"Kamu salah jika berbicara uang di hadapanku, aku bisa membeli wanita manapun berlipat-lipat. Dibandingkan dirimu, aku hanya merasa tidak pantas jika harus mengeluarkan uang sepeserpun untuk wanita murahan sepertimu."
Addrian berbicara sambil mengamati tubuh Zira. Dari bawah sampai atas, lagi-lagi dress yang dipakai Zira tersingkap dan Zira bergegesa menurunkannya, karena Addrian memandangi paha, putih mulusnya.
Jarak Addrian dan Zira hanya beberapa cm saja. Mereka terlalu dekat sehingga bisa merasakan napas mereka.
" Kamu, benar aku memang murahan, tapi aku menjadi murahan di tanganmu. Hidupku menjadi sangat murah bahkan tidak berharga akibat perbuatanmu."
"Seharusnya kamu bisa membedakan wanita yang memang murahan, dengan wanita yang menjadi murahan karena perbuatan binatang sepertimu." Zira menahan air matanya agar tidak keluar, rasanya sangat hina harus menangis didepan laki-laki yang dibencinya.
Zira kembali mengingat kejadian itu, dia sungguh membenci wajah yang di hadapannya, Addrian tidak mempungkiri kebenaran perkataan Zira.
Memang dialah orang pertama menyentuh Zira dan mengambil kesucian Zira, Addrian yang menatap wajah Zira dengan penuh arti.
" Hmmm..... apa marah ini, hanya sebuah alasan saja, atau jangan-jangan, kamu malah ingin melakukanya lagi. Mintalah dengan baik dan lembut maka aku akan berikan." Ucap Addrian seperti tidak berdosa tersenyum licik mengalihkan tatapannya ketubuh Zira, seakan ingin memangsa Zira.
Zira memang benar- benar panas, kesabaranya benar-benar habis bahkan dia melihat di wajah Addrian tidak ada rasa penyesalan.
Addrian memang mengangapnya begitu murahan. Zira yang berada di situasi sulit ingin pergi, tetapi tidak bisa.Terkunci dalam dekapan Addrian.Tanpa berpikir panjang Zira mengambil pecahan vas bunga, dan spontan menggoreskannya ke leher Addrian.
" Hey." Addrian menyadarinya menangkis tangan Zira. Tetapi leher Addrian sudah sempat tergores. Addrian langsung berdiri disusul oleh Zira mengambil kesempatan mencoba pergi.
"Apa kamu, sudah gila ha," ucap Addrian. Memengang lehernya yang berdarah.
"Seharusnya, aku melakukanya lebih awal. membunuhmu malam itu juga, laki-laki sepertimu tidak pantas hidup." Zira mengambil berkasnya dan tasnya lalu pergi dari hadapan Addrian.
Addrian menarik tangan Zira dan menyandarkan tubuh Zira ketembok, lagi-lagi Zira terkunci dihadapan Addrian tanganya yang di cengkram kuat kebelakang tubuh Zira.
" Kamu dengar ya, seharusnya kamu berpikir apa yang terjadi sama kamu, adalah karma dalam hidup kamu, kamu telah merusak kehidupan orang lain, membawa orang lain masuk kedalam pergaulanmu yang gelap.
Jadi apa yang terjadi sama kamu adalah karma dan semua yang terjadi sama kamu tidak sebanding dengan kehancuran hidup Puttri akibat ulah wanita sepertimu." Ucapan Addrian membuat Zira seketika berpikir maksud dari perkataan Addrian.
" Apa, maksud kamu." Tanyanya bingung
" Jangan, sok polos kamu, jadi jangan merasa wanita paling tersakiti.
"Terserah, kamu berpikir apa, aku tidak peduli laki-laki yang pikirannya kotor seperti kamu, tidak akan pernah bisa dibersihkan, minggir kamu," Zira mendorong tubuh Addrian dan mengambil kesempatan keluar dari ruangan Addrian.
