" Terus Kayla gimana sayang."
" Ma, itu sudah jadi keputusannya Addrian, jadi mama jangan khawatir, tentang Kayla, Addrian akan mengatasinya."
" Mama jadi bingung sendiri, ini salah, itu salah mama bingung cara ngadepin Kayla, papa kamu juga apa-apaan kasih izin anaknya buat tinggal di Indonesia. Kalau ginikan mama jadi ribet, puyeng ngadepin Kayla." Farah terus mengoceh.
" Ma, sudahlah nanti Addrian akan bujuk Kayla lagi." Ucap Addrian tetap meyakinkan mamanya.
" Ya, sudahlah sayang, mama percaya sama kamu, cuma kamu yang bisa mengatasi Kayla, mama titip Kayla terus ya sama kamu, kamu jaga kesehatan ya, jangan kerja terus, sekali-kali kamu kunjungi mama dong, mama kan kangen, sekalian ajak calon mantu, mama pengen sekali-sekali dikenali sama calon mantu."
" Ma, udah ya, jangan jadi gak jelas gini kita itu ngebahas Kayla, jangan yang lain Ma." Addrian merasa risih dan sedikit jengkel jika mamanya menyebutkan menantu.
" Kamu itu, ya kalau mama bahas itu pasti langsung mengalihkan, heran mama."
" Sudahlah ma, Addrian tutup telponnya, ya, Addrian harus cepat kekantor."
" Ok, sayang, kamu lanjutin aktivitas kamu, salam sayang buat cinta cucu kesayangan mama, love you sayang." Ucap mamanya menutup telpon dan mencium layar hpnya.
" hhhhh...... Tetap aja, gak ada hasilnya, sekarang harus bilang apa lagi sama Kayla, dia bisa ribut terus dengan Sisil, dulu aja, mereka itu selalu ribut, kalau ketemu gak pernah ada akurnya, Kayla begitu sakit hati dengan kenyataan keberadaan Sisil, jadi wajar saja anak itu selalu marah jika melihat Sisil." Gumam Farah sendiri semakin bingung.
" Atau aku balik ke Indonesia aja buat cegah hal-hal yang tidak dinginkan, aku sangat khawatir sama Kayla, lagi pula aku sudah lama tidak ke Indonesia." Ucapnya ketika mendapat ide.
**********
" Huhhhh..... Kayla memang benar-benar, secepat kilat langsung ngadu sama mama, bentar lagi papa juga pasti nanyak, Sisil dan Kayla. Kayaknya Papa sengaja, bikin aku semakin pusing ngurusin Sisil dan Kayla." Addrain mengoceh terus di dalam mobil bagi Addrian mengurusi perkataan mamanya lebih sulit dari banyaknya pekerjaan.
Addrian yang menyetir mobil dengan raut wajah yang cukup kesal, tiba-tiba pandangannya mengarah ke depan jalan dia melihat wanita yang tidak asing baginya, berada dipinggir jalan. Wanita itu memakai jeans navy, dengan sobek dibagian pahanya, dan baju warna nude lengan pendek, rambutnya dikucir asal.
Zira, entah apa yang dilakukannya berada dipinggir jalan berdiri di depan mobilnya, dan memegangi ponselnya. Addrian yang melihat Zira meminggirkan mobilnya dia juga penasaran apa yang dilakukan wanita itu dipinggir jalan.
" Zira, ngapain dia di sana." Ucap Addrian meminggirkan mobilnya, saat ingin turun dari mobilnya, ternyata mobil berhenti tepat di depan mobil Addrian menyabit mobil Addrian dan keluar Pria dari dalam mobil itu, Pria dengan jaket Navy tidak lupa kacamata yang dipakainya sehari-hari. Addrian juga tidak asing melihat Pria yang menghampiri Zira tersebut.
" Zira, ngapain kamu di sini." Tanya Robert mendekati Zira.
" Pak, Robert, ini Pak mobil saya mogok." Jawab Zira menunjukkan mobilnya.
" Ya, sudah kamu bareng sama saya aja, mau kekampuskan."Ajak Robert mengambil kesempatan.
" Gak, usah pak, saya sudah nelpon bengkel kok pak, bentar lagi juga sampai, saya takut repotin bapak."
" Sudahlah Zira, nanti kamu telat ayo masuk mobil saya saja." Ajak Robert lagi, dengan memegang tangan Zira, rasanya Dosen satu ini kalau bertemu Zira tidak menyentuhnya kayaknya dia bakalan mati hari itu juga.
