangtuanya hanya gara-gara hutang?
Selama ini dia sudah berusaha mengingat tapi tidak ada apapun yang dia ingat, tidak ada. Yang dia kenal hanya Zain saja dan tidak ada yang lain. Dia berharap Zain tidak menipunya dan memanfaatkan dirinya demi suatu tujuan tapi sayangnya, memang itulah yang sedang terjadi saat ini.
Marline mengeluarkan sebuah foto dari dalam tasnya dan melihatnya dengan serius, dia berusaha mengingat orang yang ada di foto dan orang itu adalah kedua orangtua mereka, menurut Zain.
Tapi sesungguhnya itu foto hasil rekayasa yang dibuat oleh Joan dan orang yang menjadi orangtua mereka sudah lama mati dan tentunya, mereka mati di tangan salah satu anggota keluarga Smith. Yang pastinya di antara Joan, Celline dan Zain, mereka memiliki hubungan dekat dengan orang yang disangka oleh Marline sebagai orangtuanya. Lalu, siapakah orang yang ada di foto itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
mana ada menantu klan Smith wanita nya lemah lembut 🤣🤣
2024-01-29
0
Rosnawati Hamid
apa ankx cessy
2022-03-12
2
ariasa sinta
2946
2022-03-11
0