" Astaga apa lagi ini, sial." Addrian terus merasa kesal mengibaskan tanganya yang terkena muntahan Zira, sementara Zira masih muntah di kamar mandi.
Eeghhh.....eeghhh.....Eeghhh...... Eeeghkkkk
Suara muntahan Zira masih terus terdengar Addrian bisa dengan jelas mendengar suaranya.
"Kenapa? Sih tuh anak." Addrian mendekati kamar mandi.
Addrian mengetuk pintu kamar mandi, Zira terus memuntahkan isi perutnya di kamar mandi.
" Zira," panggil Addrian yang dari tadi Zira tidak, memberi jawaban apapun. Setelah beberapa kali Addrian memanggil akhirnya Zira pun keluar dari kamar mandi, kaget melihat Addrian sudah berdiri di depan kamar mandi.
" kamu kenapa?" Tanya Addrian sedikit cemas melihat Zira yang keluar dari kamar mandi dengan bibir yang basah, bahkan wajahnya juga basah, wajah Zira begitu pucat dan terlihat lemas.
" Gak, aku gak apa-apa, mungkin telat makan tadi, jadi agak mual, aku keluar dulu." Ucap Zira dengan suara lemas. Melewati Addrian yang berdiri didepan kamar mandi.
" Zira," panggil Addrian ketika Zira ingin pergi, Zira membalikkan tubuhnya.
" Ada Apa."
" Itu," Addrian mengarahkan kepalanya ke jas yang ada di kursi rapat, Zira pun melihatnya.
" Bersihkan semua kotoran yang keluar dari mulut kamu, dari jas itu, jas itu lebih mahal dari dirimu." Ucap sinis Addrian, Zira menghela napasnya dan mengambil jasnya tanpa ingin berdebat dengan Addrian, dia tau itu memang kesalahannya.
" Aku akan bersihkan," ucap Zira dan keluar dari ruangan itu.
" Siallllll....kenapa sih tu anak selalu bikin ulah." Ucap Addrian merasa jengkel dengan kejadian pagi yang di dapatnya, bisa-bisanya Zira muntah di jasnya.
**************
Keesokan harinya Zira pergi kerumah sakit Jiwa Sejahtera, ya hari ini dia ada janji makan siang bersama Tasya, Zira turun dari taxi, mobilnya sedang dibawa Saski, mau tidak mau dia harus naik Taxi, untuk menemui Tasya, merasa tidak enak dengan kejadian yang hampir mencelakai Tasya Zira pun berkunjung kerumah sakit itu, yang kebetulan Tasya sedang praktik di sana.
Setelah berhasil mencari Tasya, Zira dan Tasya pun duduk di salah satu taman. Zira membuka rantang berwarna merah isi bekal yang di masaknya tadi pagi khusus untuk Tasya.
" Thanks Zira." Ucap Tasya terus menelan ludah tidak tahan untuk memakan masakan Zira, entah kapan Zira selesai membuka satu per satu rantang itu. Ya makanan soto buntut kesukaan Tasya, sepertinya ilurnya Tasya akan menetes jika Zira tidak menyelesaikan pekerjaannya.
" Nih,,," Zira memberikan soto buntut tersebut kepada Tasya dengan sumringah Tasya langsung mengambilnya dari tangan Zira, dan yang benar saja tasya langsung menyeruputnya dengan sendok.
" Oh....my good ini enak banget, entah sudah berapa lama gue gak makan ini." Puji Tasya mengingat selama di Luar Negri dia tidak pernah memakannya.
" Bisa aja, ngomongnya, gak usah dilebih-lebihi."
" Serius, Zira, masakan lo gak pernah berubah, sumpah ini enak, banget."
Zira hanya menonton Tasya makan dengan lahap bahkan Zira tidak selera untuk makan, beberapa hari ini selera makanya memang hilang, bahkan ketika makan dia akan kembali memuntahkannya, kepalanya juga sering sakit Zira belum sempat ke Dokter sekedar menanyakan keadaanya, atau hanya meminta vitamin mengingat pekerjaannya yang banyak belakangan ini, pasti menjadi efek untuk kesehatannya.
" Lo, nggak makan." Tanya Tasya di sela-sela makanya
" Nggak, gue udah, kenyang lo makan aja, semua ini khusus buat lo ko."
" Aduh Zira, lo baik banget, tapi kalau tiap hari gini gue bakal gagal diet, tapi gak apalah lumayan buat balas dendam selama gue di Luar Negri, bayangin aja gue gak pernah makan makanan ini.