" Nggak usah, Pak, saya tidak apa-apa, sebentar lagi orang bengkel akan datang." Tolak Zira.
" Ayolah, Zira, jangan sungkan." Bujuk Robert terus memegang tangan Zira, bahkan tidak berhenti memegangi tangan Zira sambil menghelus-helusnya Addrian yang melihat pemandangan tersebut merasa kesal.
Addrian membunyikan klekson mobilnya dengan dengan sangat kuat membuat Robert kaget dan spontan melepaskan tanganya dari Zira, Addrian terus-terusan mengklekson mobilnya.
Tin...tin...tin...tin....tin....tin....tin....tinnnn
Zira yang tidak tau siapa yang di dalam mobil itu bingung, Zira menutup kupingnya karena merasa bising dan memperhatikan mobil yang terus mengkleksonya.
" Siapa sih." Ucapnya masih menutup kupingnya. Addrian keluar dari mobilnya.
" Addrian." Ucap Zira kaget melepas tanganya dari telinganya.
" Bising tau." Ucap Zira ketika Addrian berada dihadapanya.
" Ngapain kamu di sini?" Tanya Addrian dengan ketus.
" Bukan urusan lo."
" Siapa ini Zira kamu kenal." Tanya Robert.
" Nggak, saya gak kenal, saya gak tau siapa dia, kita mau kekampus kan Pak, ya sudah Pak, ayo kita berangkat Pak, nanti kita telat." Ucap Zira memilih pergi bersama Robert dari pada harus ribut dengan Addrian.
" Zira." Addrian menarik tangan Zira.
" Apaan sih lepasin,"
" Mau kemana kamu?"
" Ehhhhhhhh,,ehhhh, Maaf ya ni brow, tolong tangannya dilepasin." Robert mengambil alih tangan Zira menyingkirkan tangan Addrian.
" Ayo Zira kita pergi." Ajak Robert dan Zira hanya mengangguk, Robert mengambil kesempatan merangkul bahu Zira, dan mengantarkannya kemobilnya membukakanya pintu, sebelum Zira masuk mobil Robert, Zira melihat Addrian yang sedang kesal.
" Kurang ajar beraninya dia." Ucap Addrian kesal. Melewati Addrian seakan mengejek
Robert pun melajukan mobilnya, Addrian dengan kesal masuk kedalam mobilnya dengan menghempaskan kasar pintu mobil.
Brukkkk
" Ahhhhhhhh.....liat aja nanti, aku pengen tau kamu kenal atau tidak, dan laki-laki tua di pikir dia siapa."Ucap Addrian memukul stir mobil.
***********
Setelah selesai kuliah Zira pergi ke lokasi proyeknya, Zira hanya memantau beberapa bangunan di sana dan berbincang-bincang dengan mandor. Tiba-tiba ponsel yang sedari tadi digenggamnya berbunyi, Zira melihat layar ponselnya dan melihat orang yang menelponnya.
" Silahkan lanjut aja Pak." Ucapnya pada mandor dan mengangkat ponselnya
📞"Iya, Sas lo ada di mana gue sudah sampai lokasi ni." Ucap Zira menelpon Saski sambil berjalan.
📞" Iya, gue masih di jalan, Lo sudah lama sampainya." Tanya Saski ditelpon.
📞" Barusan aja, soalnya gue tadi habis kuliah dulu." Jawab Zira.
📞" Ok, tungguin gue ya, bentar lagi mau sampai kok."
📞" Ok, bay.." Zira menutup telponnya.
" Ahhhhhuuuuu...." Zira kaget seketika tanganya langsung ditarik, ya Addrian yang berada di lokasi tersebut menarik tangan Zira dan membawanya keruangan peristirahatan. Tidak satu orangpun yang berada di sana.
" Apaan sih Lo, lepasin gue." Zira berusaha melepaskan tanganya dari Addrian.
" Sudah." Addrian melepaskan tangan Zira dengan menghempaskan santai tangan Zira. Zira memegangi pergelangan tanganya yang masih sakit.
" Ngapain lo di sini, minggir." Ucap Zira menggeser tubuh Addrian.
" Kamu, itu kenapa berbicara lantang kalau dengan ku, kalau dengan laki-laki tua itu kamu berbicara sangat manis." Ucap Addrian membuat Zira semakin kesal
" Laki-laki siapa maksud kamu." Tanya Zira tidak mengerti.
" Pacar ke 2 kamu Pria tua itu, kamu lebih suka ya dengan pria yang lebih tua."
