Zona Putih

Zona putih

“Bawa dia kemari!”

Perintah dari Andrew langsung direspons oleh anak buahnya dengan sigap. Mereka datang sambil menyeret Ef ke tengah panggung. Arsy, sang juru IT mengekor dari belakang.

“Semuanya saksikan, apa akibat pada leher manusia jika kalung ini meledak!”

Andrew menoleh kepada Arsy, “kita masih live kan?” bisiknya.

“Masih, Sir.” Arsy tampak ingin menyampaikan sesuatu. Tapi dia bimbang.

“Ada apa?” Sepertinya Andrew memahami gelagat Arsy.

“Audience dari Indonesia mengancam membatalkan taruhan jika dia di eksekusi, efek yang di timbulkan seperti bola salju. Penonton menganggap Hell Game tidak fair. Jika Audience dari Indonesia membatalkan taruhan, akan mempengaruhi audience Asia tenggara. Sekarang sudah banyak taruhan yang di batalkan. Posisi dana menjadi deposit kembali.”

“Berapa total taruhan yang sudah di batalkan?” tanya Andrew.

“31 juta dollar, Sir. Total dari Asia Tenggara!”

“Berapa potensi penarikan total, jika Asia tenggara membatalkan semua?”

“Hampir 300 juta dollar!”

“Hmm...,” tampaknya Andrew memikirkan ulang rencananya. Terlalu besar kerugian yang akan dia alami hanya demi sebuah pertunjukan. Dia kembali ke tengah panggung dan menghadap microfon.

“Berhubung pembukaan ini kita tayangkan Live, saya ingin melihat seberapa popular orang ini. Jika taruhan atas nama dia mencapai 1 juta dollar. Maka eksekusi kita batalkan!”

Layar besar menampilkan profil semua peserta, kemudian profil Ef membesar. Saat ini taruhan yang terpasang kepadanya sejumlah tiga ratus ribu dollar. Masih jauh untuk mencapai 1 juta.

“Kita lihat, apakah kau akan di selamatkan bangsamu?” Andrew berbisik kepada Ef.

Angka di layar berubah. Saat ini taruhan atas nama Ef meningkat menjadi 500 ribu dollar. Peningkatan drastis dalam waktu 1 menit.

“Kita beri waktu tiga puluh menit. Sembari menunggu, saya akan menjelaskan time frame dalam Hell game.”

“Setelah pembukaan, semua peserta dikelompokkan berdasarkan tim dan akan di sebar ke seluruh area pulau. Diberikan waktu 3 hari untuk melakukan persiapan dan adaptasi. Kita namakan fase ini sebagai zona putih.”

“Seluruh tim akan berada di base camp masing-masing selama zona putih. Silakan manfaatkan waktu selama 3 hari itu untuk mengatur strategi. Di base camp kalian sudah tersedia semua kebutuhan bertahan hidup. Makanan, obat-obatan, senjata dan amunisi. Jika kalian merasa supply di base camp kalian tidak cukup. Silahkan mencari ke basecamp tim lain. Saya tidak menyarankan terjadi pertempuran selama zona putih, tapi jika kalian memaksa, saya juga tidak melarang. Hahaha.” Andrew merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda seperti kelereng.

“Ini adalah camera yang sudah terpasang di semua penjuru area. Dari sinilah penonton dan tower akan memantau semua kejadian di arena.” Andrew mengangkat camera di tangannya, benda ikut kecil sekali. Benar-benar seperti kelereng. Tak lama layar di sebelah kiri menampilkan pencitraan dari camera yang Andrew pegang. Kamera kecil itu memiliki kemampuan Pencitraan 360 derajat.

“Lihat, dengan kamera ini tidak ada sudut yang tidak terpantau. Wow!!!” tiba-tiba Andrew berteriak.

“Taruhan untuk orang ini sudah meningkat menjadi 780ribu dollar. Tinggal 220ribu lagi. Peningkatan yang luar biasa!”

Layar kembali menayangkan profil Ef. Ratusan ribu komentar memenuhi kolom dengan berbagai bahasa. EF tampaknya bisa bernafas lega karena ada sangat banyak komentar dengan bahasa yang dia kenal. Bahasa suku-suku yang tersebar di seluruh nusantara.

Hanya dalam waktu lima belas menit, angka di profil Ef berubah menjadi 1.989.021,5 Dollar. Taruhan yang terpasang kepadanya hampir mencapai dua juta dollar.

“Audience Indonesia memang luar biasa.” Andrew memelankan suaranya, bibir pria itu menyunggingkan senyum kemenangan. Dia kembali ke microfon.

“Eksekusi di batalkan!”

***

Setelah acara pembukaan selesai, semua peserta di giring kembali ke sebuah kapal. Mereka akan di antar ke base camp masing-masing. Ef mencoba mengingat setiap pergerakan kapal.

