Di sebuah ruangan, tiga orang sedang menyusun sebuah rencana dengan serius. Mereka terdiri dari dua pria dan yang satunya wanita.
Yang wanita dan satu pria adalah orang yang menghancurkan pernikahan Marline tapi yang satu pria lagi adalah orang yang menemukan wajah Matthew sewaktu anak buah Thomas membuangnya di stasiun kereta.
Dialah yang memberikan topeng wajah Matthew pada mereka untuk digunakan ketika beraksi. Mereka benar-benar berutung karena disaat mereka ingin balas dendam, mereka menemukan sesuatu yang tepat untuk digunakan.
Sepertinya Dewa kegelapan sedang bersama mereka saat ini. Mereka menginginkan Marline sebagai pion mereka bukan tanpa alasan, itu dikarenakan Marline adalah seorang pembunuh bayaran dan yang membuat Marline menjadi pion mereka yang paling berharga adalah, dia seorang ahli peretas.
Dengan kemampuan yang Marline punya, dia dapat melawan musuh mereka. Dia bisa mereka gunakan untuk menjadi panyusup dan mengambil sesuatu yang mereka inginkan jadi sekarang, mereka sedang menyusun sebuah rencana untuk Marline lakukan setelah dia sadar nanti.
Sudah tiga hari Marline belum juga sadarkan diri dan selama itu, sudah beberapa kali mereka menyuntikkan serum ke tubuh Marline dan hari ini adalah serum terakhir.
Mereka bahkan membawa Marline ke laboratorium pribadi mereka setelah luka akibat tembakan yang ada di bahu Marline diobati. Mereka tidak mau ada yang tahu jika mereka akan memberikan serum untuk Marline.
Serum itu akan membuat Marline lupa dengan kejadian yang dia alami. Mereka harus melakukan hal itu agar mereka bisa memanfaatkan Marline dengan baik dan tentunya tanpa perlawanan.
Si wanita menghampiri kedua pria yang sedang berbincang. Yang satu adalah kekasihnya dan yang satu sahabat mereka. Mereka bertiga memiliki dendam dengan orang yang sama jadi itulah sebabnya mereka memutuskan bekerja sama untuk balas dendam.
"Bagaimana, apa kalian sudah mendapatkan ide bagus?" tanya si wanita.
"Sabarlah Celline Sayang, kita harus membuat rencana yang matang agar rencana kita tidak boleh gagal," ucap Joan kekasihnya.
"Baiklah, apa kau punya rencana bagus , Zain?" Celline bertanya pada pria yang satunya.
"Tentu saja, serahkan padaku. Aku akan menyuntikkan serum terakhir ke tubuhnya dan aku yang akan berbicara dengannya ketika dia sadar nanti," jawab Zain.
"Bagus! Setelah kau menyakinkannya kita akan langsung mengutusnya pergi ke California dan aku akan mengawasinya dari dekat," ucap Celline.
"Kau akan ke sana?" tanya Joan.
Celline mengangguk dan tersenyum, tentu dia akan ke sana tidak lama lagi dan tentunya dia akan mengawasi Marline dari dekat.
Zain bangkit berdiri karena sudah saatnya menyuntikkan serum terakhir ke tubuh Marline. Sebuah kotak kecil dia bawa di mana sebuah jarum suntik dan sebotol serum berada di dalam kotak itu.
Zain melangkah masuk menuju sebuah kamar di mana Marline sedang terbaring dan belum sadarkan diri.
Pintu ruangan terbuka dan Zain masuk ke dalam. Kotak yang dia bawa diletakkan di atas sebuah meja. Zain melihat Marline sambil mengeluarkan jarum dan serum.
Wanita yang cantik tapi sayang, dia harus menjadi pion mereka. Jika misi balas dendam sudah selesai, mungkin dia bisa memanfaatkan Marline tapi sebaiknya dia tidak mengambil resiko yang bisa mengacaukan rencana mereka.
Jarum disuntikkan dan serum terakhir masuk ke dalam pembuluh darah Marline. Setelah selesai, Zain mencabut jarum dari lengah Marline dan pada saat itu, Marline membuka matanya dengan perlahan dan meringis karena sakit yang terdapat di tubuhnya akibat luka tembakan yang dia dapatkan.
Marline melihat sekelilingnya dan setelah itu dia melihat ke arah Zain dengan penuh tanda tanya.
"Si-siapa kau?" tanya Marline dengan lemah.
"Oh, kau sudah sadar rupanya," Zain tersenyum dengan ramah.
"Di mana aku?" Marline melihat sekelilingnya yang tampak asing.
"Di rumah, apa kau tidak ingat dengan kamarmu sendiri?"
