Marline masih berbaring di atas sofa dalam posisi terbalik, dia malas melakukan apapun dan matanya tertuju pada laptop-nya yang rusak.
Dia benar-benar telah meremehkan lawan, seharusnya dia tidak melanjutkan niatnya tadi. Jika dia tahu Michael akan mengirim Virus yang bisa merusak laptop-nya maka dia sudah berhenti ketika pertanyaan aneh itu muncul.
Sebuah napas berat dia hembuskan, menyebalkan. Dia jadi penasaran, orang seperti apa Michael Smith?
Sementara itu di kantornya, Michael masih mengawasi rumah Marline. Dia harap orang yang ingin mencuri darinya keluar rumah dan menampakkan diri. Dia sungguh ingin melihat, siapa orang itu sebenarnya?
Michael tidak mematikan laptop-nya dan masih memantau sambil mengerjakan pekerjaannya. Dia akan memantau sampai pekerjaannya selesai karena dia benar-benar ingin melihat orang itu.
Laptop-nya bahkan masih menyala sampai jam makan siang dan pada saat itu, pintu ruangan terbuka dan Ainsley masuk ke dalam ruangan.
"Kak Mich, apa kau sedang sibuk?" tanya Ainsley seraya mendekati kakaknya.
"Tidak begitu, kenapa?"
"Temani aku makan siang dan sesudah itu temani aku membeli laptop karena punyaku rusak," jawab Ainsley.
"Pergi sendiri saja," tolak Michael karena dia sedang malas keluar.
"Ayolah, Kak. Kau paling mengerti benda itu dan kau tahu yang mana bagus jadi temani aku," pinta Ainsley lagi.
Sebelum menjawab adiknya, Michael melihat layar laptop. Sudah sedari tadi dia mengintai tapi orang yang ada di dalam rumah itu tidak keluar. Mungkin lain kali dia mengintai lagi jika orang itu ingin kembali mencuri data-data miliknya. Untuk saat ini dia yakin orang itu tidak akan berani lagi karena dia sudah merusak perangkat elektroniknya.
"Kak, Mich. Please," mohon Ainsley.
"Baiklah, tidak perlu merengek seperti itu," ucap Michael.
Dia segera mematikan laptop-'nya karena dia ingin menemani adiknya tapi sayangnya, dia jadi tidak bisa melihat jika sebuah mobil berhenti di rumah Marline dan seorang pria turun dari mobil itu dan berjalan menghampiri rumah Marline.
Pria itu adalah Zain, dia datang ke California karena ada yang ingin dia berikan pada Marline.
Dengan perlahan Zain mengetuk pintu rumah Marline, sedangkan saat itu Marline tertidur di sofa. Karena begitu kesal dan meratapi nasib laptop barunya, Marline tertidur dan ketika mendengar suara pintu, Marline mendadak terbangun.
Siapa yang datang? Apa Michael Smith sudah menemukan keberadaannya dan datang untuk memukulnya?
Oh tidak, dia tidak punya senjata apapun saat ini. Marline segara bangun dan memutar otak, di rumah tidak ada tongkat untuk memukul tapi ada alat kebersihan. Sebaiknya dia menggunakan itu saja sebagai senjatanya.
Zain masih menunggu dan mengetuk pintu, ke mana Marline? Apa dia sedang pergi?
Marline berlari menuju pintu dengan sebuah sikat closet yang bergagang panjang, dia sangat yakin jika itu adalah Michael Smith yang ingin membuat perhitungan dengannya apalagi ketika mengintip dari jendela, seorang pria sedang berdiri membelakanginya jadi dia semakin yakin.
Marline sudah sangat siap, sedangkan Zain kembali mengetuk. Kunci mulai diputar oleh Marline dan dia siap membuka pintu begitu juga dengan sikat kamar mandi sudah terangkat di tangannya. Begitu pintu terbuka dia akan langsung memukul.
Marline berdiri di balik daun pintu satunya dan ketika daun pintu yang satunya lagi terbuka, Zain masuk ke dalam dan tanpa menunggu Marline mengayunkan gagang sikatnya tanpa melihat siapa yang masuk dengan teliti.
"Rasakan ini, rasakan! Beraninya kau datang!" ucap Marline sambil memukul Zain menggunakan sikat closet dengan membabi buta untuk melampiaskan kekesalan hatinya dan membalas laptop-nya yang rusak juga uangnya yang melayang karena dia mengira pria itu adalah Michael Smith.
Zain sangat kaget karena dia mendapat serangan mendadak, dia berusaha melindunginya wajahnya agar tidak terkena pukulan.
"Marline, apa-apaan ini?" teriak Zain sambil menghalangi sikat menggunakan lengannya.
"Zain?" Marline menghentikan pukulannya.
"Kau kira siapa aku, hah?" Zain benar-benar kesal.
Oh no! Marline melangkah mundur dan berusaha menyembunyikan sikat closet di belakangnya tapi Zain sudah melihatnya. Ternyata pembalasannya salah sasaran.
"So-sorry, Zain. Aku kira kau pencuri," ucap Marline pura-pura.
"Pencuri mana yang mengetuk pintu?! Oh my God, kau memukul aku menggunakan sikat closet? Aku benar-benar sial dan aku jadi merasa badanku bau sekarang!" Zain mengendus bau tubuhnya yang terasa aneh.