Sebenarnya Zira tidak terlalu mendengarkan perkataan Tasya, dia hanya fokus kedirinya yang sedari tadi merasa tubuhnya tidak enak, kepalanya pusing rasanya dia ingin buru-buru pulang, merebahkan diri di tempat tidurnya.
" Oh, iya Tasya, sorry ya sikap gue kemarin sama lo, dan soal mobil." Zira pun menyampaikan tujuannya untuk datang menemui Tasya
" Apaan sih Zir udahlah...... gue tau lo pasti kesal sama gue, its ok, Kitakan sahabat masa masalah kayak gitu aja harus diributin."
" Iya Thanks, ya, sekali lagi gue minta maaf."
" Ok, santai, oh my God gue dah kenyang banget, ini enak banget, yang ini untuk entar, gue pasti makan lagi." Ucap Tasya menghentikan makanya, karena sudah merasa begitu kenyang, Tasya membereskan rantangnya menutupnya dan menyatukanya.
" Ya udah ya, Tasya gue balik ya, soalnya masih banyak yang harus gue kerjain."
" Ok, thanks ya, gue juga ada praktik habis ini, oh iya, lo pulang naik apa."
" Gue udah pesan taxi online kok, yaudah gue pergi dulu ya, jangan lupa entar dimakan lagi sisanya
" Pasti dong, sekali lagi Thanks, sering-sering ya." Ucap Tasya memeluk Zira, Zira pun membalas pelukan hangat sahabatnya sambil memukul-mukul lembut punggung Tasya.
" Ok, gue balik,....by-by-by-by-by." Ucap Zira melambaikan tangan dan pergi dari hadapan Tasya, Tasya terus melihat Zira berjalan, sampai sudah tidak terlihat lagi.
Zira berjalan menuju gerbang rumah sakit, namanya rumah sakit jiwa jadi Zira harus beberapa kali berselisih dengan orang-orang yang sakit jiwa, sesekali dia melihat kesamping kiri dan kanannya merasa tidak nyaman, karena melihat tingkat kejiwaan orang berbeda -beda.
Ada yang menggendong boneka, berlari-lari seperti anak kecil, saling melempari, aneh-aneh ragam yang dilihat Zira, Zira hampir sampai menuju pintu keluar rumah sakit, tetapi pandangannya mengarah kepada mobil BMW hitam yang berhenti diparkiran rumah sakit.
Zira, kaget saat melihat orang yang keluar dari mobil itu Addrian bersama dengan Tomy.
" Addrian, ngapain dia disini, dia mau ketemu sama Tasya, sedekat itu kah mereka sampai harus menemui Tasya di sini, atau dia mau memeriksa kejiwaanya, kayaknya sih iya soalnya tingkat sakit jiwanya, udah level tinggi." Ucapnya penasaran. Addrian memasukin rumah sakit diikuti dengan Tomy yang berada dibelakangnya.
" Ahhhhh......masa bodo, ngapain juga gue harus pikirin. Tapi ngapain ya dia disini, kalau ketemu sama Tasya, tadi kan Tasya bilang lagi ada praktik, kayaknya memang ingin periksa kejiwaan nya, tapi masa iya sih." Zira bingung dengan keberadaan Addrian, Zira pun penasaran dan memutuskan untuk mengikuti Addrian, Addrian dan Tomy berjalan menelusuri rumah sakit dengan langkah yang cepat.
Zira terus mengikuti Addrian melewati koridor-koridor rumah sakit, sampai akhirnya, Addrian bertemu dengan dokter, Zira pun bersembunyi, Addrian dan Dokter berbincang-bincang entah apa yang dibicarakan mereka, Zira tidak dapat mendengar suara Addrian dan Dokter tersebut, Dokter dan Addrian begitu serius berbicara.
Setelah Addrian dan Dokter tersebut berbincang-bincang, Addrian melanjutkan langkahnya, dan berhenti di sebuah kamar, Addrian dan Tomy masuk kekamar tersebut.
" Kenapa Addrian masuk keruangan itu, itukan ruangan pasien, atau Addrian ada keluarganya yang sakit jiwa." Tanyanya semakin penasaran, Zira pun memutuskan mendekati kamar yang dimasukin Addrian dan Tomy. Secara pelan-pelan Zira mendekati kamar tersebut, pintu kamar itu terbuka sedikit.