" Sialan, beraninya dia melukaiku." Addrian memegang lehernya, yang tergores kaca vas bunga,
"Ahhhhh." Addrian memukul mejanya dengan keras dan menyerakkan berkas-berkas yang ada di atas meja.
Zira, buru-buru berjalan dan menabrak Saski.
"Zira..!!!!" Tegurnya melihat Zira yang panik
" Saski, ayo kita balik." Zira menarik tangan Saski dan berjalan.
" Zira kenapa?, gimana Investor nya, kamu dah ketemu." Tanya sambil mengikuti langkah Zira yang buru-buru.
" Kita, batalin kerja sama, dengan Perusahan itu, ayo cepat."
" ha.... Kenapa Zira?" Zira tidak menjawabnya,
Saski dan Zira menuju mobilnya yang parkir di depan perusahaan.
" Ayo, masuk, biar aku yang nyetir." Ujar Zira.
" Zira, kenapa sih tiba-tiba kayak gini." Umpat Saski
"Masuk.!!!!" tegas Zira dan masuk kedalam mobil, Saski mengikutinya meski bingung melihat Zira.
Zira menginjak gas mobil dengan kecepatan tinggi bahkan tidak pernah mengendarai selaju itu.
Saski juga panik, dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Kenapa? Zira bertingkah aneh.
"Zira...." kamu kenapa sih tiba-tiba kayak gini, zira.... !!!pelan - pelan." Saski panik dengan keadaan Zira.
" Aku gak mau kerja sama dengan Perusahan itu." Ucap Zira tutup poin.
" Ya, kenapa," tanya Saski.
" Zira,..kenapa?."
Zira tidak memperdulikan perkataan Saski dia terus mengendarai mobil seperti kesetanan. Zira terbayang wajah Addrian yang memperkosanya malam itu.
"Aku, mohon lepasin aku, lepasin, lepasin aku, aku mohon."
" Zira kamu jawab dong, Zira kenapa? Zira, Zira jawab."
" Diamlah Saski." Bentak Zira, membuat Saski kaget, dan terdiam, merasa memang sebaiknya diam melihat emosi Zira benar-benar tidak stabil.
"Berhenti Zira, kalau kamu tidak berenti, aku akan turun sendiri." Ancam Saski merasa tidak nyaman dengan Zira.
Zira tidak sadar lagi apa yang dilakukanya di bayanganya hanya kejadian buruk yang menghancurkan hidupnya.
Zira menginjak rem mobil dan berhenti dipinggir jalan, Saski ingin membuka pintu mobil, Zira menghentikannya.
" Aku minta maaf Sas, pulanglah duluan aku mau sendiri dulu." Ucap Zira, keluar dari mobil. Saski bingung dengan keadaan Zira. Saski tidak menghentikan nya.
Saski melihat Zira dari kaca spion berjalan. Saskipun pindah ketempat kursi pengemudi dan melajukan mobilnya. Lalu pergi.
" Ini, pak." Ucap Tomy memberikan plaster ke Addrian. Addrian mengambilnya dan menutupi luka dilehernya.
" Kamu panggil Rima suruh, dia bersihkan ruangan saya."
" Baik, pak." Ucap Tommy pergi
" Tomy," panggil Addrian saat Tomy ingin keluar.
" Kamu cari tau semu tentang Zira, tidak ada satupun yang kelewatan, saya ingin informasi detail."
" Baik pak," Tomy pun pergi dari ruangan Addrian
Zira pulang kerumahnya, saat sudah merasa lebih tenang. Saat memasukin kamarnya. Saski, menghentikannya.
" Zira, apa-apaan ini kenapa? kamu membatalkan, kontarak dengan Perusahan Adbver."
" Aku, gak suka, bekerja sama dengan perusahan itu."
" Perusahaan Adbver." Ucap Saski memperbaiki omongan Zira.
" Apapun itu namanya, aku tidak ingin punya urasan dengan Perusahaan itu." Tegas Zira.
"Kenapa? bukanya, itu impian kamu, terus kenapa? ketika kita ada kesempatan, kamu malah mundur." Oceh Saski tanpa henti
"Iya, memang itu impianku, impian kita, tapi tidak dengan pemiliknya, aku tidak mau bekerja sama dengan, orang seperti dia."
