Pria tersebut tampak tidak asing baginya yang pernah dilihatnya di Club malam bersama Zira, Addrian yang sudah berada di depan kamar Apertemenya memilih tidak jadi masuk dan bersembunyi dibalik tembok, melihat Zira bersama pria tersebut.
" Makasih ya Zira sudah, membatu kakak melihat kondisi Sari." Ucap Danu menghelus bahu Zira ramah.
" Sama -sama ka, Zira, tadi khawatir waktu ka Sari, kabari Zira, untung saja kakak juga sudah datang."
Addrian tidak dapat mendengar pembicaraan Zira dan Danu. yang Addrian lihat mereka saling tersenyum, jelas pemandangan yang dilihat Addrian, membuatnya semakin muak, merasa jijik dengan sikap dan tingkah Zira yang memuakkan.
" shhhhh..........Ahhhh" Zira tiba-tiba memegang kepalanya terasa pusing yang berat dirasakannya bahkan tubuhnya hampir saja jatuh tetapi Danu yang sadar akan perubahan Zira langsung bertindak.
" Zira, kamu kenapa,?" Tanya panik Danu mencoba menahan tubuh Zira supaya tidak jatuh.
" Gak apa-apa kok, ka Zira cuman pusing aja, mungkin tadi karena kenak hujan deras, jadi Zira agak pusing.
Addrian yang melihatnya menyulut emosinya, menggepal ke2 tangannya, dia tidak jelas melihat Zira karena Danu menutup tubuh Zira, sehingga punggungnya Danu yang terlihat. Addrian yang melihat dari kejauhan seperti melihat Danu memeluk Zira.
Ya pasti yang dipikiran Addrian Danu dan zira sudah berbuat yang tidak baik, apa lagi berada di sebuah Apertement
" Kamu yakin gak apa-apa, biar kakak antar pulang ya," tawar Danu merasa khawatir
dengan keadaan Zira.
" Gak usah ka, Zira bawak mobil kok, Zira bisa nyetir sendiri kok ka, Zira hanya sedikit pusing." Tolak Zira merasa tidak enak.
" Kamu yakin." Tanya Danu lagi ragu, Zira hanya mengangguk senyum. menggambarkan bahwa dia bisa.
" Iya, ka lagi pula kak Sari gak ada temennya di dalam."
" Kamu yakin." Tanyanya lagi.
" Ia ka, yaudah, Zira pergi ya ka,"
" Kamu hati-hati ya." ucap Danu sebelum Zira pergi. Dan Danu pun kembali masuk ke kamar Apertemenya sementara Zira yang dengan pakaian minimnya masih memegang kepalanya berjalan sedikit sempoyongan dia berjalan sangat lemas, merasa badannya tidak enak, sesekali dia memegang ding-ding untuk bahanya berjalan.
Zira ingin cepat pulang karena tidak tahan dengan sakit kepalanya dan tubuhnya yang semakin lemas.
Addrian melihat Zira berjalan sendirian, dengan pakaian piyama di atas lutut yang menunjukkan lekuk tubuhnya, dan mungkin siapapun yang melihatnya akan tergoda melihat tubuh Zira, bukanya Zira sengaja memakai pakaian seperti itu, dia hanya terburu-buru sehingga tidak bisa mengganti pakaianya atau hanya sekedar memakai blezer.
" Kesabaranku sudah habis, wanita ini semakin lama semakin tidak tau diri. aku ingin tau seperti apa kamu, sehingga sangat suka menjajal tubuhmu dengan banyak lelaki." Batin Addrian penuh emosi mungkin iblis telah merasukinya,
Saat zira akan melewati Addrian yang bersembunyi di balik tembok Addrian menarik tangan Zira, sontak Zira kaget, Addrian menarik Zira masuk kedalam Apertemenya dan menjatuhkan Zira kesofa panjang ruang tamu Addrian.
Brukkkk,
Tubuh Zira terhempas kesofa, pandangan tidak begitu jelas melihat sosok pria yang berdiri dihadapanya.
" Siapa, kamu," tanya Zira, matanya berkeliling melihat tempat keberadaanya. kaget kenapa? pria yang dihadapanya menariknya dan berbuat seenaknya.
