Makan malam di meja makan Rumah Zira tampak hening, ya kali ini mereka makan sangat lengkap. Ada Hartati ibunya Saski, yang bergantian menyulangi Diky dan lulu. Yang berada di kanan dan kirinya. banyak lauk yang tersedia dimeja makan mengunggah selera makan mereka.
Hartati dan Mira memang ahli dalam memasak, membuat Zira dan Saski sangat betah makan di rumah, begitu juga dengan Roni meski selalu bikin ulah, tetapi dia tidak pernah melewatkan masakan kakaknya itu, yang mengingatnya pada masakan ALM ibunya.
Zira, duduk berhadapan dengan Saski memakan makanannya dengan sendok dan garpu, Zira dan Saski tampak tidak bicara seperti orang musuhan, saling diam.
Tidak seperti biasanya mereka selalu ribut saat makan malam. Sementara Roni asik makan dengan lahap mengangkat kakinya satu keatas kursi.
Mira yang tidak ikut makan bersama mereka ternyata sedang menyetrika pakaian, selesai menyetrika, Mira ingin mengantar pakaian-pakaian tersebut kekamar masing-masing.
Memang terkadang Mira selalu mengerjakan pekerjaan rumah melihat Saski dan Zira yang sibuk, Mira selalu sempatkan diri menyetrika pakaian mereka walau terkadang Saski dan Zira selalu melarangnya.
Karena Mira juga tidak memiliki pekerjaan selain membuat kue yang diantar kewarung. Sementara untuk toko florist Zira, Zira masih mampu membayar 2 karyawan bekerja di Floristnya, walau terkadang Mira juga mengambil alih pekerjaan itu.
Mira melewati meja makan dengan membawa keranjang baju yang sudah rapi disetrika.
" Saski ini pakaian kamu Kakak antar kekamar kamu ya." Saski hanya mengangguk ketika mendengar suara Mira yang menunjukkan pakaian miliknya, Saski tetap melanjutkan makannya dia tidak ingin banyak bicara.
" Oh iya, Zira, piyama Silver kamu, kayaknya rusak, Kakak juga nggak ngerti, mungkin tersangkut waktu di jemur, sampai sobek dibagian tanganya." Mira menunjukkan piyama Zira yang sobek, Zira mulai panik, dia lupa seharusnya menyimpan piyama itu. Piyama itu mengingatkannya pada kejadian yang menyeramkan itu, dan piyama itu Sobek karena tarikan Addrian.
" Oh, udah kak, gak apa-apa, biarin aja Zira yang simpan, mungkin memang tersangkut." Zira bergegas menarik kasar bajunya dari tangan Mira.
" Biar, Zira yang simpan." Ucapnya lagi cemas dan pergi meninggalkan makanannya, dia tidak ingin banyak pertanyaan mengenai baju itu, Roni yang melihat sikap Zira menyunggingkan senyum seakan tau apa yang terjadi. Sementara Saski sempat melirik tetapi tetap melanjutkan makannya dan sok tidak peduli.
**************
Hari demi hari terus berjalan Zira mencoba bertanggung jawab atas Investor yang ditolaknya, dengan mencari Investor kesana kemari, tetapi hasilnya nihil, dia tak juga menemukanya, tagihan yang semakin banyak membuat Zira tidak tau harus berbuat apa.
Zira berjalan dengan wajah murung, dengan langkah tanpa bersemangat, membuka buku tabunganya, berkali-kali, dengan berharap angka nominalnya bertambah, tetapi, angka nominal tabungan Zira tetap saat pertama kali dibukanya.
" Hhhhhhh,,," Zira menghela napas panjang rasanya akan pasrah dengan semua yang terjadi.
" Kemana, lagi harus cari Investor, tagihan semakin menumpuk, waktu tempo yang diberikan pihak Bank tinggal 1minggu lagi, belum lagi biaya sehari-hari." Zira terus mengoceh atas keadaanya, sambil terus melihat buku tabungan yang isinya tidak seberapa.
Tiba-tiba pandangan Zira teralihkan dengan sosok pria yang di kenalnya berlari kencang, dengan napas tidak beraturan dan dibelakang pria tersebut terlihat 4 orang laki -laki dengan badan kekar mengejar Roni.
" Roni, bukanya itu Roni" Tanyanya, ragu terlihat samar karena Roni berlari terlalu kencang dan jarak yang cukup jauh.
