" Addrian, hentikan kelakukan gila kamu."
" Aku, hanya ingin menuruti kamu Zira, berani membandingkan ku dengan orang seperti itu, lagi pula aku melakukannya supaya kamu bisa mengenalku. Addrian mencoba mencium Zira lagi, Zira menghindarkan wajahnya dengan menoleh kesamping kirinya, Addrian yang melihat Zira membuang napasnya.
" Hentikan Addrian." Ucap Zira datar.
Addrian mengamati wajah Zira, dan tanpa sadar air mata Zira jatuh.
" Apa kamu tuli, pergi kamu dari sini," ucap Zira yang berbicara tidak melihat wajah Addrian.
" Ayo, lah Zira bukanya kamu ingin merasakan kelembutan dari tanganku." Addrian memegang pipi Zira dan Addrian kembali berusaha mencium Zira lagi.
" Zira," Panggil Seseorang, Addrian yang mendengar suara itu menghentikan aksinya, Zira dan Addrian mencari suara tersebut yang berada dibelakang mereka, Addrian menoleh kebelakang dan melihat seorang gadis.
" Tasya." Ucap Zira setelah berhasil melihat wanita yang memanggilnya, Zira menghapus air matanya buru-buru, dan merapikan rambutnya, Addrian pun menggeserkan tubuhnya dari Zira yang berada tercepit di antara tembok dan dirinya.Tasya mendekati Zira dan Addrian.
" Hai, Zira, Pak Addrian." Sapa Tasya yang kebetulan sudah mengenal Addrian. Zira bingung bagaimna bisa Tasya mengenal Addrian.
" Tasya ngapain kamu di sini." Tanya Zira yang masih panik.
" Tadi aku, ketemu sama Saski dan dia bilang lo ada di sini, jadi gue kesini."
" Pak, Addrian kok bisa ada di sini." Tanya Tasya ramah.
" Kebetulan saya Investor di proyek ini." Jawab Addrian membalas senyuman Tasya.
" Kalian saling kenal." Tanya Zira melihat Tasya yang seperti akrab dan berprilaku ramah di depan Addrian.
" Iya, aku kenal Pak Addrian, kita ketemu di rumah sakit. Dikenali sama Ka Sari." Jelas singkat Tasya.
" Ohhhhhhh......" Jawab tukas Zira.
" Zira, lo apa kabar, lo baik-baik ajakan." Tanya Tasya yang selalu bisa menebak kalau Zira ada sesuatu yang salah.
" Iya, gue baik-baik aja." Jawab Zira cepat, tetapi Tasya menatapnya, tidak percaya.
" Gue baik-baik aja Tasya,." Ucap Zira lagi karena yakin Tasya tidak akan percaya kepadanya.
" Zira, kita harus ngobrol." Ajak Tasya.
" Nggak, nggak ada yang perlu diobrolin kalau gue butuh bicara ntar pasti bilang sama Lo." Zira berusaha menghindari Tasya karena Tasya adalah dokter psikiater, Tasya sering menangani pisikolog Zira, yang banyak trauma dalam masa lalu Zira.
Zira tidak akan bisa berbohong apapun kepada Tasya. jika sudah bicara dengan Tasya. Zira lebih memilih menghindar karena tidak mungkin Zira harus menceritakan kejadian yang menimpanya terhadap Addrain.
" Zira." Tegur Tasya yang merasa tidak yakin.
" Tasya, gue udah bilang, gue nggak kenapa-napa, jadi lo gak usah khawatir, ok gue mau lanjutin kerjaan dulu." Ucap Zira memilih pergi dari hadapan Tasya dan Addrian.
" Zira." Panggil Tasya.
" Kenapa sih? Zira aneh amat." Gumel Tasya di depan Addrian.
" Pak, Addrian ingin melanjutkan pekerjaan juga." Tanya Tasya Addrian hanya mengangguk mengatakan iya.
" Yaudah, maaf ya pak kalau saya ganggu." Ucap Tasya senyum lebar.
Zira berjalan dengan langkah yang buru-buru kedalam mobilnya, air matanya masih menetes di pipinya, Zira terus melapnya dengan kasar menggunakan tanganya.
" Addrian memang keterlaluan, dia pikir dia siapa, seenaknya memperlakukan ku seperti itu hiks Dia selalu merendahkanku, menghinakan seakan-akan aku begitu buruk dihadapanya, aku gak tau apa yang aku lakukan sehingga laki-laki itu sepertinya tidak ingin aku baik-baik saja, aku benar-benar membencinya." Umpatnya terus-terusan sambil menangis bahkan terisak-Isak berjalan menuju mobilnya.