" Hmmmm.... sekarang aku bisa melihat wajahmu dengan jelas, oh jadi seperti ini,...ya lumayanlah untuk jadi pemuas malam ini," ucap Addrian menyoroti tubuh Zira dari ujung kakinya sampai kepalanya. Zira yang melihat Addrian memperhatikan tubuhnya, merasa aneh dengan pria yang ada dihadapanya.
Zira menutup dadanya dengan ke2 tanganganya menurunkan bajunya yang tertarik sehingga pahanya yang mulus terekspos, ya jelas Addrian harus mengakui begitu menariknya tubuh Zira.
Zira masih bingung, dengan apa yg terjadi kenapa dia dibawak kedalam ke Apertemen itu dan siapa laki-laki yang seenaknya menilai dirinya.
" Apa maksud kamu, siapa kamu." Tanya Zira berdiri.
"Aku tidak tau bagaimana mungkin pria-pria itu bisa bertahan dengan wanita yang suka mempromosikan tubuhnya dengan banyak orang lain bahkan terang-terangan menjajal tubuhnya." Ucap Addrian sembarangan menghina Zira, Zira tidak terima dengan perkataan Addrian yang meremehkannya, Zira mencoba menampar Addrian, tetapi Addrian menangkap tangannya Zira.
" Jangan, berani-berani nya kamu, mengangkat tangan kotormu kewajah ku, perempuan seperti mu tidak pantas menyentuh wajahku." Ucap Addrian mencengkram kuat pergelangan tangan Zira sampai Zira merasa kesakitan dan berusaha melepaskanya.
" Kurang, ajar, kamu pikir kamu siapa, senaknya bicara, aku tidak kenal siapa kamu jadi jangan sembarangan bicara, menilai dengan sesuka mu, lepasin aku, lepasin." Bentak Zira berusaha keras melepaskan tangannya dari cengkraman Addrian.
" Tidak akan, melepaskan mu itu sama saja melepaskan ikan yang sudah terpancing." Ucap Addrian membelai lembut wajah Zira, Zira sudah mulai merasa ada yang tidak beres dengan pria dihadapanya, Zira begitu ketakutan, melihat Addrian seperti singa kelaparan, Zira menepis tangan Addrian dari wajahnya, dan mendorang tubuh Addrian, berusaha untuk meloloskan diri. Tetapi Addrian menangkapnya Tangan Zira kembali.
" kamu tidak akan bisa keluar dari tempat ini." Ucap Addrian yakin.
" Lepasin aku, lepasin tolong, tolong ,tolong." Teriak Zira berusaha mencari pertolongan
" Hhhhhhh," Addrian membuang napasnya kesamping.
" Kamu, pikir ini pasar berteriak terus orang akan datang, tidak akan ada yang mendengarkan suara berisik mu itu." Ejek Addrian merasa menang.
" Apa, mau mu, lepasin aku, siapa kamu?" Zira membuka matanya lebar-lebar.
" Kamu, tau apa yang aku inginkan, sini kamu." Addrian menarik tangan Zira dan
menyeretnya menuju kamarnya, di lantai 2 Zira ketakutan, dan berusaha melepaskan tangannya dari Addrian. Addrian terus menarik Zira sambil menaiki anak tangga. Zira yang merasa tubuhnya ditarik hanya mengikuti langkah kaki Addrian yang bejalan dengan cepat.
Addrian berhasil membawa Zira kekamarnaya, Addrian menghempaskan tubuh Zira keranjang yang ber size besar.
Bukkkk
Tubuh mungil itu sudah berada di atas ranjang tesebut. Kepalanya berputar melihat disekelilingnya kamar mewah dengan nuansa klasik Eropa tersebut, cukup mencuci mata bagi yang melihatnya. Seperti istana pemilik seorang Raja dengan ranjang ber size besar dilapisi seprai warna putih, kemewahan kamar Addrian bagai istana Raja.
Tapi bukan itu yang ada di pikirkan Zira, seketika beberapa detik mengintai di sekelilingnya Zira melihat Addrian menutup pintu kamarnya. Dan berjalan perlahan - lahan kearahnya.
" Mau apa kamu, jangan macam -macam kamu, jangan mendekat," Zira panik ketakutan ketika Addrian melangkahkan perlahan-lahan mendekati Zira, dengan tersenyum sinis, sambil satu Tangan Addrian membuka jasnya, dan melemparnya kesembarang tempat. melonggarkan dasinya Samapi terbuka kembali dan melemparnya.
