Satu persatu tawanan bergerak keluar. Ef baru menyadari ternyata mereka disekap di dalam kontainer dan berada di atas kapal. Saat ini kapal telah bersandar di sebuah teluk yang sunyi. Hanya ada kapal yang mengangkut kontainer ini dan dua speed boat yang tertambat di sana. Ef dan tawanan lain di giring turun dari kapal, tampak sebuah bus sudah terparkir berjarak seratus meter dari mereka, sepertinya perjalanan panjang ini belum usai.
“Kau jangan jauh dariku. Dan jangan tampak mencolok” bisik Ef kepada Lin.
Pria yang tadi membuka pintu kontainer ternyata tidak sendiri, ada empat orang lain yang mendampingi dan mereka semua memegang senapan laras panjang jenis M4. Tidak akan ada kesempatan jika melawan mereka saat ini. Walau tangan semua peserta di rantai di depan tubuh, tetap saja akan menyulitkan untuk bertarung melawan lima orang bersenjata. Rentang panjang rantai tangan hanya 50 cm dan rentang rantai kaki 1 meter. Kalau mau memukul harus dengan dua tangan, kalau mau menendang harus dengan dua kaki. Susah sekali.
Ef memperhatikan teman-teman senasibnya, mereka semua ada dua belas orang. Pria bertubuh paling tinggi dan berkulit gelap, sepertinya adalah Ngon. Hanya dia satu-satunya yang bertampang Afrika. Pria bertubuh pendek dengan kulit pucat itu sepertinya Hamish, wajahnya jelas perpaduan Kaukasia dan Timur Tengah khas orang-orang Turki. Ef tidak bisa memastikan antara Maya dan VJ aplikasi datting. Keduanya tidak ada yang berbicara, sedangkan perkenalan mereka selama ini hanya lewat suara.
Semua tawanan di jajarkan berbaris di jembatan penghubung daratan dan kapal. Rantai kaki mereka di tautkan satu sama lain dari belakang hingga ke paling depan. Mereka di kelompokkan berdasarkan warna benda metal yang melingkari leher semua tawanan. Ef, lin Hamish dan seorang wanita lain yang memiliki kalung berwarna biru langit di bariskan di bagian belakang. Kelompok Ngon, pria bertubuh gemuk dengan wajah Asia, pria kulit putih berbaju kaos, dan wanita dengan rok pendek yang mengenakan kalung biru gelap di depan merka, sedangkan empat pria lain yang berkalung biru kehitam-hitaman berbaris paling depan.
“Kau tampak cantik sekali, Nona” Seorang penculik mencoba merayu Lin yang berada di barisan paling belakang. “Bagaimana jika kau menghabiskan satu malam bersamaku”
“Lepaskan!” Erlin menjerit dan mengibas-ngibas tangan menghalau pria bertopeng yang mencoba menyentuhnya.
Mendengar jeritan Lin, Ef reflek bergerak menangkap pergelangan tangan pria bertopeng tepat sebelum pria itu menyentuh Lin.
“Hey bung, jauhkan tanganmu!”
“Kau mau jadi pahlawan?” Seketika pria bertopeng mangayunkan gagang popor senjatanya ke arah ulu hati Ef. Dengan sigap agen CIA itu menangkap pangkal senjata tepat sebelum menghantam perutnya. Dengan tangan menggengggam erat senjata lawan, Ef mundur satu langkah sekaligus menarik popor melewati dirinya. Ayunan kuat pria bertopeng di tambah dengan gaya tarik dari Ef, membuat pria bertopeng tertarik mengikuti arah tarikan. Tubuhnya menjadi limbung dan tersungkur.
Melihat temannya tersungkur, tiga pengawal lain langsung menodongkan senjata ke arah Ef.
“JATUHKAN SENJATA ITU, ATAU KAU KUTEMBAK!” pria bertopeng kedua maju sambil tetap membidik kepala Ef dengan senjatanya.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Ef kepada Lin tanpa mengindahkan tiga moncong senjata yang mengarah kepadanya. Lin mengangguk, namun wajahnya pucat pasi.
Setelah memastikan kondisi Lin baik-baik saja, Ef mengalihkan fokusnya kepada tiga pengawal yang menodongkan senjata kemudian menoleh ke arah pemimpin mereka yang berdiri paling depan. Pria itu hanya mengamati Ef dan anak buahnya. Tidak bereaksi apapun.
Jempol Ef menekan pin penahan dan mencabut magazin dari slot. Ia juga menarik kokang sehingga peluru yang sudah berada di pangkal laras tertarik keluar. Setelah senjata itu kosong, Ef meletakkannya di tanah. Pandangannya masih menatap pimpinan orang-orang bertopeng, pria itu juga menatapnya balik.
