" Yaudah, deh, Makasih." Ucap Zira pasrah pergi menuju ruangan Addrian
Zira mengetuk pintu.
Tok tok tok tok
"Masuk,,!!" Pinta Addrian dari dalam ruangannya, Zira masuk, Addrian sedang asik bekerja bersama laptopnya.
" Saya, mau anterin berkas, yang dititip Saski." Ucap Zira meletakkan berkas tersebut di meja Addrian.
" Saya, permisi." Ucap Zira langsung ingin cepat keluar dari ruangan itu.
" Kamu gak ada etika dalam berkerja."
" Apaan sih ni, orang pake omong etika lagi, dia gak sadar apa, dia juga gak punya etika, nggak ngaca apa." Terutunya pelan tetapi Addrian bisa mendengarnya.
" Bicara apa kamu barusan." Tanya Addrian mendengar omongan Zira.
" Nggak, nggak ngomong apa-apa." Ucap Zira mengelas.
" Ikut, saya." Ucap Addrian beranjak dari kursinya.
" Mau kemna?," Tanya Zira, tetapi Addrian tidak mendengarkannya, Addrian tetap berjalan dengan langkah yang cepat, Zira pun terpaksa mengikuti sampai, keluar Kantor.
" Masuk." Ucap Addrian memerintah Zira masuk kemobilnya.
" Nggak, mau ngapain."
" Masuk nggak."
" Apaan sih, nggak." Bantah Zira
" Masuk."
" Enak aja, memang kamu pikir kamu siapa, main suruh-suruh aja."
" Saya, nggak punya waktu buat ladenin kamu, sekarang masuk, cepat." Addrian memaksa Zira masuk kedalam membukakan pintu mobil menarik Zira kemobilnya menundukkan kepala Zira supaya masuk kedalam mobilnya, dan berhasil Zira masuk kedalam mobil.
Setelah menutup pintu Addrian menyusul Zira memasukin mobil, dengan wajah kesal dari dalam mobil, Zira memperhatikan Addrian yang lewat dihadapanya menuju mobil.
Addrian dan Zira berada di dalam mobil, Addrian yang menyetir mobil tersebut tanpa bicara sekatapun, pandanganya fokus kedepan. Zira dengan wajah kekesalannya bingung kemana Addrian akan membawanya.
" Kita, mau kmna." Tanya Zira setelah berdiam lama
" kelokasi Proyek kamu." Jawab Addrian Singkat
" Ya ampun... kalau cuman kelokasi lapangan, ngapain juga 1 mobil, aku juga bawak mobil bisa pergi sendiri."
" Kenapa, kamu kecewa, hanya diajak kelokasi Proyek kamu. Kamu berharap kalau aku akan bawa kamu kehotel." Goda Addrian membuat Zira mengendus nafasnya, serasa dia begitu jengkel melihat pria yang ada disampingnya.
" Maksud kamu apa? jangan asal bicara kamu, kamu pikir aku perempuan sehina itu, mulut kotor kamu kayaknya harus cepat dibersihkan supaya tidak bicara sesuka hati."
" Kamu, itu langsung sensitif ya kalau dibahas masalah seperti itu."
" Kamu, itu gak usah mikir aneh-aneh, kamu pikir aku sudi bersama laki-laki bajingan kayak kamu, lagi pula aku heran ya sama kamu, kamu itu gak pernah merasa bersalah sama sekali, seakan kamu selalu membanggakan perbuatan kamu." Umpat Zira dengan kekesalannya.
" Kan, aku sudah mengatakannya aku tidak pernah menyesal, apa kurang jelas, seharusnya kamu yang mencuci pikiran kamu, supaya bisa mencerna omongan orang."
Addrian dan Zira sampai ke lokasi Proyek, setelah mobil berhenti Addrian melepas shif beltnya.
" kamu sengajakan melakukan semua itu." Tanya Zira membuat Addrian menghentikan pekerjaannya menatap Zira setelah terdiam beberapa detik.
" Iya, aku sengaja melakukanya." Sejenak Zira terdiam menatap tajam Addrian
" Knapa?. Apa salah ku, knapa kamu melakukan itu seakan-akan aku begitu pantas mendapatkanya." Mata Zira mulai berkaca-kaca.
" Aku sudah katakan sama kamu Zira, semua yang terjadi sama kamu itu, perbuatan kamu sendiri, ini baru permulaan Zira, Semuanya tidak sebanding dengan apa yang kamu lakukan."
" Perbuatan apa yang aku lakukan, sampai kamu tega memperkosaku." Tidak tertahankan lagi butir Air mata Zira jatuh seketika. Addrian mendengar perkataan Zira, memilih langsung keluar dari mobilnya.