Addrian semakin mendekati Zira yang terduduk di atas ranjang membuat Zira mundur sedikit demi sedikit kebelakang. Zira panik, tubuhnya bergetar matanya mulai berkaca- kaca, Zira sudah berada di atas ujung tempat tidur.
Addrian menaiki kasur lututnya menyentuh tempat tidur mendekati Zira sambil membuka satu persatu kancing kemejanya. Zira yang melihat Addrian semakin dekat berusaha pergi dari Addrian yang sudah seperti kesetannan.
" Minggir kamu." Zira mendorong dada Addrian dengan ke2 tangannya dan berusaha ingin kabur, tetapi Addrian kembali menariknya.
" Apa yang ingin kamu lakukan, lepasin aku." Ucap Zira berada di dekapan Addrian dengan mulai mengeluarkan air mata, tubuhnya semakin bergetar saat Addrian mencengkram ke 2 bahu Zira.
" Aku, ingin tau , bagaimna laki-laki di luaran sana bisa tergila -gila dengan wanita sepertimu, aku ingin melihat bagaimna kamu memberi service kepada mereka sehingga mereka tidak bosan akan tubuhmu." Bisik Addrian di telinga Zira membuat bulu kuduk Zira merinding
" Apa maksud kamu," tanya Zira nada suara serak,
" Ada apa, dengan kamu, kenapa harus mengeluarkan air mata buaya, bukannya tadi kamu habis bersenang-senang dengan pria tua itu, Apa kamu masih lelah setelah bermain-main denganya. Ayolah aku jauh lebih tampan dari nya, aku masih muda dari pada dia, kamu bisa menilai, setelah bermain bersamaku."
"Jadi kamu jangan jual mahal, aku ingin tau bagaimna cara kamu memberi kepuasan kepada laki-laki di luaran sana, bagaimana cara kamu merayu mereka, sehingga mereka begitu ketagihan denganmu." Addrian mendekatkan wajahnya kepada Zira, sehingga Zira bisa Merasakan hembusan napas Addrian. Addrian mulai menyentuh wajah Zira yang sudah penuh air mata.Tetapi Zira, menepis tangannya langsung, Zira merapatkan giginya mendengar ucapan pria yang ada di hadapanya.
"Tutup mulut mu brengsek, jangan kurang ajar kamu, kamu salah orang." Umpat Zira
" Dasar munafik, bukankah hal seperti ini adalah hobimu, apa jangan -jangan ini salah satu trikmu, dengan jual mahal agar aku semakin penasaran, baiklah jika biasanya kamu selalu memberi kepuasan untuk banyak laki-laki maka hari aku yang akan memberimu kepuasan." Addrian menyunggingkan senyumnya seakan merasa menang dan mulai melampauin batasannya, tangannya mulai meraba paha Zira yang terexpos, Zira yang sadar akan sentuhan kurang ajar Addrian menepiskan kembali tangan Addrian, Addrian semakin tersenyum semakin puas melihat wanita yang terus menolaknya.
Plakkk
Tamparan melayang di pipi Addrian, Addrian memegang pipinya, lumayan sakit mengulum lidahnya di area pipi yang ditampar panas tangan Zira.Tadi mungkin dia berhasil menahan tangan Zira saat ingin menamparnya. Tetapi Zira justru lolos menampar Addrian dengan semua penghinaan yang diberikan Addrian terhadapnya seakan pria itu mengenalnya, Addrian yang menerima tamparan itu mulai emosi melihat Zira yang berusaha menolaknya.
" Beraninya, kamu." Addrian mendekatkan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Zira, mencengkram pipi gadis itu dengan guyuran air mata di pipi Zira. Addrian ingin mencium Zira, tetapi Zira menolaknya dan membuang wajahnya kekirinya, Addrian mengendus melihat wanita dihadapanya semakin merasa sangat tertantang.
Addrian, tersenyum jahat melihat Zira dia mencoba mencium leher jenjang Zira, dengan Zira mengalihkan wajahnya kekirinya jelas memberi peluang untuk Addrian menikmati leher jenjang Zira. Zira berusaha menolaknya dengan memukul-mukul dada Addrian dengan kedua tanganganya
" Lepasin aku, aku,mohon, lepasin aku," Isak tangis Zira, Zira memohon kepada Addrian dengan menyatukan ke2 tanganya. Addrian menghentikan aksinya menatapi wajah Zira yang ingin dikasihani. Tetapi tangan Addrian menghelus tangan Zira sampai kepundaknya.