“Whats your name?” Pemimpin itu mendekati Ef hingga jarak setengah meter. Dia tidak mengenakan topeng sehinga wajahnya yang dipenuhi jambang terlihat jelas. Tubuhnya lebih pendek dari Ef yang memiliki tinggi 179 cm.
“Untuk apa kau bertanya. Bukankah semua yang kau culik sudah berada di dalam daftar?”
“Kau cukup tenang, dan tampaknya terampil menggunakan senjata. Aku akan selalu memantaumu!”
“Katakan kepada anak buahmu, jangan sentuh kami, atau aku akan menggunakan keterampilanku sebelum waktunya!” Ef menatap mata pria itu tanpa berkedip, tatapan tegas adalah salah satu cara untuk menjatuhkan mental lawan. Tapi pria itu juga membalas dengan tatapan yang sama.
“Jika saja kami tidak di pesan untuk menjaga kalian, kau pasti sudah kubunuh di sini”
“Jika saja tangan dan kakiku tidak di rantai, aku pasti sudah membunuh kalian sejak tadi”
“Hahahaha, tampaknya season dua ini akan menarik. Semoga kau tidak cepat mati!” Pria itu berbalik dan kembali berjalan ke arah depan. Pria yang tadi tersungkur sudah bangun dan kembali memungut senjatanya.
“Kau akan kubalas!” Hardik pria bertopeng
“Lakukan sebisamu!”
Mereka kembali berjalan ke arah bus, kali ini para pengawal tampaknya bersiaga di sekitar Ef dengan jarak yang cukup jauh.
Satu persatu tawanan di paksa masuk kedalam bus, mulai dari barisan yang paling depan. Rantai penghubung kaki antar tawanan di lepas di depan pintu bus agar mereka bisa melangkah naik. Saat giliran Ef masuk kedalam bus, dia bisa melihat jika di dalam bus sudah duduk para tawanan lain. Sama seperti rombongan Ef, mereka juga berjumlah dua belas orang. Kepala mereka di tutup dengan kain hitam.
Ef duduk di bangku paling depan, Lin menyusul duduk di sebelahnya. Para penjaga ikut masuk dan mengaitkan rantai kaki seluruh tawanan ke lantai bus.
“Kami memang diperintahkan untuk mengantar kalian dengan selamat, tapi jika nekat mencoba melarikan diri atau melawan. Kami tidak akan segan menghabisi kalian!” Peringatan Pria itu tertuju untuk semua, tapi matanya selalu menatap ke arah Ef, seolah ingin memberitahukan jika Ef adalah yang paling di awasi saat ini.
“Tadi kau mengatakan agar tidak memancing emosi para penculik. Sekarang kau sendiri yang melakukannya” ucap Lin dengan suara pelan.
“Aku juga baru sadar setelah terjadi. Tadi aku bertindak reflek ketika mendengar teriakanmu”
“Kenapa kau membahayakan dirimu, kita baru saja kenal?”
“Tidak tahu” balas Ef singkat karena pria bertopeng sudah mendekatinya, Kepala Lin di sarungi kain hitam, kemudian Ef menyusul diperlakukan yang sama.
Tak lama berselang bus mulai bergerak. Perjalanan ini di iringi dengan alunan musik county yang di popularkan oleh Hank Snow - I've Been Everywhere.
I've been everywhere, man
I've been everywhere, man
Crossed the deserts bare, man
I've breath the mountain air, man
Travel - I've had my share, man
I've been everywhere
Lama-lama mendengar musik ini di tambah lagi pandangan kemabli gelap akibat kepala di tutup, membuat mata Ef terasa mulai berat.
Tuk...
Terdengar benturan pelan di sebalah kiri. Sepertinya Lin sudah terlebih dulu tertidur dan kepalanya membentur jendela bus. Dengan memperkirakan posisi Lin, pelan Ef menarik kepala Lin kearahnya. Lin sepertinya terkejut ada tangan yang memegang kepalanya.
“Ini aku, jangan biarkan kepalamu membentur kaca jendela, bersandar saja ke pundakku” Kali ini tidak ada protes atau bentuk keras kepala seperti yang dilihat Ef saat pertama kali bertemu,
gadis itu menempelkan kepalanya begitu saja.
“Aku takut” ucap Lin.
“Tidurlah, Aku akan selalu menjagamu”
***
Halo teman-teman.
terima kasih telah sudi mampir ke sini. cerita Hell Game ikut lomba menulis Fiksi kategori pria.
jadi mohon bantuan teman-teman untuk Like, Favorit dan selalu meninggalkan komen di tiap chapter.
mari berteman di sosial media.
fb. Densa
Ig. @densa015
terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
buk e irul
kalian emang pasangan yang co cuit 😍
2022-11-30
0
R⃟ Silu ✰͜͡w⃠🦃🍆(OFF)
next
2021-12-14
0
Rini Arismawati
pengawal hati mu ini nama nya
2021-09-03
0