" Ada apa, dengan pemiliknya, Addrian Wijaya Admaja, sangatlah hebat, berpendidikan, memiliki moral tinggi. semua orang ingin kerja sama dengannya."
" Apa yang kamu ketahui tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya."
" Kenapa,?, Memang seperti itukan, apa yang salah dari pemiliknya, seharusnya kita bangga bisa bekerja sama dengan CEO Perusahaan itu, apa yang salah Zira, jawab Zira apa yang salah.?"
" Karena laki-laki itu sudah." Perkataan Zira terhenti, tidak mungkin dia menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya.
" Sudah apa," tanya Saski penasaran.
" Sudahlah Saski, aku mau istirahat, kita bisa cari Investor lain." Ucap Zira mengalihkan pembicaraan.
" Sampai, kapan, sampai uang kita habis."
" Secepatnya." Zira memasukin kamarnya.
Dikamarnya, Zira memasukin kamar mandi mencuci wajahnya yang terlihat begitu kusam, menatap wajahnya di cermin dengan penuh amarah.
" Sial," umpatnya, menggeser kasar peralatan cuci mukanya di meja cermin.
" Kenapa? Aku harus bertemu dengan bajingan itu, dan dia sama sekali merasa tidak bersalah mengapa? di saat aku mulai merasa ingin memulai semuanya, dia malah muncul seenaknya." Ucapnya mengeluh atas keadaannya.
Addrian sampai di Apertemenya, memasukin kamarnya, membuka dasinya di depan cermin dengan kasar.
" Kurang ajar, beraninya wanita itu, bicara sesukanya, dia pikir dia siapa." Ucapnya berhasil membuka dasinya dan melemparnya keranjangnya.
Addrian melihat ranjang tersebut, berlapis seprai putih masih sama dengan warna saat Zira tidur di ranjangnya.
Addrian memang menyukai warna putih, Addrian membayangkan Zira menangis di ranjangnya, Addrian menarik selimut dan seprai melemparnya penuh amarah kesembarang tempat.
" Siallllll." Teriak Addrian melampiaskan emosinya pada seprai tempat tidurnya.
************
Setelah kejadian itu, Zira dan Saski tidak saling bertegur sapa. Zira belum mendapatkan Investor baru, keuangan mereka, benar-benar hancur. Semakin hari pembayaran semakin banyak.
📞" Baik, pak, saya mohon kasih saya waktu. Terimah kasih pak" Ucap Saski menutup telpon. Zira yang keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi ingin kuliah melihat Saski gelisah.
" Siapa Sas." Tanyak Zira
" Telpon dari Bank, tagihan Rumah kita." Jelas Saski singkat dan pergi meninggalkan Zira.
Di sisi lain di kantor Addrian. Addrian, menyerakkan semua berkas-berkas yang berada di atas mejanya dia benar-benar steress, setelah selesai rapat, mendengar ocehan para pemegang saham.
" Sialan." Addrian meluapkan emosinya dengan memukulkan meja dengan kedua tangannya.
Tok tok tok tok
" Masuk."
" Permisi pak." sapa Rima yang ragu untuk masuk.
" Ada apa lagi," tanyak Addrian
"Maaf, pak pemegang saham, berencana menarik saham mereka, jika Bapak tidak mengubah keputusan Bapak, mereka sangat menginginkan, perusahan kita, menjadi Investor untuk pembukaan perancangan wisata, Bu Zira.
Karena menurut mereka, perancangan yang dibuat Bu Zira dan Bu Saski sangat menarik dan menguntungkan Perusahaan pak." Jelas Rima terbata-bata
" Saya, tidak pernah, membatalkan kontrak dengan wanita itu, tapi wanita itu yang. Seenaknya pergi, tidak punya etika, dalam bekerja. Dasar, beraninya dia membuat kekacauan di Perusahaanku.
" Saya, juga berusaha pak, menghubungi mereka, tetapi mereka menolaknya pak."