Zira yang sudah tiba di depan ruangan itu, masih berdiri penasaran pintu kamar terbuka sedikit karena penasaran Zirapun mengintipnya, dia melihat Tomy yang hanya berdiri, Sementara Addrian berada di hadapan seorang wanita, yang memakai pakaian pasien rumah sakit, rambutnya terlihat acak-acakan.
Betapa kagetnya Zira karena dia mengenal wanita yang terlihat dengan pandangan kosong yang berada di hadapan Addrian. Addrian membelai lembut kepala wanita yang sedang asik menggigit kukunya itu.
" Puttri." Ucapnya shock melihat wanita yang ditemuin Addrian, napas Zira berubah menjadi tidak beraturan dia memegang dadanya, serasa sesak di dadanya. Tangannya memegang tembok kuat, seakan tubuhnya begitu lemas melihat orang yang dikenalnya.
" itu, Puttri apa yang terjadi sama Puttri, dan Addrian, apa hubungannya dengan Puttri, jadi benar selama ini Puttri yang Addrian maksud adalah Puttri yang aku kenal, aku juga pernah melihat Tomy memiliki foto Puttri." Ucap Zira bertanya-tanya sendiri dengan suara sesak.
" Apa yang sebenarnya terjadi. Aku, harus temui Puttri, aku harus tau apa yang terjadi, Aku harus tanyakan langsung, aku tidak ingin Addrian terus mencecar ku, Addrian seakan-akan menyalahkan aku dengan semua kejadian ini." Ucap Zira ingin masuk tetapi langkahnya berhenti.
" Nggak, ini bukan waktu yang tepat, kalau aku masuk belum tentu aku dapat jawaban, sementara kondisi Puttri seperti itu, yang adanya Addrian malah marah. Aku harus cari tau sendiri apa yang terjadi sama Puttri dan hubungannya dengan Addrian." Batin Zira mengundurkan niatnya. Zira pun memilih pergi dari tempat itu sebelum Addrian mengetahui keberadaanya.
Zira berjalan di area kota, ditengah keramaian, setelah keluar dari Rumah Sakit dia masih memikirkan tentang sahabatnya dan orang yang paling di bencinya. Zira berjalan dengan langkah yang pelan dipinggir jalan, banyak kendaraan yang berlewatan dengan suara klekson yang tidak beraturan.
Pikiran Zira hanya fokus atas apa yang dilihatnya di rumah sakit, masih tidak percaya jelas sangat tidak percaya sahabatnya yang selama satu bulan lebih tidak dilihatnya berada di rumah sakit jiwa.
Bahkan, sahabatnya yang lain pun tidak tau tentang keberadaan Puttri, yang mereka tau Puttri pasti lagi liburan, karena memang mereka tidak pernah telponan dengan Puttri, bahkan di group wa mereka Puttri selalu off.
Tiba- tiba pandangan Zira rabun, Zira memegang kepalanya yang terasa semakin pusing, Zira melihat disekelilingnya seperti hanya bayangan bahkan suara-suara mobil yang bising terasa sangat jauh suaranya, Zira pun terjatuh, sebelum matanya tertutup Zira masih bisa melihat bayangan orang-orang berdiri dihadapanya.
Zira, terbangun dari tidurnya matanya menatap langit ruangan tersebut, baunya begitu berbeda, Zira perlahan duduk, memegang kepalanya yang masih terasa sakit, Zira bingung melihat dirinya berada di atas ranjang disebuah ruangan.
" Dimana ini." Tanyanya, masih memegang kepalanya. Tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian Dokter datang menghampiri Zira.
" Kamu, sudah siuman, saya periksa lagi ya." Ucap senyum ramah Dokter tersebut dan memeriksa Zira dengan stetoskop, dari dadanya sampai keperutnya.
" Tadi, kamu pingsan di jalan, warga membawa kamu kerumah sakit, kondisi kamu sekarang sudah baik-baik saja." Ucap Dokter tersebut selesai memeriksa Zira.
...para pembaca follow aku, ya soalnya aku baru bergabung di noveltoon...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Kaka v
sebenernya putri tuh bneran kena gangguan atw enggak sih ,soal nya kan kemarin2 ketemu saudara nya kayak biasa2aja
2025-03-16
0
Nurhalimah Al Dwii Pratama
putri ada 2ya kan yg asli ketemu sma adenya yg merkosa zira
2021-12-13
2
Rita Herlina
asa bingung gw tor...napa si putri ad di situ??
2021-12-03
0