" kenapa terus menolak." Addrian tidak peduli dengan permohonan dan tangisan Zira Addrian kembali berusaha ingin menyentuh Zira, Addrian benar- benar kehilangan akal sehatnya, seakan banyak iblis disekelilingnya mendukung niat jahatnya.
Zira terus memukul -mukul dada Addrian memberontak dengan sisa tenaga yang dimilikinya, berharap Addrian mau melepaskanya, yang sudah semakin liar, tetapi Addrian terus memaksa Zira mencari cela agar bisa menyentuh gadis itu.Tanpa memperdulikannya sedikitpun.
"Aku,mohon hentikan, lepasin aku, aku mohon lepasin aku, aku mohon." Zira berusaha terus, tapi Addrian tidak peduli bahwa ada manusia dihadapannya, dia terus berusaha untuk mencumbui Zira, karena tangan Zira yang terus menghalanginya, Addrian mencengkram kedua tangan Zira, sehingga gadis itu sudah terlentang, dan Addrian sangat mudah melakukan hasratnya bejatnya.
" Tidak ........" Teriakan Zira tidak mendapatkan hasil. Addrian benar-benar tidak peduli atas apa yang ada dipikirannya, baginya wanita yang dibawahnya adalah wanita murahan, seorang pemuas. Zira pasrah dengan keadaanya, dia sudah tidak mempunyai tenaga lagi, Addrian terus-terusan menikmati tubuh Zira dengan penuh hasrat yang diselimuti iblis. Zira hanya bisa menangis melihat laki-laki diatasnya terus mencumbuinya.
Kedua tangan Zira yang dicengkeram Addrian sudah lemas tanpa ada pemberontakan lagi ingin dilepas. Mata gadis itu terpejam seperti tidak ingin melihat laki-laki yang di atas tubuhnya menikmati tubuhnya.
Addrian melakukan aksi bejatnya kepada Zira, tanpa persetujuan Zira dan tanpa ada perasaan apapun. Hanya ada kebenciannya amarah dendam dibantu dengan iblis di mana-mana.
Suasana kamar berubah menjadi berantakan pakaian berserakan di lantai, pakaian Zira maupun Addrian. Jam menunjukkan pukul 4 pagi, Entah nasib apa yg menimpa Zira sehingga dia terjebak.
Zira pun terbangun, memijat pelipisnya dia mencoba untuk menahan rasa sakit di area sensitifnya, bahkan sakit di hatinya, Rambutnya berantakan, tubuhnya hanya ditutupi selimut yang berwarna putih, sementara pakaiannya sudah entah di mana.
Air matanya berlinang melihat kekacauan dirinya, Zira menutup mulutnya dengan ke2 tanganya menangis menahan suara, Zira takut jika Addrian akan bangun yang lelap tertidur di sampingnya dengan tubuh separuh ditutupi selimut, sehingga memperlihatkan bidang dadanya.
Zira takut jika Pria disampingnya bangun akan melakukan hal itu lagi. Memperlakukan Zira seperti binatang tanpa ampunan.
Zira secara pelan-pelan turun dari tempat tidur menggunakan selimut, dengan masih terasa sakit di area sensitifnya
Zira mengutipi pakaiannya yang berserakan di lantai, dengan buru-buru Zira berlari kekamar mandi, dan mengganti pakaianya.
Saat keluar dari kamar mandi, Zira melihat Addrian masih tertidur, dengan tubuh dada telanjang dan separuh ditutupi selimut berwarna putih. Tanpa menunggu lama Zira mengambil kesempatan segera pergi keluar, sebelum kejadian yang menimpanya akan terjadi lagi.
Zira keluar dari Apertemen Addrian dengan begitu berantakan rambutnya yang sudah tidak rapi lagi.
" Zira, itu kan zira," ucap Roni yang melihat Zira terburu-buru keluar dari salah satu kamar Apertemen. Sesaat Roni bingung dan bertanya-tanya kenapa Zira berada di tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Alis Kamelia
kasihann banget zira
2021-12-28
1
devi
roni biang keroknya
2021-12-20
2
Cahyaning Fitri
Kasian banget nasib Zira😭😭
2021-12-20
1