" Hahhhhhh. kamu membuat Perusahan ku memohon kepadamu. Kita liat saja, aku tidak akan mengampunimu aku akan membuatmu mengemis meminta bekerja sama dengan Perusahaan ku." Batin Addrian tersenyum licik dengan penuh emosi.
" Permisi pak." Ucap Tomy, masuk tiba-tiba
" Kamu gak bisa ketuk pintu sebelum masuk, apa tanganmu sudah tidak berfungsi." Addrian tambah dibuat kesal karena ulah Tomy.
" Maaf pak,"
" Saya ingin bicara dengan Tomy, kamu keluar..!!" Pintah Addrian pada Rima.
" Baik pak, saya permisi dulu." Ucap Rima meninggalkan ruangan Addrian.
"Ada apa,"
" Ni pak," Tomy menunjukkan beberapa foto kepada Addrian terlihat, Puttri berfoto mesra dengan Roni dan juga ada Foto Zira bersama Roni.
" Menurut informasi yang saya dapatkan, nona Puttri begitu dekat dengan, Roni
" Terus apa hubungan Zira, dengan mereka." Tanya Addrian penasaran mengingat Zira tinggal serumah dengan Roni.
" Mereka terlibat cinta segi 3, pak." Ucap Tomy membuat Addrian menatapnya.
" Hmmm, menjijikkan, seperti tidak ada laki-laki lain, sehingga harus merebutkan lak-laki seperti ini." Ucap Addrian kesal.
" Saya juga sudah menanyakan hal ini kepada non Kayla, dan non Kayla mengatakan. Kalau nona Zira sangat mencintai Roni, dan Nona Zira menjebak nona Puttri, keperangkap Roni."
"Semuanya atas perintah Roni, Roni dan nona Zira melakukan kerja sama, untuk menjebak nona Puttri kedalam perangkap Roni. Nona Zira bersedia melakukan karena mencintai Roni."
" Jika Wanita itu Mencintai Roni, kenapa dia tidak menyerahkan tubuhnya untuk laki-laki ini, kenapa? harus menjebak sahabatnya sendiri." Tanya Addrian.
" Menurut informasi yang saya dapatkan, Roni hanya menginginkan non Puttri, bukan nona Zira, karena nona Zira sering tidur bersama banyak laki-laki, membuat Roni tidak menginginkannya lagi." Jelas Tomy.
" Cukup, tau dari mana kamu, Zira tidur dengan banyak laki-laki."
" Informasi yang saya dapatkan benar apa adanya pa, kalau nona Zira perempuan malam yang sering tidur dengan berbagai pria sana-sini dan baginya itu hal biasa.
" Cukup." Bentak Addrian, tidak terima atas perkataan Tomy, karena dia tau Zira bahkan tidak pernah disentuh laki-laki manapun, karena dialah orang pertama yang menyentuh Zira.
" Jangan, bicara lagi, carilah informasi yang benar, bukan berdasarkan sumber siapapun. Mengerti." Tegas Addrian merasa kesal.
" Maaf, pak, tetapi memang benar, jika Roni yang sudah memaksa nona Puttri untuk berhubungan intim pak, dan atas kerjasama dengan nona Zira." Jelasnya lagi, melanjutkan laporannya.
" Cih, dia bersikap seakan -akan tersakiti, tetapi tidak sadar, perbuatanya sungguh sangat hina, hanya karena pria ini, dia menjual sahabatnya sendiri." Batin Addrian
"Cari Roni, bawa dia kehadapan ku, aku akan beri dia pelajaran." Perintah Addrian
" Baik pak.''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Rossa Simangusong
hoalahh,baru kali ini ada asisten noveltoon yang longor wkwk.. dibayar mahal mahal kok ngasih info ngga akurat. opo Iki 🤣🤣
2025-03-14
0
Endang Priya
asistentnya bego. cari info itu nguntit dan harus dgr sendiri. bkn berpatok nara sumber.
2022-02-22
0
Kenzi Kenzi
kay,bener2 hebatttttt
2021-12-23
0