" Siapa mereka, kenapa mereka mengikuti Roni?" Zira bingung melihat Roni yang dikejar
"Jangan-jangan Roni bikin ulah lagi, ni anak benar-benar ya gak ada kapoknya, bikin susah terus nyusahin ka Mira, terus nanti ribut sama Saski.
"Kayaknya gue harus cegah kelakuannya, supaya gak bikin ribet, nambahin masalah, tapi sejak kapan gue ikut-ikutan urusan dia." Zira terus mengomel bingung apa yang harus dilakukanya, dia merasa serba salah mengingat dia memang tidak pernah mencampuri urusan Roni."
" Ahhhhh.... bodo amat, selagi gue bisa, cegah aja, kenapa tidak." Zira mengacak rambutnya dan memutuskan untuk mengetahui apa yang terjadi, Zira memasukkan buku tabungan ketasnya dan pergi mengejar Roni.
" Sialan siapa mereka." Umpat Roni mengatur napasnya yang tidak stabil, Roni berhenti karena kelelahan.
" Mau, lari kemana Lo, " bentak keras pria yang berbadan besar dengan rambut gondrong yang muncul di depanya .
" Siapa lo.?"
" Lo, gak perlu tau siapa gue."
" anjing Lo." Roni langsung memainkan tangannya dan memukul pria dihadapanya, dan perkelahian antara ke2nya pun terjadi. Roni termasuk hebat dalam berkelahi beberapa kali dia berhasil mengelak dari serangan lawannya.
" Itu dia," tunjuk pria yang mengejar Roni, dan mereka ikut menyerang Roni dan Roni pun harus berkelahi dengan 5 pria sekali gus.
Roni tidak bisa mengatasi ke 5 orang tersebut yang memang ahli dalam berkelahi. Dan Roni mendapat pukulan cukup keras sampai-sampai dia sudah tidak bisa mengelakkan lagi. Beberapa kali pukulan dari lawannya mendarat di wajahnya juga tendangan di perutnya dan akhirnya Roni terjatuh. Dengan lebam di wajahnya.
" Siapa lo semua, beraninya main keroyokan" suara lantang Roni sudah berubah menjadi serak karena tenaganya yang sudah mulai habis. Bahkan Roni sampai tengkurap
" Bawa dia," salah satu pria tersebut memerintah seakan dialah ketuanya
Mereka pun membawa Roni dengan paksa bajunya ditarik dengan kasar dan diseret paksa seperti maling, Roni yang berjalan tidak seimbang dibawa ke 5 Pria tersebut kesebuah lapangan kosong yang gelap. Hanya ada bangunan tua yang berlantai 3 yang sudah tak layak di huni yang ada di dekat lapangan tersebut.
tiba -tiba saja langit malam yang begitu cerah membasahi bumi. Seakan ikut memberi pelajaran pada Roni. Hujan deras membasahi bumi, dan Roni pun harus menahan perih atas lukanya yang terkena dinginnya air hujan.
Sepertinya Roni mendapat kesialan yang tidak terduga, Roni pun didorong dengan kasar ditenganh lapangan berlantai aspal tersebut.
Kedua tangannya diikat di belakang, Roni berlutut dengan wajah memar belum lagi pria-pria tersebut berjaga dibelakang Roni.
Mobil BMW hitam, tiba-tiba berenti dihadapan Roni seakan-akan ingin menabrak Roni. Cahaya lampunya mengusik mata Roni, dia memejamkan matanya seakan tidak tahan dengan cahayanya yang memang mengarah ke matanya.
Pria pengemudi mobil tersebut keluar, dengan membawa payung dan membuka pintu belakang. Mempersilahkan tuanya untuk keluar, tampak samar-samar terlihat Roni saat pria yang memakai jas hitam dengan kemeja putih, keluar dari mobil tersebut. Pria tinggi berkulit putih memiliki wajah sempurna.
Pria yang belum jelas dilihat Roni itu mendekatinya, diikuti pria yang memayunginya dari belakang. Langkah demi langkah mulai mendekati Roni. Roni masih belum bisa melihat Pria yang terus mendekatinya. Luka memar di matanya membuatnya tidak bisa melihat jelas
" Cuiihhhh..."Roni meludah kesamping ketika sudah jelas melihat sosok Pria yang berdiri dihadapanya orang yang dikenalnya.
