Malam hari kembali, cuaca malam begitu buruk, petir saling bersautan dengan keras, angin kencang membuat dedaunan menari-nari, disertai dengan derasnya hujan. Zira yang berbaring di ranjangnya, dengan tubuh bergetar berteriak- teriak, Zira mengalami mimpi buruk, tubuhnya berkeringat dingin hampir membasahi seluruh tubuhnya.
" Jangan, pergi, pergi, jangan, ma, tolong Zira ampuni Zira ma, Ampuni Zira ma, tolong ma, tolong ma, ka, tolongin Zira, Tolongin ka. mohon lepasin aku, aku mohon lepasin aku aku mohon." Zira memegang kuat seprai, dia terus menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan.
" Tolong, hentikan, Aku mohon, jangan, jangan, jangan...." Dalam mimpinya terbayang masa kecilnya, yang disiksa masih berusia 10 tahun, Zira bermimpi bayangan seorang wanita yang menyirami tubuhnya dengan air yang membuatnya ketakutan, dan menyiksanya tanpa ampun.
" Jangannnnnn." Teriaknya dan terbagun dengan napas tersenggal-senggal tubuhnya seketika Panas, dan melemas dan air matanya keluar, Zira pun seketika memuntahkan darah dan berlari kekamar, mandi, Zira berkali-kali memuntahkan darah, akibat mimpi buruknya yang menyeramkan.
Zira, membasuh wajahnya di kamar mandi, dan membersihkan mulutnya, yang masih tersisa darah.
" Zira terduduk lemas di lantai kamar mandi, memegang dadanya yang terasa sesak.
" Mimpi itu, datang lagi, bagaimana ini." tanyanya dengan tubuh lemas.
Bukan pertama kali Zira mimpi mengerikan seperti itu, dan setiap Zira mimpi seperti itu dia pasti terbangun dengan memuntahkan banyak darah.
**********
Pagi hari kembali Mira, Lulu, Diki Saski Zira dan Roni sarapan bersama di meja makan.
" Ayo sayang, dimakan yang banyak." Ucap Mira menyendokan nasi kepada anak perempuannya.
" Pelan-pelan, mama." Ucap polos Lulu merasa kenyang.
" Oh iya, Saski, Zira, nanti yang antar, Lulu Dan Diky kesekolah, biar Roni aja ya." Ucap Mira.
" Roni, naik apa ka," tanya Saski.
" Naik, motor, Roni sudah menebus motor kemarin yang sempat digadaikannya." Jelas Mira.
" Oh iya, lo bisa juga bertanggung jawab, gue kaget lo, gitu dong jadi cowok itu berguna dikit, jangan nyusahin mulu, lagi pula ni, ya, Lo itu mending cari kerja yang bener jangan ngarepin orang mulu, belajar mandiri dong ingat lo bukan orang kaya lagi." Ucap Saski seakan meremehkan membuat Roni jengkel.
" Maksud lo apaan." Roni menghentikan sarapannya.
" Emang, benar kan gue bilang."
" Elo ya."
" kenapa."
" Sas, dah deh ini, masih pagi." Ucap Zira mencegah keributan antara Roni dan Saski.
" Hmmm...Sudah Roni, Saski, jangan ribut ayo lanjutin sarapannya." Mira berusaha mencegah keributan.
" Eggkh, egkh, ehgk," Zira, tiba- tiba mual, menutup mulutnya seakan ingin memuntahkan isi perutnya.
" Zira, lo kenapa?. Tanya Saski panik.
" Nggak apa-apa, gue cuman ngerasa pusing, gue ketoilet dulu ya." Ucap Zira kembali mual dan berlari kekamar mandi.
Eek ehgk eggkh.... Zira terus muntah, dan merasa mual.
" Ni, pasti gara-gara mimpi tadi malam, tapi kok bukan darah ya, yang keluar." Ucapnya cemas
" Zira, are you ok." Teriak Saski dari meja makan yg mendengar Zira Terus muntah
" Iya, gue gak, apa-apa ko." Jawab Zira dari kamar mandi.
********
" Oh, iya saya pengen nanti di sana, ada seperti bangunan piramida, terus bagian sana ada kolamnya." Ucap Saski berbincang-bincang dengan mandor di lokasi proyek mereka.
" Ok, mbak, siap, mbak tenang aja serahin semua kesaya." Jawab mandor
" Oh, iya kira-kira lama nggak ya, target berapa bulan ya, saya sudah tidak sabar tanah kosong ini menjadi sesuatu, menjadi tempat yang paling indah." Ucap Saski merasa tidak sabar.
