Marline sudah tiba saat waktu menunjukkan pukul empat sore. Dengan terburu-buru, Marline memasuki gedung di mana dia akan mengucapkan janji suci dengan sorang pria yang dia cintai.
Johan adalah kekasih yang dia pacari sejak tiga tahun. Dia juga tahu pekerjaan yang sedang digeluti oleh Marline dan Johan tidak keberatan sama sekali.
Mereka memutuskan untuk menikah dan dia akan membawa Marline tinggal di Belanda. Dia juga sudah meminta Marline untuk berhenti dari pekerjaannya dan Marline menyetujui hal itu.
Untuk menutupi identitasnya dan mengelabui keluarganya, Marline bekerja paruh waktu di sebuah cafe. Dia dan Johan bertemu di sana dan mereka memutuskan untuk menjalin hubungan dan sekarang, mereka akan menikah.
Marline berlari menuju ruangan yang sudah disiapkan karena dia harus berdandan dan mengganti bajunya sebelum acara pernikahannya dimulai.
Begitu melihat Marline, Grace Miller menggeleng. Dia sudah menunggu putrinya sedari tadi dan tampak cemas.
"Marline, ini hari pernikahanmu tapi kenapa kau baru datang?"
"Sorry, Mom. Ada hal penting yang harus aku lakukan," jawab Marline seraya meletakkan tas yang dia bawa.
"Hal apa yang lebih penting dari pada pernikahanmu?!"
"Mom," Marline mendekati ibunya dan mencium pipinya.
"Aku sudah datang jadi bantu aku mengganti pakaianku. Aku tidak ingin membuat Johan menunggu," ucap Marline.
"Baiklah, sebentar lagi acara pernikahanmu akan dimulai, ayo bergegas," ucap ibunya.
Grace segera membantu putrinya untuk berganti pakaian. Sebuah gaun indah yang dipenuhi batu permata akan Marline kenakan hari ini. Seorang perias juga sudah siap untuk mengoles wajahnya supaya terlihat semakin cantik.
"Di mana yang lain, Mom?" tanya Marline ketika ibunya sedang mengikat tali gaun yang ada di belakang.
"Kedua adikmu sedang bermain dan Daddy sudah menunggu sedari tadi," jawab ibunya sambil menarik tali gaun.
"Jangan terlalu kencang, Mom. Aku akan kesulitan bernapas," pinta Marline.
"Baik, Sayang, tapi dengarkan Mommy," Grace melangkahkan kakinya dan berdiri di depan putrinya yang sudah terlihat cantik.
"Johan pria yang baik dan kau sangat beruntung bisa bertemu dan menikah dengannya," ucap ibunya seraya memegangi kedua pipi putrinya.
"Mommy benar, aku memang berutung," jawab Marline sambil tersenyum.
"Jadi dengarkan nasehat Mommy. Jadilah istri yang baik bagi Johan dan ibu bagi anak-anaknya. Mommy tidak bisa mengikutimu ke Belanda jadi jaga dirimu baik-baik di sana. Mommy harap kau selalu bersama dengan Johan dalam suka maupun duka."
"Pasti, Mom. Aku akan mendengarkan nasehat Mommy dan menjadi istri yang baik bagi Johan," Marline memeluk ibunya dan tersenyum.
Setelah ini tangannya tidak akan berlumuran darah lagi dan dia akan menjadi istri yang baik bagi Johan tapi sayangnya, dia tidak akan pernah menyangka apa yang akan terjadi selanjutnya karena sekelompok orang sedang menuju tempat itu dan hampir tiba.
Acara pernikahannya sudah hampir dimulai. Marline sudah terlihat cantik luar biasa dan Johan sudah menunggunya.
Marline dan ibunya keluar dari ruangan, sedangkan ayahnya sudah menunggu. Senyum Marline terus mekar karena dia benar-benar bahagia.
Aaron Miller sudah siap untuk membawa putrinya menuju altar. Sebuah buket bunga berada di tangan Marline dan dia juga sudah mengandeng tangan ayahnya,
Johan sudah menunggu di dalam dan terlihat tampan, dia sudah tidak sabar melihat calon pengantinnya masuk ke dalam ruangan.
Musik pernikahan dimainkan dan pintu terbuka, para tamu undangan menyambut kedatangan pengantin wanita yang terlihat cantik luar biasa. Senyum Marline semakin mekar ketika dia menginjakkan kakinya dan melangkah masuk.