"Lo,main keroyokan, pengejut Lo. Cuiihhhh." Roni kembali membuang ludahnya.
" Pengejut Kamu bilang, kamu berbicara pada diri sendiri, Siapa, yang pengejut, kamulah yang pengejut memanfaatkan seorang wanita hanya untuk tujuan murahanmu itu." Ucap Addrian dengan nada santai menatap kebawah pria yang berlutut dihadapanya.
" Maksud Lo apaan, gue gak pernah ada urusan sama Lo lepasin gue ,bajingan." Roni mencoba berdiri dan berhasil sekarang posisinya sejajar dengan Addrian sama-sama berdiri dan Addrian pun sudah basah karena Tomy sudah tidak memayunginya lagi.
" Roni," teriak Zira ketika melihat Roni yang sudah babak belur, semua mata menoleh kearah suara yang memang cukup keras itu. Zira berlari menghampiri Roni.
" Roni, lo knapa, apa yang terjadi, kenapa lo sampai kayak gini?" Tanyanya tanpa jawaban, sambil memegang pipi Roni yang lebam. Zira melihat di sekelilingnya banyak pria gagah, yang siap menerkam Roni, Zira juga kaget melihat Addrian yang berada di belakangnya
" Apa-apaan ini, siapa kalian.? Tanya Zira dengan suara keras.
" Dia langsung datang ketika melihat pacarnya hampir mati, dasar." Cuit Addrian merasa jijik membuang napasnya kekananya.
" Apa, yang kamu lakukan sama Roni, kamu pikir kamu siapa seenaknya menghajar orang." Tanya Zira memutarkan tubuhnya dan menghadap Addrian Zira menatap tajam Addrian.
" Itu pelajaran, buat orang yang berani mengganggu keluarga Wijaya." Jawab Addrian santai
" Maksud kamu apa, siapa yang menggangu, jangan asal bicara.
"Mendingan kamu gak usah ikut campur, tenang saja kamu juga akan dapat giliran." Addrian kembali menatap Zira.
" Bacot lo. Lepasin, gue, gue gak pernah ganggu keluarga lo." Bentak Roni dengan suara serak
" Kenapa Roni bisa berurusan dengan keluarga Addrian." Batin Zira kebingungan.
" Apa kamu bilang tidak ada urusan. Orang tidak berguna seperti kamu, merusak kehidupan orang yang tidak bersalah, dan sekarang berpura-pura bodoh."
" Gak usah berbelit-belit, tutup point bangsat maksud lo apaan."
" Lo, udah ngancurin kehidupannya Puttri." Bentak Addrian dengan suara menggelegar
" shitt .. gue gak ada urusan sama dia. Jadi lo lepasin gue." Bantah Roni membuat Addrian naik darah
" Brengsek," Addrian geram melihat kesantaiannya Roni seperti tanpa bersalah, Addrian mendekati Roni menarik kasar kerah baju Roni, dengan penuh emosi.
" Setelah apa yang lo lakuin sama Puttri, dan lo bilang gak ada urusan, lo sakit ya, lo udah perkosa Puttri, ngancurin hidup dia, dan lo senaknya bilang gak ada urusan." Addrian melototkan matanya pada Roni seakan ingin menerkam Roni.
" Perkosa, lo bilang, gue perkosa dia,,, cuiihhhh, dia nyerahin tubuhnya yang tidak berguna itu saja, gue gak sudi nyentuhnya. Apalagi buang tenaga buat perkosa orang kayak dia." Roni berbicara seakan meremehkan Puttri
Ucapan rony membuat Addrian tambah emosi, sehingga 1pukulan, melayang kepipi Roni. Zira terlihat kebingungan tidak bisa mencerna perkataan dari Addrian dan Roni
" Buka, ikatannya, dan hajar dia." Perintah Addrian membuat semua anak buah Addrian , menghajar Roni. Meski Roni masih bisa melawan, karena ikatanya yang dilepas.
Zira tersadar dari lamunannya melihat semua anak buah Addrian menyerang Roni Zira berlari mencoba menghentikannya, Addrian menarik tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Eni Rohandayani
to the point maksudnya kalee
2022-01-01
0
Wiyah Wiy
CEO kok bodoh
2021-12-14
0
Alya thiw
sampai kapan salah paham ini berlangsung ..
itu si Tomy ngasih info setengah setengah Mulu .. mana dr sumber yg tak jelas ..
2021-12-10
4