" Aku, gk tau, apa sebenarnya yang ada dipikiran kamu Addrian, dia bahkan mengatakan sengaja melakukanya, dia selalu menghinaku seakan dia tau siapa aku. Selalu mengatakan aku pantas mendapatkannya."
" Seakan aku berbuat kesalahan yang besar. Aku harus Cari tau apa yang terjadi. aku gak akan biarin Addrian terus berbuat semaunya." Batin Zira menghapus air matanya."
*********
Perusahaan Adbver
" Ni, Pak, " Ucap Tomy memberikan Addrian amplop berwarna coklat.
" Apa ini, " tanya Addrian sambil membuka amplop.
" Semua, informasi mengenai, Roni. Roni anak dari, Anggara Santoso pemilik Perusahaan Surat kabar. Perusahaan itu sudah tidak ada lagi, Sudah mengalami gulung tikar, di tangan menantu Aries menikah dengan Puttri Anggara Santoso, Mira Anggara,"Jelas Tomy
" Lalu, bagaimna dengan, Anggara Santoso."
" Beliau sudah meninggal pak, dalam perjalanan Bisnis, sebelum meninggal Perusaan itu diwariskan kepada menantunya, Aries, dan perusahaan itu mengalami kebangkrutan, dan Aries terlilit hutang.
" Terus bagaimana dengan anak dan menantunya."
" Aries Sudah meninggal Pak, mengalami serangan jantung, dan meninggalkan 2 anak Lulu dan Diky.
" Lalu pria ini bagaimana." Ucap Addrian menunjuk foto Roni.
" Awalnya, Roni kuliah Di Luar Negri, tetapi karena kebangkrutan keluarganya dia kembali ke Indonesia Pak."
" Jadi, Sekarang dia jatuh miskin, karena itu dia mendekati Puttri dengan cara kotornya, berharap kehidupan membaik dengan memanfaatkan wanita untuk kepentingannya." Ucap Addrian meremas amplop tersebut.
" Mungkin seperti itu pak."
" Kamu cari tau, tentang kehidupan pribadi Roni, saya ingin tau apa yg dilakukannya setelah miskin."
" Baik pak,"
Tok,tok,tok,tok
" Masuk," ucap Addrian, ternyata Rima.
" Ada apa,." Tanya Addrian.
" Maaf, Pak, saya cuman mengingatkan, kalau jam 1 nanti bapak ada kunjungan kerumah sakit, menemui Klayen kita, Bu Sari." Jawab, Rima yang masih berdiri di pintu.
" Baik lah, Tomy kamu siapkan Mobil!"
" Baik, pak."
****************
RUMAH SAKIT SEJAHTERA
Addrian berkunjung kerumah sakit menemui klayenya, yang sedang melahirkan anak pertama mereka.
" Terima, kasih Pak Addrian sudah repot-repot datang kemari." Ucap Sari
" Tidak, merepotkan, sudah kewajiban saya, menjenguk Klayen saya, apalagi ini merupakan hari bahagianya." Ucap Addrian berbicara manis.
" Iya, benar, Pak, beberapa tahun menikah, baru saya dikarunia seorang anak, ini kebahagian yang paling bahagia seumur hidup saya, sampai saya masih belum percaya." Ucap Sari haru.
" Sekali lagi saya, Ucapkan Selamat."
" Maaa, papa, dah urus," Ucap tiba-tiba pria yang masuk keruangan perawatan sari, Addrian kaget seketika melihat pria yang masuk dan langsung menghampiri wanita yang terbaring di ranjang tersebut. Addrian tidak Asing dengan wajahnya.
" Eh, ada tamu ternyata." Ucap Danu, menyadari ternyata ada tamu di ruangan istrinya.
" Pria, inikan, pria yang kemarin sama Zira, Jadi ini istrinya, Jadi dia bermain api di belakang istrinya, padahal istrinya sedang hamil dan bahkan hari ini melahirkan." Tebak Addrian yang setahunya Pria yang berprilaku sok manis itu adalah salah satu kekasih Zira.
" Pak, Addrian kenalin ini suami saya." Ucap Sari memperkenalkan suaminya.
" Saya Danu pak, suaminya," ucap Danu mengulurkan tangannya,Addrian menyambutnya dengan keterpaksaan dan senyum kecil.
" Saya, Addrian, kebetulan istri anda Klayen saya."
" Iya Pa, Pak Addrian ini Klayen Mama dari Perusahaan Adverb.
" Oh iya, Perusahaan Adbver, itukan Perusahan yang menjadi Investor Zira." Kata-kata Danu Membuat Sari kaget bukan hanya sari tetapi Addrian juga kaget, dan kebingungan.
" Oh iya, kok mama baru tau." Ucap Sari tidak percaya.