Johan melihatnya tanpa berkedip karena Marline terlihat begitu luar biasa saat ini. Marline melangkah dengan perlahan menuju altar, sedangkan di luar sana, sekelompok orang sudah tiba dan mereka mengambil senjata laras panjang mereka dari dalam mobil.
Beberapa alat peledak juga mereka ambil karena mereka akan meledakkan tempat itu untuk menghilangkan bukti. Mereka segera bergegas masuk dan menembaki penjaga gedung menggunakan senjata api kedap suara mereka.
Mereka terus menyergap masuk dan membunuh siapa saja yang mereka lihat dan menembak cctv yang ada di tempat itu. Sebagian dari mereka menyebar untuk menyimpan alat peledak di setiap sudut ruangan sementara di dalam ruangan, Marline sudah berdiri di depan altar siap mengucap janji suci bersama Johan.
Mereka sudah akan mengucapkan sumpah mereka dan orang-orang yang akan menghancurkan pernikahan mereka sudah berada di depan pintu yang tertutup.
Seorang Pendeta sudah memberi pertanyaan untuk Johan dan tanpa ragu Johan mengucapkan sumpah setianya. Marline begitu bahagia dan sekarang gilirannya, sang Pendeta juga mulai bertanya kepada Marline dan Marline siap mengucapkan janji setianya tapi keinginannya terhenti karena tiba-tiba saja, pintu ruangan terbuka.
Ucapan Marline terhenti dan dia segera melihat ke arah pintu begitu juga dengan Johan dan para tamu yang ada di sana.
Sekelompok orang membawa senjata laras panjang menyergap masuk dan seorang wanita dan pria menjadi pemimpin mereka.
"Sorry Dear, kau tidak akan menikah hari ini," ucap pria yang berjalan masuk bersama dengan wanita yang tidak Marline kenal bahkan pria itu juga tidak dia kenal.
"Siapa kalian?" teriak Johan dan Marline merasa itu bukan hal yang bagus.
"Tutup pintunya dan habisi mereka semua!" perintah sang wanita dan pintu langsung tertutup.
"Johan, ayo lari!" ajak Marline tapi sayang sudah terlambat.
Tembakan yang beruntun mulai terdengar, teriakan para tamu juga terdengar. Marline mengangkat gaun pengantinnya dan menarik dua pistol yang dia sembunyikan di pahanya. Dia mulai menembak sekelompok orang itu tapi dia mengalami kesulitan karena para tamu undangan yang berlari sana sini.
"Ada apa ini, Marline?" tanya Johan.
Saat itu mereka bersembunyi di belakang sebuah meja yang digunakan untuk meletakkan buku dan microfone.
"Aku tidak tahu!" jawab Marline dan dia menembak orang-orang itu dari persembunyiannya.
Korban terus berjatuhan karena para tamu bagaikan burung dalam sangkar yang tidak bisa lari ke manapun. Teriakan dan bunyi senjata saling bersahutan memenuhi ruangan itu dan korban terus berjatuhan.
Marline mengintip melihat pria yang menjadi pemimpin kelompok, suara terdengar tidak asing tapi dia tidak mengenal wajahnya dan wanita itu, tidak dia kenal sama sekali.
"Ayo kita pergi, Marline," ajak Johan ketika dia melihat sebuah pintu keluar.
"Kau jalan dahulu aku akan menembak mereka!" perintah Marline, sedangkan Johan mengangguk.
Mereka berlari melewati para tamu yang tersisa menuju pintu keluar. Tamu yang tadinya ratusan orang kini tinggal puluhan kerena sebagian dari mereka, sudah bersimbah darah di atas lantai. Dewasa atau anak-anak, semua mati dibunuh di tempat itu.
Marline berlari di belakang Johan dan terkadang menembak, dia tahu peluru dalam pistolnya tidak akan cukup tapi dia berharap dia dan Johan bisa mencapai pintu keluar dan pergi.
Dor! Dor! Dor! Dor!
Empat tembakan dia lepaskan untuk menembak dua orang musuh yang sedang menembaki para tamu. Peluru melesat dengan kecepatan tinggi mengenai dua orang itu tapi naas, beberapa orang menghujani mereka dengan timah panas.
"Tidak, Marline!" teriak Johan dan dia memeluk Marline untuk menghalangi peluru-peluru yang ditembakan ke arah mereka.
Mata Marline melotot karena Johan menjadi perisainya, puluhan peluru bersarang di tubuh Johan dan darah segar mengalir dari tubuh dan mulutnya.