Kapal itu bergerak setiap sepuluh menit, dan menurunkan satu tim. Kemudian bergerak lagi selama sepuluh menit dan menurunkan tim yang lain. Kecepatan rata-rata kapal besar biasanya hanya 30-40 knot per jam. Berarti dalam 10 menit mereka sudah menempuh sekitar 5-6 knot. Ef bisa menyimpulkan jarak antar basecampe peserta sekitar 10 sampai 12 kilometer.

“Tim lima belas turun!” teriak penjaga sambil membuka pintu dok. Mereka digiring hingga ke tepi pantai.

“Ini peta dan kunci rantai kalian!” seorang penjaga melemparkan gulungan peta dan sebuah kunci. Ef memberikan kunci kepada Hamish untuk membuka rantai mereka. Sedangkan Ef sendiri mempelajari kertas perkamen ditangannya.

Peta itu menampilkan denah pulau. Tidak ada begitu banyak informasi yang tersedia. Hanya penunjuk arah mata angin, skala. Di sana juga tertera posisi basecampe, dan posisi cek poin. Dari cek poin 1 sampai cek poin lima.

“Peta ini harus kita jaga. Sekarang kita menuju base camp.” Ef mengambil alih komando tim. Ketiga anggotanya mengikuti langkah pria itu dari belakang.

Peta itu berskala 1:100.000. jarak dari pinggir pantai ke basecampe 15 lebih kurang 1 centi. Mereka harus berjalan dari pantai masuk ke dalam hutan hingga jarak lebih kurang 1 kilo meter.

Menempuh medan terjal penuh semak belukar bukan sesuatu yang aneh bagi Ef. Tapi tidak untuk ketiga anggota tim lain. Mereka tampak sangat kesulitan. Apalagi pakaian yang dikenakan kedua wanita itu bukan pakaian lapangan.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, mereka tiba di sebuah gubuk bernomor 15. Gubuk itu tidak besar, hanya berukuran dua puluh lima meter persegi. Ef menyuruh ketiga tim lain untuk menunggu di luar, dan dia mengecek kondisi terlebih dahulu.

“Masuklah!”

Mereka berempat sudah berada di dalam gubuk dan mengamati base camp mereka. Dinding gubuk itu terbuat dari tanah liat yang di keraskan, tidak ada furniture apapun di dalam. Hanya ada sebuah rak kayu, dua buah peti kayu besar berukuran 1 kali 2 meter.

Ef membuka peti itu, peti pertama berisi pakaian untuk empat orang. Pakaian dengan dasar karet sintetis berwarna abu-abu gelap dengan list biru muda. Ada arloji army dengan penunjuk waktu digital dan analog. Sepatu, topi, masker, ransel dan sarung tangan. Masing-masing ada empat. Ef memperhatikan ukuran baju itu, 2 ukuran L dan dua ukuran S. Sepertinya pihak Hell Game benar-benar mempersiapkan kebutuhan para peserta.

Ef kemudian membuka peti kedua. Peti itu bersisi berbagai biskuit, obat, plaster, kain kasa dan anti septik, serta berberapa jenis senjata. Sebuah senapan serbu jenis M14, sebuah shot gun, dan empat unit pistol. Juga ada 4 buah belati yang berbentuk sama. 4 kotak amunisi kaliber 5,56, 4 kotak amunisi kaliber 12 untuk shotgun dan 8 kotak amunisi kaliber 9 untuk pistol. Juga ada 20 buah granat tangan, 20 buah flashbang dan 20 buah bom asap.

“Apakah kita benar-benar akan saling bunuh?” suara Lin bergetar. Wajahnya pucat saat melihat tumpukan senjata.

Ef melihat ke seluruh anggotanya, mimik mereka pucat serupa.

“Kita ada waktu tiga hari untuk mempersiapkan diri.”

“Mempersiapkan diri bagaimana? Seumur hidup aku tidak pernah menyentuh senjata asli.” Walau laki-laki, Hamish juga tampak sangat kalut.

“Begitu juga para peserta lain.” Ef menimpali untuk menenangkan Hamish.

“Tim kita diuntungkan karena ada dia. Dia seorang agen CIA.” Lin memandang kepada Ef.

“Kami sangat mengandalkanmu!” ucap Lin penuh harap.

*Peta pulau Hell Game

“Sekarang ganti pakaian kalian!”

Terpopuler

Comments

R⃟ Silu ✰͜͡w⃠🦃🍆(OFF)

R⃟ Silu ✰͜͡w⃠🦃🍆(OFF)

next lanjut

2021-12-14

0

ria rif'ah restiani

ria rif'ah restiani

suka suka thor

2021-10-10

0

rh_@doen.

rh_@doen.

Lanjut thor kayaknya mulai tegang nih !

2021-09-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!