" Zira, baru aja kabari papa, dan sekarang eh malan papa ketemu langsung sama CEO nya."
" Zira. Apa kalian mengenalnya." Tanya Addrian bingung.
" Iya, Zira itu sudah seperti adik kami sendiri, selama tinggal di Jakarta, kami terus mengawasi Zira, menjaga Zira, ya Bapak tau sendirikan pergaulan di Jakarta sangat berbahaya untuk gadis seperti Zira." Jelas Sari membuat Addrian tambah kaget.
" Zira, memang beruntung ma, sekarang malah dapat Investor dari perusahaan besar." Tambah Danu.
" Jadi mereka berdua memang mengenal Zira, dan menganggap Zira, bahkan Zira adalah keluarganya, dan bukan Simpanan dari pria ini." Batin Addrian kaget mendengar kebenaranya.
" Kakak." Teriak tiba-tiba wanita yang membawa keranjang buah, berlari memeluk Sari, dengan bahagia. Addrian masih sibuk dengan pikiranya
" Tasya, kamu kapan Sampai." Ucap Sari membalas pelukan adiknya Tasya.
" Barusan, dan aku langsung kemari, karena aku dah nggak sabar pengen ketemu keponakan aku." Ucap Tasya masih memeluk kakaknya.
" Kakak Mengerti Pasti kamu sudah tidak sabar ya." Ucap Danu.Tasya mengangguk tersenyum.
" Oh iya, siapa pria tampan ini,?.Tanya Tasya melepas pelukannya, ketika sadar melihat Addrian yang berdiri
" Ini, Klayen Kaka, Addrian." Ucap Sari.
" Hai, Saya Tasya adiknya ka Sari." Ucap Tasya mengulurkan tanganya dengan tersenyum.
" Saya, Addrian." Jawab Addrian membalas uluran tangan Tasya.
" Oh, iya, ka Zira, mana.? Tanyanya melihat di sekelilingnya mencari seseorang.
" Zira, masih ada kuliah, katanya sih dia akan, datang." Jawab Danu.
" Aku, dah lama banget gak ngobrol sama Zira."
"Jangan kan kamu, kaka, juga baru ngobrol tadi malam sama Zira lewat telpon, soalnya semenjak Zira pulang dari Apertement kita, Zira gak pernah ada kabar Saski bilang sih Zira sakit selama seminggu Lebih deh." Jelas Danu membuat Addrian kaget, mengingat, hari di mana dia menarik Zira ke Apertement nya, ketika melihat Zira bersama Danu malam itu.
" Ha, sakit, terus gimana keadaanya." Tanya Tasya cemas.
" Gak, apa-apa Tasya, hanya demam kok kata Saski."
" Pantesen, aku telpon Zira nggak angkat, Tumben banget, ternya Zira sakit." Ucap Tasya mulai tenang
" Namanya, juga manusia Tasya, pasti sakit." Ucap Sari.
" Aku, jadi Khwatir kak, sama Zira, Kaka tau sendiri kan, Zira sekarang lebih tertutup sepertinya dia tidak mau menceritakan apapun yang terjadi denganya, aku gak mau Zira menyimpan beban sebanyak apapun. dan aku yakin pasti Zira menghindari aku. Karena dia pasti menyembunyikan sesuatu." Ucap Tasya mulai merasa cemas. Addrian yang mendengar pernyataan Tasya hanya diam saja.
" Tasya, kamu jangan berpikir aneh, kalau terjadi sesuatu sama Zira, pasti dia beri tau kamu. Dia kan gak bisa bohong sama kamu, dia juga pasti gak pengen kamu khawatir." Ucap Sari menghelus tangan Tasya.
" Gimana aku gak khawatir ka, dia bahkan menghindari telpon ku, saat, ini."
" Yaampun, kalian ini ngebahas apa, kalian lupa kalau kita ada tamu."Ucap Danu
" Yaampun maaf ya, Pak Addrian, kita jadi sibuk sendiri dengan obrolan kita." Ucap Sari merasa tidak enak.
" Tidak, apa-apa, dari pembicaraan kalian sepertinya kalian begitu peduli dengan yang bernama Zira."
" Iya, pak, Maaf ya pak, Zira itu memang keluarga kami."
" Its ok, tidak masalah."
...Keren Al Mira Anggara Santoso ( Mira)...
...Ahmad Diky Caliss...
...Lulu Patricia Callis...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
guest1053676979
salfok terus dg kata klayen yg mksdnya klien 🙂
2021-12-09
0
Eva Zhari
bagus deh sediki demi sedikit terkuak
2021-12-05
0
Dede Kecil Jr.
zira kasian sekali thor
2021-12-02
0