" Nggak usah sembarangan kalau kamu bicara, nggak usah sok tau, lagi pula laki-laki yang kamu maksud itu jauh lebih baik, bicara tidak seenaknya, berprilaku lembut dan tidak kasar, kayak kamu." Ketus Zira membuat Addrian marah beraninya Zira membandingkannya dengan Pria tua.
" wauuuu," Addrian bertepuk tangan, " kamu membandingkan ku dengan pria itu."
" Itu adalah kenyataan." Tegas Zira
Addrian menyunggingkan senyumnya.
" Baik, apa sekarang kamu pengen dilembutin." Ucapnya menaikkan alisnya dan perlahan mendekati Zira, Zira yang melihat Addrian Mendekatinya mundur selangkah demi selangkah.
" Mau, ngapain kamu, jangan macem-macem." Zira cemas, Addrian terus mendekatinya, tangan kiri Addrian melonggarkan dasinya, dan saat dasinya terlepas Addrian melempar kesembarang tempat. Entah apa lagi yang mau dilakukan Addrian,.
Zira sudah mulai cemas, dan terus mundur menjauh dari Addrian.
Brukkkk
sialnya, Zira tertabrak tembok sekarang Zira tidak bisa mundur lagi, Addrian pun yang melihat exsperesi Zira, Tersenyum seakan merasa puas, Addrian pun tepat berada di depan Zira. Zira berusaha untuk pergi Addrian menarik tanganya dan merapatkan Zira ketembok, Addrian menghempit Tubuh Zira, sampai Zira benar-benar tidak bisa bergerak.
" Mau, ngapain kamu, minggir nggak kamu." Ucap Zira dengan nada terbata-bata.
" Aku, ingin melakukan kelembutan seperti permintaanmu, supaya kamu bisa merasakan kelembutan dari Addrian Atmadja Wijaya." Bisik Addrian di telinga Zira, jelas itu membuat tubuh Zira seakan menggeliat mendengar suara serak Addrian.
" Kamu, mau mulai dari mana." Ucap Addrian lagi dengan menarik kucir rambut Zira sekarang rambutnya, sudah digerai.
" Kamu,,, " Zira merasa kesal. "kurang ajar kamu." Zira berusaha ingin menampar Addrian tetapi tanganya ditangkap Addrian.
" Jangan dibiasakan tangan ini, terus melewati batas." Addrian mencium tangan yang ingin menampar pipinya, Zira benar-benar tidak bisa keluar dari dekapan Addrian, Addrian mengunci tubuh Zira.
" Kurang, ajar kamu berengsek, pergi gak kamu dari sini, atau aku akan teriak supaya semua orang tau siapa kamu sebenarnya." Ancam Zira.
" Silahkan, aku juga pengen tau, apa mereka percaya dengan omongan mu." Tantang Addrian kembali.
" Kamu belum menjawab pertanyaan ku, ingin dimulai dari mana, bukanya kamu ingin kelembutan, katakan mulai dari mana, dari sini." Addrian membelai rambut Zira, membelai wajah Zira, memegang Dagu Zira. Zira menatap tajam Addrian yang berprilaku kurang ajar kepadanya.
Mata Zira yang menatap dekat wajah Addrian, Zira hanya sedada Addrian, Zira yang menatap Addrian dengan menegakkan kepalanya sebenarnya, siapa juga yang tidak terpesona melihat ketampanan Addrian bak seorang Dewa. Addrian memegang dagu Zira.
Cupp. Addrian mencium Bibir Zira sekilas, mata Zira melotot, dia asik memandangi wajah Addrian sampai tidak sadar Addrian melewati batasnya.
Plakkkk..... Satu tamparan melayang kepipi kiri Addrian.
" Brengsek, bajingan." Umpat Zira bisa-bisanya dia membiarkan Addrian mencium bibirnya.
" Ada, apa, bukanya kamu ingin kelembutan, atau kamu ingin lebih aku akan berikan." Ucap Addrian Tersenyum melihat Zira yang dilanda kemarahan wajah Zira sudah merah, Addrian membelai lembut bibir Zira dengan jempolnya.
Setelah apa yang di lakukan Addrian, dia belum puas melihat wanita yang dihadapanya dengan penuh ketakutan. Addrian melakukan aksinya, membuka kancing bagian atas kemeja Zira. dengan satu tanganya, sementara Addrian menatap wajah Zira dengan pandangan seakan ingin memangsa. Zira yang sadar atas kelakuan Addrian. Zira pun menepiskan tangan Addrian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Savera
terlalu lebay,,,jdi bosan bacanya
2022-01-28
1
Erika Syarif
suka ceritanya
2021-12-11
1