" Mbak, tenang aja serahin semua kesaya, semoga semuanya cepat selesai dan sesuai harapan kita."
" Saski." Sapa Zira yang tiba-tiba datang.
" Eh, Zira,"
" Kalau gitu saya kembali bekerja, mari mbak." Ucap mandor tersebut dan pergi.
"Ok, thank you." Jawab Saski singkat.
" Zira lo, pucat amat, lo sakit." Tanya Saski melihat wajah Zira yang pucat sambil memegang dahinya.
" Gue gak apa-apa kok, cuman kurang istirahat aja." Jawab Zira suaranya serak
" Ya, udah mending lo sekarang pulang aja, biar gue yang ngatur urusan di sini. Lo tenang aja gue yang akan urus." Ucap Saski senyum
" Gue, cuma gak, enak badan aja, paling bentar lagi juga sembuh, gue istirahat di mobil aja."
" Ya udah, terserah lo deh, sekarang sana, istirahat, biar tubuh lo agak enakan."
Zirapun menuju mobilnya, karena kondisinya merasa tidak enak, saat berjalan Zira yang tidak fokus berjalan sambil terus memijat pelepis matanya. menabrak Tomy.
Auhhhhhhh
" Maaf Bu Zira, saya tidak sengaja." Ucap Tomy, dan jongkok membereskan beberapa berkas yang di bawanya berjatuhan ketanah.
" Saya, yang salah, tadi saya gak liat." Zira dengan merasa tidak enak membantu Tomy membereskan berkas- berkas yang berjatuhan dan berserakan tersebut.
" Sudah, Bu biar saya saja." Zira tidak mendengarkannya dan terus membantu Tomy membereskan berkas yang berjatuhan karena merasa itu adalah kesalahannya.
Saat Zira ikut membantu membereskan berkas-berkas tersebut. Zira melihat selembar foto, orang yang difoto tersebut sangat dikenalnya meski kepalanya masih terasa pusing tapi jelas dilihatnya, foto Zira orang yang dikenalnya.
" Puttri." batin Zira, Tomy yang menyadari bahwa Zira melihat, foto itu langsung mengambil nya, dan menyelipkanya di dalam lembaran kertas yang lainya.
" Sekali lagi maaf, Bu, saya permisi Bu." Tomy yang mulai panik, buru-buru berdiri dan pergi meninggalkan Zira yang masih bingung, takut Zira akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan.
Zira berdiri, matanya masih melihat Tomy yang berjalan begitu cepat, sampai punggung Tomy sudah tidak terlihat lagi
" Itukan, foto Puttri, kenapa foto Puttri ada sama Tommy, jelas itu foto Puttri." Tanyanya dengan kebingungan, Zira membalikkan tubuhnya kembali ingin menuju mobilnya. Saat ingin menuju mobilnya Zira melihat Addrian yang berjalan mengarahnya.
" Yaampun ni, orang lagi, males banget, kenapa sih mesti ketemu lagi memang dia gak bisa gak usah datang kesini." Ocehnya sambil terus berjalan, saat berpapasan dengan Addrian Zira Menghiraukan Addrian, seakan tidak melihatnya, Addrian yang melihat Zira langsung menarik tangan Zira.
" Ikut Aku."
" Addrian, lepasin, apaan sih, lepasin." Zira yang mengikuti langkah Addrian berusaha melepaskan tanganya. Addrian berjalan begitu cepat, sehingga Zira sangat susah mengimbangi langkah Zira.
Addrian membawa Zira kesebuah ruangan yang tempat peristirahatan orang kantor yang ikut ambil alih atas proyek Zira, karena masih dalam suasana kerja, ruangan tersebut sepi tanpa ada orang satupun.
" Lepasin, sakit tau." Ucap, Zira menahan sakit di tangannya, Addrian mendorong tubuh Zira ketembok dan mencengkram tangan Zira kebelakang tubuh Zira, hingga Zira harus menahan saki.
" Apa sebenarnya yang kamu inginkan. Lepasin aku bajingan." Berontak Zira dengan kekesalannya.
" Apa tujuan kamu sebenarnya." Tanya Addrian.
" Maksud kamu apa, seharusnya aku yang tanyak."
" Jawab, dan jangan banyak tanyak." Bentak Addrian.
