Cek poin satu

“Sepertinya kita semua harus masuk ke

cek poin. Mungkin masing-masing kode kita berbeda.” Ef menceritakan secara cepat proses yang dia lakukan untuk mendapatkan kode empat digit. Sepertinya sidik jadi yang di tempelkan memang sebagai alat konfirmasi kepada penyelnggara game,siapa peserta yang berhasil  tiba di cekpoin pertama.

 “Ayo bergerak, jangan terburu-buru dan tetap hati-hati.”

 Tim lima belas mengendap menyusuri kebun bunga matahari dengan formasi awal hingga tiba di tepi kebun. Setelah melintasi kebun ini mereka akan berada di area terbuka, jika ada orang lain yang memantau dari jauh. Sudah pasti bisa melihat pergerakan.

 “Formasi di ubah. Aku akan bergerak terlebih dahulu, kalian mengikuti satu-persatu.” Ef maju ke depan.

 “Aku akan berlari ke pohon itu, dan diamdi sana sebentar. Kemudian akan bergerak ke arah pohon palem. Saat aku bergerakke arah pohon palem, salah satu dari kalian bergerak ke pohon. Di titik akuberhenti, di situ kalian berhenti. Paham?” Semua anggota mengangguk.

“Setelah aku bergerak, Lin menyusulkedua, kemudian Maya, terakhir Hamish.” Setelah memberikan intruksi, Ef berlari menuju titik yang dia sebutkan tadi. Memperhatikan kondisi sejenak, kemudianberlari lagi ke  titik kedua. Lin

langsung berlari mengikuti jejak Ef dan berhenti sesuai titik yang di intruksikan. Ef kemudian berpindah ke sebelah dinding Mercusuar, Lin bergerak ke pohon palem dan Maya bergerak keluar dari persembunyin menuju titik pertama.Semua dilakukan berurutan, Ef terus memantau pergerakan timnya dengan posisi siaga penuh, dia harus bisa bertindak cepat jika ada musuh yang melihat pergerakan tim mereka. Beruntung bagi tim lima belas, hingga Hamish ikut bergabung di mercusuar, mereka tidak menemukan rintangan.

 “Tempelkan jempol kalian di sini!” Ef

menujuk sensor sidik jari yang tertempel di dinding.

 Lin menempelkan jarinya, Profilnya langsung muncul di layar sensor. Kemudian muncul angka empat digit yang sama.1502. Ef langsung mengetikkan angka itu ke kalung Lin, seketika lampunya berubah menjadi kuning dan penghitung waktu kembali ke angka 72:00:00. Hamish dan Maya mengikuti cara Lin, angka yang keluar tetap sama. 1502. Ternyata untuk memvalidasi angka tersebut, sidik jari peserta harus terdaftar terlebih dahulu.

 Kemudian mereka berpindah ke peti, Ef menempel jempolnya. Tidak ada reaksi apapun. Ef meminta Hamish untuk menempelkan jempolnya. Ada sedikit reaksi, sebuah lampu kecil menyala. Tapi peti tetap tidak terbuka. Maya ikut menempelkan jempol, lampu indikator kedua menyala. Dan saat Lin menempelkan jempolnya, kunci peti langsung terbuka.

 Kode cek poin baru bisa di dapat kalau peserta menempelkan sidik jadi,

untuk peti hadiah jika semua tim menempelkan sidik jari.

 Ef membuka peti. Benar saja, ini adalah peti hadiah seperti yang mereka temukan di celah air terjun. Isinya tidak

banyak berbeda, beberapa senjata, kevlar, peralatan medis dan makanan. Hanya jenisnya saja yang berbeda. Namun ada sebuah kotak persegi yang berukuran 30 kali 30cm yang tidak ada di peti air terjun. Kotak itu terbuat dari kayu yang dipaku sebagai kuncinya.

 “Kita buka nanti saja, sekarang kita keluar dulu dari mercusuar ini dan mencari tempat sembunyi.”

 Mereka bergerak cepat kembali ke arah kebun bunga matahari. Bunga yang tumbuh tinggi itu bisa menjadi tempat untuk berhenti sementara sampai bisa menentukan arah. Ef membuka peta, tapi dalam kondisi remang tidak ada tulisan yang mampu dia baca. Akhirnya dia kembali menggulung peta itu.

“Kita memiliki waktu 3 kali 24 jam untuk mengatur rencana, malam ini kita kembali ke celah air terjun, dan beristirahat!”

 Pukul setengah 3 pagi, mereka sudah kembali ke dalam celah, semua anggota menyandarkan punggungnya ke dinding dan mengistirahatkan diri. Sedangkan Ef masih berusaha membuka kotak kayu yang tadi mereka temukan. Dengan menggunakan belati sebagai pengungkit, penutup kotak itu terbuka. Isinya adalah radio komunikasi frekuensi rendah.

“Kawan-kawan, kita menemukan harta karun kembali!”

Semua anggota mendekat, Ef membagikan radio kecil itu kepada masing-masing anggota, setelah menyamakan frekuensi ke empat radio. Ef menyematkan earphone ke telinga dan mencoba radio tersebut.

 “Cek!” suara Ef mengema di ke tiga radio yang lain. “berfungsi dengan baik. Jika kalian akan berkomunikasi, tekan tombol call baru kemudian berbicara. Orang lain tidak akan bisa mendengar jika tombol ini tidak di tekan.” Ef memperagakan berbicara di depan mike tanpa menekan tombol call. Tidak ada suara apapun terdengar dari radio.