Marline mengernyitkan dahi, sungguh dia tidak bisa mengingat tempat itu sama sekali dan dia juga tidak mengenal siapa pria itu.
"Siapa kau?" tanya Marline lagi.
"Sepertinya benturan yang kau alami telah membuatmu hilang ingatan," Zain menarik sebuah kursi dan duduk di samping Marline.
"Benturan?"
"Ya, apa kau ingat namamu?" tanya Zain. Dia tahu serum yang disuntikkan ke tubuh Marien tidak akan mengambil semua ingatannya.
"Marline Miller," jawab Marline.
"Apa kau ingat yang lain?"
Marline menggeleng, hanya nama saja yang dia ingat dan beberapa ingatan lain tapi dia tidak ingin mengatakannya. Zain mengernyitkan dahi, apa dosis serum yang dia berikan pada Marline terlalu tinggi sehingga membuat Marline melupakan banyak hal?
"Kau belum menjawab aku, siapa kau?"
"Aku Zain Miller, aku kakakmu," Zain tersenyum supaya Marline mempercayainya.
"Lalu apa yang telah terjadi denganku?"
"Dengar, Marline," Zain mendekatkan duduknya dan memegang tangan Marline.
Dia harus terlihat sungguh-sungguh untuk meyakinkan Marline dengan ucapannnya dan dia yakin Marline pasti percaya.
"Daddy punya banyak hutang di sebuah perusahaan jadi beberapa hari yang lalu sekelompok orang datang menyerang rumah kita dan membunuh Mommy juga Daddy, kau terkena luka tembakan dan kepalamu juga terbentur. Saat itu aku sedang pergi tapi ketika aku kembali aku sudah menemukan yang lain dalam keadaan tidak bernyawa dan kau dalam keadaan kritis."
Marline mencoba mengingat kejadian yang diucapkan oleh Zain tapi hanya sakit kepala luar biasa yang dia dapat dan dia mengira itu sakit akibat benturan.
"Siapa? Siapa yang telah melakukan hal ini, Zain? Kenapa hanya karena hutang orang itu begitu tega?" Marline menatap Zain dengan tajam, sedangkan Zain tersenyum. Efek serum itu benar-benar luar biasa.
"Aku akan mengatakan padamu nanti setelah keadaanmu pulih. Sekarang beristirahatlah, aku sudah kehilangan Mommy dan Daddy jadi aku tidak mau kehilanganmu," ucap Zain sambil mengusap kepala Marline. Dia harus menunjukkan sikapnya sebagai seorang kakak supaya Marline tidak curiga.
Marline mengangguk sedangkan Zain keluar dari ruangan. Setelah kepergian Zain, Marline mencoba mengingat-ingat tapi tidak ada yang bisa dia ingat.
Jauh dilubuk hatinya yang paling dalam, dia merasa kehilangan sesuatu yang berharga tapi dia tidak tahu itu apa. Apa benar Zain adalah kakaknya?
Di luar sana Zain sudah ditunggu oleh Joan dan Celline. Mereka segera menghampiri Zain ketika pria itu keluar dari ruangan.
"Bagaimana?" tanya Celline tidak sabar.
"Semua berjalan sempurna. Tunggu keadaannya lebih baik maka aku akan kembali berbicara dengannya dan mencuci otaknya. Aku akan menanamkan kebencian di hatinya sehingga dia mau melakukan pekerjaan ini dengan suka rela."
"Kau cerdas, Zain. Tidak sia-sia kita bekerja sama," ucap Joan.
"Ini demi tujuan kita, Sobat. Kita pasti bisa menghancurkan mereka dengan perlahan. Ingat, seekor gajah besar akan kalah oleh seratus ekor semut kecil dan kita yang akan menjadi semutnya untuk mengalahkan si gajah."
"Aku suka perumpamaan yang kau ucapkan," ucap Joan.
Mereka bertiga segera kembali ke dalam sebuah ruangan, sedangkan di dalam kamar Marline memegangi kepalanya yang berdenyut dan mencoba mencari ingatannya yang hilang tanpa tahu jika dia hanya sebuah pion yang akan dimanfaatkan untuk tujuan ketiga orang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
kasihan ma klg marline dan tamu pesta nya dibantai dgn biadab bgt pdhl gak tau apa" masalah nya.marline jadi yatim piatu dan kehilangan calon suami nya.aku berharap senjata makan tuan deh mrk jadikan marline pion dan pion itu sendiri yg akan membantai habis mrk
2024-01-29
1
Ida Lailamajenun
klu buat klan Smith seperti nya pepatah ente gak berlaku deh Zain 😝😝
2024-01-29
0
fulana anonymous
Celine, zain , Joan .... musuhnya siapa dulu itu ya
2024-01-15
0