"Jo-Johan," suara Marline bergetar saat dia menyentuh pakaian Johan yang basah.
Marline mengangkat tangannya dan melihat darah memenuhi telapak tangannya.
"Ti-tidak, Johan."
"Per ... gi!" ucap Johan dengan lemah.
"Tidak, Johan. Aku tidak mau!" Marline menggeleng dan air matanya mulai mengalir.
"Pergi Marline, pergi. Selamatkan dirimu," dengan tenaga yang tersisa, Johan mendorong tubuh Marline dan setelah itu tubuhnya ambruk ke atas lantai.
"Johan, hiks ... tidak!" Marline melangkah mundur sambil melihat tubuh Johan yang sudah tidak bernyawa di atas lantai.
"Tangkap dia jangan sampai lepas!" terdengar sebuah teriakan dan beberapa orang mulai mendekati Marline sambil mengarahkan senjata apinya.
Marline masih melangkah mundur, ternyata mereka menginginkannya. Tapi siapa mereka? Pintu darurat masih cukup jauh dan bisa dia hitung peluru pistol-nya yang tersisa saat ini hanya 3. Ditangkap mereka atau mati di tempat itu, hanya itu pilihannya.
Marline mengangkat pistolnya dan menatap seorang pria dan wanita yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum.
"Siapa kalian?" tanya Marline.
"Ayo ikut kami baik-baik maka kami tidak akan melukaimu!" ucap si wanita.
"Jangan harap aku akan mau!" teriak Marline.
Tanpa membuang waktu Marline menembak wanita itu tapi sayang dia menghindar. Wanita itu sangat marah dan menembakkan senjata apinya ke arah Marline.
Marline bersalto ke belakang beberapa kali dan wanita itu semakin kesal. Dia memerintahkan anak buahnya untuk menembak dan dalam sekejap mata saja Marline sudah dihujani dengan puluhan timah panas.
Marline berlari untuk menghindari peluru tapi gaun pengantin yang dia pakai benar-benar menyulitkannya untuk bergerak bebas.
"Hei, berhenti! Kita menginginkannya hidup-hidup!" ucap si pria.
"Cih, lupuhkan dia!" perintah wanita itu.
Anak buahnya bergerak, sedangkan Marline sudah terpojok karena peluru senjata apinya sudah habis. Marline berlari menuju pintu darurat tapi sayang pada saat itu, dua peluru yang ditembakkan oleh si wanita melesat dengan cepat dan mengenai punggung Marline.
Marline terkejut dan terjatuh ke atas lantai. Dia berusaha bangkit berdiri tapi lagi-lagi sebuah peluru mengenai bahu kirinya.
Tubuhnya terasa sakit akibat tembakan dan mungkin saja ini adalah kematiannya. Tubuh Marline ambruk ke atas lantai dan dia masih bisa melihat pria dan wanita itu berdiri di depannya sambil tersenyum.
"Dia tidak akan mati hanya karena tiga tembakan," ucap Wanita itu.
"Bawa dia ke rumah sakit dan kita harus bergegas pergi sebelum polisi datang dan hancurkan tempat ini."
"Bos," Seorang anak buahnya menunjuk sesuatu.
"Bersihkan dan bawa!" perintahnya.
Mereka segera pergi membawa Marline, sedangkan semua tamu sudah besimbah darah di atas lantai dan tempat itu menjadi lautan darah.
Mobil mereka bergerak dan setelah jarak mereka cukup jauh dari gedung, beberapa tombol ditekan.
Duaarrrrrr ....!!! Duuaarrrrr ....! Duuaaarrrrr ....!
Tiga ledakan dahsyat terjadi dan meluluhlantakkan tempat itu yang pasti, tidak akan ada saksi dan tidak akan ada bukti yang akan menjerat mereka dan korban yang jatuh berjumlah ratusan orang.
Topeng yang digunakan pria itu dibuka dan sebuah koper juga di buka. Sebuah serum dikeluarkan dan dalam keadaan tidak sadarkan diri, serum disuntikkan ke tubuh Marline dan mereka membawanya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Fitrianinaim_queen03
hhuuaaaaa /Sob//Sob/ Johan
2025-03-08
0
Sulaiman Efendy
APA ORTU MARLINE & KDUA ADIKNYA IKUT TEWAS..???
2024-06-03
0
Ida Lailamajenun
seru seru seruuu👍👍👍paling suka ma karya othor nih dor dor dor
2024-01-29
1