 “Aduh...,” Lin meringis saat hendak masang Earphone ketelinganya. Telapak tangan kirnya menutup telinga kiri.

“Kau kenapa?” tanpa menungu jawaban Lin, Ef menyibak rambut gadis itu, ternyata dari ujung telinga Lin hingga ke

lehernya ada goresan yang cukup panjang. Ada darah yang sudah mengering di sekitar goresan itu.

“Sejak kapan goresan ini?”

“Aku tergores batu saat memanjat  keluar dari lubang,”

 Ef meraih ransel Lin dan mengambil anti septic. Ef baru hendak mengoleskan cairan itu, tangan lin mencegah.

“Jangan terlalu baik kepadaku, nanti pacarmu cemburu,” tapi tampaknya pria itu tidak menggubris peringatan Lin, dan tetap mengoleskan cairan anti septi secara perlahan ke permukaan kulit leher Lin. Lin awalanya tersipu saat pria itu berada begitu dekat di hadapannya,namun sebuah ingatan berkelebat dalam kepala Lin.

***

 Lin berusaha keras menahan diri untuk tidak terisak saat dia memergoki Ef dan Maya di tepi kolam. Matanya memburam, tertutup cairan bening yang tanpa sadar akan keluar. Wanita itu menggigit bibir

dan mengepalkan tangan, menahan agar air matanya tidak meleleh.

Dengan tubuh gemetar, dia melangkah kembali ke matras dan merebahkan tubuh. Perasaannya campur aduk. Marah, kesal, kecewa, sakit hati menjadi satu. Rasa itu menghujam dadanya begitu dalam,

hingga sakitnya terasa sampai sumsum tulang.

"Jangan menangis Lin!! Kamu tidak pantas menangisinya!! Dia bukan siapa-siapamu!" rutuk Lin dalam hati.

"Kamu penulis hebat!! Penulis best seller!! Pria itu hanya pengawalmu!! Untuk apa kamu membuang airmata untuknya?!"

Segala kata-kata yang membesarkan hati saling bersahut-sahutan di kepala. Menghiburnya untuk tak menangis lagi. Tapi perasaan itu hilang begitu ingatan menyakitkan itu kembali datang.

Lin ingat dengan sangat jelas pemandangan itu. Maya tengah berada di atas tubuh Ef dengan celana terbuka!!

Dua orang dewasa saling bertindihan, untuk apa kalau bukan untuk bercinta!! Betapa bodohnya ia mengira suara pekikan itu adalah sinyal bahaya?!

"Jahat!! Dasar pria jahat!! Mesum!!" batin Lin sembari meremat-remat bahan matras, seolah-olah tangan itu tengah

meremat wajah Ef dengan gemas.

Lin pikir, selama ini Ef memiliki perasaan terhadapnya. Bagaimana tidak? Dari awal mereka diculik, banyak

perhatian-perhatian yang telah ia dapatkan. Di tengah kondisi mencekam, Ef mencarinya, yang berakhir pria itu ikut diculik juga. Apakah ada orang lain yang bersedia melakukan hal itu? Mempertaruhkan nyawa untuknya?

Ef melindungi dari pelecehan seksual yang hampir ia dapatkan. Memukul para penjaga Hell Game. Tindakan beresiko yang hampir membuat pria itu meregang nyawa. Kalau bukan jumlah taruhannya meningkat, mungkin pria itu sudah kehilangan kepala. Pria mana yang rela melakukan hal itu kalau bukan untuk wanita yang disuka? Apakah ia salah bila menganggap Ef memiliki perasaan dan berharap lebih terhadapnya?

Semua pertanyaan-pertanyaan itu terjawab sudah. Lin sepenuhnya salah! Malam ini telah menjadi saksinya. Ef tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya!! Ef telah memilih Maya. Pria itu benar-benar seorang pro player sejati!! Pria br*ngsek yang tega mempermainkan hati wanita!!

Satu hal yang bisa Lin putuskan malam itu. Ia tidak akan menaruh perasaan pada Ef lagi! Ef sudah menjadi milik Maya. Pantang baginya menginginkan apa yang sudah menjadi milik orang lain. Ia harus bisa membunuh perasaan yang mulai berkembang ini!

TUK

Sebuah jentikan pelan di dahi Lin membawa gadis itu kembali dari lamunan. Ef duduk di depan Lin sambil mengulum senyum. Sepertinya pria itu sudah selesai mengobati luka Lin tanpa gadis itu sadari.

“Kau melamun apa, jangan mikir yang jorok-jorok ya?” Goda Ef sambil cengir kuda. Lin tampak sangat malu, kemudian gadis itu merespon godaan Ef dengan memukul lengan pria itu.

“Hahaha, tapi kau makin cantik jika sedang malu-malu seperti itu.”

bersambung

jgn lupa untuk Follow FB dan IG ku

fb. Densa

IG. densa015

Terpopuler

Comments

🇴​🇫​🇫​

🇴​🇫​🇫​

Lin yg sejak awal wes gede roso lan rumongso...😆😆

2021-09-20

1

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Waaah..Ef mulai goda,Lin,💞💞💞💞💞
Semangaaat🌹🌹🌹🌹🌹

2021-09-10

0

Ranty Chynx Teddy

Ranty Chynx Teddy

kpan brhenti slah pham ny thor
🤔🤔

2021-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!