" He, nggak usah ngebentak- ngebentak, kamu pikir kamu siapa, seenaknya bicara, lepasin nggak." Zira mencoba melawan tangannya dari Addrian
"Ok, sekarang bicara." Addrian melepaskan tangan Zira. Zira memegang tangannya yang kesakitan akibat ulah Addrian.
" Kenapa juga aku harus bicara dengan orang kayak kamu. aku itu gak perlu bicara sama orang kayak kamu, kita itu gak ada urusan Addrian, jadi terserah kamu, berpikir apapun sesuka hati kamu. Aku gak peduli bagiku kamu itu gak penting." Oceh Zira tanpa rem.
" Bagi ku kamu cuman pembawa masalah dalam hidup ku, kamu memanfaatkan semua cara, yang aku nggak tau untuk apa kamu melakukanya, jadi aku peringatkan sama kamu, bersikaplah profesional, jangan bertingkah semaunya kamu." Tegas Zira
" Berani sekali kamu, menggurui ku."
" Aku, tidak menggurui mu, aku hanya mengingatkan mu, agar kamu Addrian Atmadja Wijaya, bisa memposisikan dirimu sebagai CEO Perusahaan Adverb atau sebagai laki-laki yang tidak punya moral." Ucapan Zira membuat Addrian terdiam.
Addrian menatap Zira dengan tatapan tajam tapi penuh arti, Zira meminggirkan tubuh Addrian dari dari hadapannya, dengan menggeser dada Addrian dengan ke2 tanganya.
" Minggir." Addrian minggir dari hadapan, Zira. Zira, pun pergi dari hadapan Addrian yang masih terdiam.
" Berani sekali dia, semakin hari semakin berani bicara." Tukas Addrian.
***********
Malam hari, Zira dan Saski berada di ruang tamu asik menonton televisi. Saski begitu serius menonton Televisi, sementara Zira gelisa memukul-mukulkan pulpen kepalanya. Pikirannya masih pada foto Puttri yang dilihatnya, jelas semua itu mengganggunya dan membuatnya semakin penasaran
" Kenapa? Tomy bisa punya foto Puttri, jelas banget itu foto Puttri, jangan-jangan benar lagi, Puttri, yang Addrian maksud sama dengan Puttri yang aku kenal, tapi apa hubungan Addrian dengan Puttri, selama ini Puttri gak pernah cerita punya hubungan tertertentu dengan Addrian. Ini pasti ada yang gak beres." Batin Zira tanpa mendapatkan jawaban.
" Kenapa, Zir." Tegur Saski melirik Zira yang tampak kebingungan.
" Nggak, cuman agak ngerasa sedikit lelah aja." Jawab Zira
" Masih pusing."
" Udah nggak, ko, Sas.
" syukurlah."
" Apa, gue bilang Saski aja ya, kalau Tomy punya foto Puttri, tapi, ntar Saski banyak pertanyaan lagi, ahhhh, gak usahlah." Zira bimbang dengan semua pemikirannya.
" Kak, Mira liat kunci motor nggak." Teriak Roni keluar dari kamarnya memakai jam tangannya, yang berada disamping TV, sambil mencari-cari kunci motornya.
" Nggak." Jawab Mira kencang tanpa memperlihatkan wajahnya.
" Lo, liat nggak Sas?." Tanyak Roni pada Saski yang asik menonton.
" Ihdihhh, ngapain juga, gue ngurusin kunci motor lo, yang punya siapa." Jawab Saski jutek.
" Atau, gue harus tanyak Roni, masalah ini, kayaknya Roni tau sesuatu deh, kayaknya dia banyak tau." Batin Zira mengingat Roni ada di dalam masalah ini.
" Biasa, aja, kalau ditanyak, nggak usah nyolot."
" Eh, elu tu, yang nyolot, gangguin orang aja minggir lo dari depan TV, emangnya elu tu yang mau ditontoni, sana lo." Ucap Saski yang melihat Roni mondar-mandir di depan TV, jelas sangat menggangunya dan membuatnya kesal
" Terserah gue lah, apa urusannya sama Lo."
" Eh, elu ya."
" Sas, dah deh." Zira menahan Saski yang berdiri yang mulai terpancing emosi oleh Roni.
" Dia, duluan yang nyari gara-gara."
" Makan tuh, Tv" Ucap, Roni dan pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Netizen Kalem.....!!!!
Ceo & asisten nya sama2 b*d*h ya😬😬😬😬
2021-12-24
0
Nggere Aldy
zira terlalu bodoh tdk mencari tau.
2021-12-23
0
Kenzi Kenzi
zira hamil...bgmn reaksi abang
2021-12-23
1