Bukkk
Zira masuk kedalam mobilnya menutup kencang pintu mobilnya, memakai sabuk pengaman. Sesaat Zira ingin menginjak gas mobilnya Zira melihat Addrian dan Tasya di depan mobilnya jarak sekitar 20 meter, Zira masih kesal dengan perbuatan Addrian terhadapnya, dan sekarang pria itu malah tertawa bahagia bersama Tasya.
Entah apa yang dibicarakan Tasya dan Addrian, yang jelas pemandangan itu membuat Zira kesal. Zira menatap tajam kearah Tasya dan Addrian dan tanpa sadar Zira menginjak gas mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Tasya yang melihat mobil Zira mengarah kepada Addrian dan Tasya.
" Pak Addrian awas." Teriak Tasya yang spontan mendorong tubuh Addrian karena hampir tetabrak Zira.
Addrian terjatuh berbarengan dengan Tasya.
" Bapak, gak apa-apa," ucap Tasya panik melihat Addrian tersungkur, Tasya dan Addrian melihat mobil Zira yang melaju kencang sampai sudah tidak terlihat oleh mereka lagi.
" Zira, apa-apaan sih, gak liat apa ada orang." Ucap Tasya membantu Addrian berdiri sadar bahwa yang mengendarai mobil itu adalah Zira.
" Kurang ajar, beraninya dia." Batin Addrian marah terhadap Zira.
" Bapak, gak apa-apakan." Tanya Tasya lagi, Addrian yang masih memandangi arah jalan Zira.
" Saya, gak apa-apa kamu sendiri bagaimana?" tanya, Addrian sambil membersihkan kemejanya yang terkena tanah.
" Saya, tidak apa-apa pak." Tasya hanya tersenyum.
" Zira, lo gila ya, lo hampir bunuh Tasya tadi." Ucap Zira di dalam mobilnya merasa sadar apa yang dilakukannya hampir menghilangkan nyawa sahabatnya, kalau Addrian dia ma tidak peduli memang sebaiknya pria itu mati dari pada terus menggangunya.
**************
Perusahaan Adbver E- Group.
Pagi ini Zira dan Saski mengikuti meeting di Perusahaan Addrian, Zira dan Saki beserta yang lainya yang berurusan dengan proyek yang ditangani Zira sudah menunggu di ruang rapat, seperti biasa mereka menunggu CEO Perusahaan itu yang juga belum menunjukkan dirinya.
Zira, memakai dress peac di bawah lututnya dengan hills yang 5CM, rambutnya dibiarkan digerai, Zira terlihat begitu anggun dengan penampilannya, sementara Saski memakai kemeja putih dibalut dengan Jeans hitamnya, yang membuatnya terlihat elegan.
" Lama, banget ya Zir." Ucap Saski membuka pembicaraan, cukup gelisa menunggu CEO tersebut. Zira yang sedari tadi hanya memainkan pulpen.
" Hmmmmm...... Biasa namanya juga pimpinan." Bisik Zira
Yang ditunggu pun akhirnya datang, pintu ruangan terbuka, semua orang berdiri memberi hormat pada Addrian, yang diikuti Sketarisnya,dan Tomy. Addrian pun duduk setelah mendapat penghormatan, semua yang ada di ruangan itupun duduk. Setelah mendapat perintah dari Addrian.
" Baik, kita mulai silahkan." Ucap Addrian, dan salah satu pria yang ada di situ menunjukkan idenya, dengan presentasi, rapat yang dipenuhi beberapa pendapat dan beda argument pun selesai.
" Baiklah, Terimah kasih, rapat sampai di sini." Ucap Addrian, mengakhiri rapat, semuanya pun bergegas, mengambil beberapa peralatan mereka di meja rapat, satu persatu pun keluar dari ruangan tersebut.
Zira, dan Saski menyusun beberapa berkas yang berserakan di meja mereka menumpukknya menjadi satu.
" Nona Zira bisa bicara sebentar." Ucap Addrian saat Zira ingin meninggalkan ruangan itu, Zira menatap Saski, Saski mengkedipkan matanya mengisyaratkan iya.
" Ya udah Zira, gue tunggu di luar ya." Ucap Saski mengambil berkas di tangan Zira, dan keluar dari ruangan itu. Addrian melirik Tomy dan Rima yang berada di kanan dan kirinya mengarahkan matanya ke pintu memberi kode untuk pergi. Rima dan Tomy yang mengerti pun pergi dari ruangan itu.