"Ha-hanya perasaanmu saja, kau wangi kok," ucap Marline sambil berusaha tersenyum.
"Ck! Entah apa yang terjadi denganmu tapi lain kali kau tidak boleh memukul orang sembarangan!" ucap Zain sambil melangkah masuk ke dalam.
"Pasti," Marline berlari masuk karena dia ingin menyimpan sikat closet-nya. Dia benar-benar menyangka jika yang datang tadi adalah Michael Smith tapi sepertinya dia terlalu berlebihan. Mana mungkin Michael tahu rumahnya?
Setelah menyimpan sikat closet, Marline keluar dan menghampiri Zain yang berada di ruang tamu dengan sebuah tas besar yang dia bawa tadi.
"Ada apa kau datang?" tanya Marien basa basi.
"Aku ingin memberikan sesuatu untukmu."
"Apa kau akan lama?"
"Tidak! Setelah ini aku akan langsung kembali," jawab Zain seraya membuka tas yang dia bawa.
"Ini senjata untukmu," Zain mengeluarkan dua pistol dan meletakkannya di atas meja. Dia juga mengeluarkan beberapa kotak peluru dan dua buah senjata laras panjang.
"Ini Barret M82 dan ini Barret M95. Ini senjata paling mematikan yang bisa kau gunakan nanti," ucap Zain sambil meletakkan senjata laras panjang yang akan dia berikan pada Marline ke atas meja.
"Apa ada orang yang harus aku bunuh?" tanya Marline seraya mengambil senapan Barret M82 dari atas meja. Dia bahkan mencoba benda itu dan mengintip dari teropong untuk melihat target.
"Saat ini belum, jika ada tugas aku akan menghubungimu. Kita harus mendapatkan uang, bukan?"
Marline diam saja, apa selama ini sudah banyak orang yang dia bunuh? Entah kenapa dia jadi ingin tahu.
"Apa aku telah banyak membunuh orang?" tanya Marline.
"Tentu, karena kau pembunuh bayaran," jawab Zain.
"Lalu, Kenapa kita tidak langsung membunuh Michael Smith saja? Setelah membunuhnya, aku bisa membunuh yang lainnya," ucap Marline.
"Tidak semudah itu, Marline. Ikuti rencana awal dan dekati Michael Smith," jawab Zain.
"Baiklah," jawab Marline sambil menghela nafas.
Zain kembali mengeluarkan peluru senjata api dan dua buah teropong yang bisa Marline gunakan nanti. Walau Marline sudah mengundurkan diri dari organisasi tapi Joan bisa mendapatkan pekerjaan untuk Marline laksanakan nanti dengan mudah.
"Apa kau akan kembali ke New York?" tanya Marline.
"Ya, simpan benda itu baik-baik. Tidak mudah mendapatkannya. Bagaimana dengan misimu? Apa kau sudah mendapat pekerjaan di Smith Corporation?"
"Tidak, aku ditolak," jawab Marien.
"Ck, bagaimana bisa?"
"Zain, pekerjaan kantor bukan keahlian yang aku milikki dan aku sedang mencari cara untuk mendekatinya."
"Kau cantik, Marline. Gunakan kecantikanmu untuk mendekatinya!"
"Aku bukan ja*lang, Zain!" Marline tampak tidak senang.
"Jangan salah paham, Marline. Aku tidak memintamu untuk tidur dengannya tapi aku hanya memintamu mendekatinya menggunakan kecantikan yang kau milikki. Laki-laki tidak akan tahan digoda oleh wanita cantik," ucap Zain.
"Benarkah?" Marline melihat Zain dengan lekat.
"Tentu saja benar, aku laki-laki jadi aku tahu!"
"Akan aku pertimbangkan nanti," jawab Marline.
"Baiklah, aku hanya mengantar ini jadi aku harus pergi," ucap Zain seraya bangun dari duduknya.
Marline mengangguk dan mengikuti Zain, dia bahkan mengantar kepergian Zain dan berdiri di depan pintu cukup lama. Marline menutup pintu rumahnya dan setelah itu dia kembali ke ruang tamu untuk membereskan senjata api yang dibawakan oleh Zain.
Setelah menyimpan semua senjata apinya, Marline menjatuhkan diri di atas sofa dan tampak melamun. Sungguh dia sangat ingin tahu, kehidupan macam apa yang dia jalani dulu?
Pandangannya jatuh pada laptop-nya yang rusak dan sebuah nafas berat dia hembuskan karena benda itu. Dari pada tidak melakukan apapun, lebih baik dia pergi memperbaiki laptop-nya karena dia sangat membutuhkan benda itu.
Marline menyambar laptop-nya dan masuk ke dalam kamar karena dia mau bersiap-siap. Dia akan pergi kepusat elektonik untuk memperbaiki benda itu. Apa Marine dan Michael akan bertemu di tempat itu nanti?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
ariasa sinta
2950
2022-03-11
0
Sevi Hartanti
apa yg akan terjadi permirsah.....eng ing eng....💃💃💃😂😂🤣🤣😅😅
2022-01-27
0
Shiti Ulfa
maybe yes🤭 apakah nanti akan ada kejadian yg lucu🥺🙈
2021-11-27
2