Sekarang di ruangan itu hanya ada Addrian dan Zira, Zira masih duduk ditempatnya semula. Addrian mendekati Zira dan duduk di meja dihadapan Zira, Zira yang masa bodo tidak ingin melihat Addrian yang sekarang berada di depannya duduk di mejanya. Dia asik menscroll ponselnya.
" Apa, maksud kamu kemarin." Ucap Addrian memberi ingat Zira, ya pasti Zira tau dia akan dapat masalah kerena sudah berencana ingin menabrak Addrian.
" Aku, tidak sengaja." Jawab Zira ketus, tanpa melihat Addrian sibuk dengan ponselnya.
" Tidak, sengaja kamu bilang, kamu tau kan, kamu hampir membunuhku, dan juga Tasya." Ucap Addrian berdiri dari tempat duduknya dan mendekatkan dirinya terhadap Zira, Addrian meletakkan ke2 tanganya di meja, Zira yang masih duduk di tempat semula merasa Terkunci dan tidak bisa bergerak. Addrian mengambil Ponsel Zira dan meletakkannya di meja
" Kalau orangnya bicara, itu di lihat, kamu pikir handphone kamu lebih penting dari aku." Ucap sinis Addrian yang sedari tadi melihat Zira tidak ingin menatapnya.
Zira mengangkat kepalanya dan melihat Addrian, sungguh dia merasa muak dengan laki-laki di hadapanya, seharusnya, apa yang di lakukannya waktu itu berhasil lebih baik di penjara dari pada harus berhadapan dengan laki-laki arogan seperti Addrian
" Ada, apa." Tanya Zira menantang Addrian dengan menggerakkan kepalanya seakan benar-benar menantangnya.
" Aku, bertanya apa yang kamu lakukan kemarin, kamu sengajakan melakukanya sungguh berani sekali kamu, apa kamu tidak menyesal."
" Iya, aku menyesal, aku menyesal karena mobilku meleset, seharusnya mobilku menabrak mu, supaya kamu mati saat itu juga." Ucap Zira menatap Addrian tajam penuh kebenciannya, memang itu kata-kata dari hatinya yang seharusnya keluar dari tadi.
" Zira." Terdengar serak suara Addrian menahan emosi.
" Kamu, pikir kamu siapa, beraninya mencoba untuk membunuhku."
" Aku sangat membencimu jadi wajar saja, jika ada kesempatan aku akan membunuhmu, mungkin ini gagal tapi tenang saja pasti masih banyak kesempatan." Tantang Zira, Addrian dan Zira saling menatap rasanya Addrian ingin menerkam Zira geram dengan perkataan Zira yang semakin berani dengannya, terlihat dari rahang Addrian yang mengeras bahkan akarnya sudah terlihat.
" Apa, kamu tidak takut masuk penjara."
" Aku lebih baik di penjara dari pada harus bertemu denganmu." Ucap Zira dengan sinis tatapan tajam Addrian tidak pernah beralih. Zira pun tidak takut membalas tatapan Addrian dengan penuh kebencian.
Eeegkkh... Eeegkkh..." Rasa mual di tubuh Zira tidak tertahan kan dan tiba-tiba Zira muntah dihadapan Addrian. Muntah Zira mengenai jas Addrian, Zira yang panik, menganga cemas karena mengotori baju Addrian, Addrian langsung berdiri melototkan matanya kepada Zira, Zira mulai cemas menutup mulutnya dengan ke 2 tanganya.
" Astaga, maaf." Zira spontan mencoba membersihkan jas Addrian, Addrian masih tetap melototi Zira, dengan penuh amarah.
" Zira, apa yang kamu lakukan." Terdengar suara Addrian yang menggelegar
" Aku, Eeeghkkkk Eeeghkkkk." Zira masih ingin muntah perutnya benar-benar mual dia menutup mulutnya takut, memuntahkan lagi ke jas Addrian.
" Kamar, mandi di sana." Teriak Addrian menunjukkan arah kamar mandi, yang kebetulan ada di ruangan itu, Zira pun yang mengikuti arah telunjuk Addrian berlari masuk kekamar mandi.
" Sial." Umpat Addrian merasa jijik dengan pakaiannya, Addrian pun melepaskan Jasnya, saat membukanya, tanganya terkena muntahan yang ada di jasnya.
...TOMY...
...RIMA...
...TASYA SHERINA BROTO...
...ROBERT...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
baby boy mu bang
2021-12-23
0
Alya thiw
OMG Suho jd visual ny tomy huhuhu
babang cotton kuh ..
aku ga rela bang.. hoho
2021-12-10
2
Sri Wahyu Utami
banyak orang2 figurannya
2021-12-01
0