" Lepasin, lepasin tangan gue, lepasin." Zira berusaha melepaskan diri namun Addrian mencengkram lengan tangannya terlalu kuat. Sehingga Zira tidak bisa berbuat apa-apa.
" lebih baik kamu tonton aja, detik -detik kematian pacar kamu yang tidak berguna itu."
" Biadab, kamu itu bukan manusia, bisa-bisanya kamu main keroyokan, binatang jauh lebih terhormat dibandingkan pria biadap seperti kamu." Ketus Zira, tidak mengubah pendirian Addrian untuk menghentikan pertengkaran.
" He, jangan bicara sembarangan kamu, bicara mu terlalu lancang sangat berani demi membela kekasihmu yang tidak berguna itu. Bagaimana jika pacar mu itu tau, apa yang aku lakukan dengan kekasihnya, bahwa..."
Addrian mengamati tubuh Zira dengan senyuman jahat, apa lagi Zira memakai pakaian yang lumayan tipis, ditambah dengan guyuran hujan jelas tubuh indahnya terpampang nyata.
" Tubuh kekasihnya yang indah ini telah kunikmati, sangat kunikmati karena begitu memuaskan." Lanjut Addrian Membuat Zira Hilang kesabaran
Plakk
Tamparan keras melayang di pipi Addrian sehingga kepala pria itu miring, kata-kata Addrian membuat hati Zira sakit dan tidak sadar air mata Zira jatuh, dia merasa Addrian memang tidak pernah merasa bersalah atas apa yang dilakukanya malah merasa bangga.
Addrian malah terus merendahkannya seakan-akan semua yang terjadi pantas didapakan Zira. Addrian terdiam memegang pipinya Zira mengambil kesempatan menghampiri Roni yang sedang diserang.
" Hentikan, hentikan, cukup, hentikan." Zira berteriak-teriak ditengah kerumunan perkelahian, tidak ada yang mendengarkannya, Addrian yang masih memegang pipinya melihat bagaimana Zira berusaha menolong Roni. Salah satu lawan Roni tidak sengaja memukul Zira dengan kencang. Dahi Zira pun kenak pukulan
"Auuuuuuuuu." Zira meringgis kesakitan memegang dahinya yang mulai mengeluarkan darah
" Zira." Teriak Addrian dari kejauhan 5 meter kerumunan perkelahian. Addrian melihat Zira menahan rasa sakit, mulai terjatuh, Zira terus kena tangan anak buah Addrian seperti terombang ambing, Zira juga tidak bisa melihat jelas karena darah di dahinya mulai mengenai matanya.
" Zira, minggir." Teriak Roni melihat Zira yang sudah lemas di tengah-tengah kerumunan,
Salah satu anak buah Addrian mengambil kayu dan ingin memukul Roni. Roni tidak konsentrasi, dan tidak melihatnya, Zira yang melihatnya dengan samar-samar mendekati Roni, ingin mencegahnya.
Addrian meliahat kejadian itu berlari, menarik Zira, mencoba menghentikannya, Addrian tau pukulan itu akan mengenai tubuh Zira. pakkk pukulan mengenai punggung Addrian yang mencoba melindungi Zira.
"Ahhhh," Addrian menahan sakit sambil menahan tubuh Zira agar tidak jatuh, Zira yang berada dalam dekapan Addrian begitu jelas melihat pria dihadapanya.
" Cukup hentikan." Teriak Addrian, menghentikan perkelahian, semua anak buah Addrian menuruti perkataan Addrian.
" Lepaskan." Zira mendorang tubuh Addrian dan menghampiri Roni. Tubuh Zira pun sudah mulai lemas saat menghampiri Roni. dia pun sudah tidak sanggup berjalan
" Roni, kamu gak, apa-apakan." Zira masih sempat khawatir dengan memegang luka Roni
" Bawak dia kekantor polisi!!!!!..." Pinta Addrian, anak buah Addrian menarik Roni
"Ayo." Ucap salah satu anak buah Addrian menarik Roni
" Lepasin gue."
"Ada apa ini, kenapa kalian membawanya ?, lepasin Roni, lepasin." Zira berusaha menarik tangan Roni, menjauhkan tangan -tangan anak buah Addrian. Tetapi apa daya anak buah Addrian tidak mempedulikan Zira.
Roni ditarik paksa kemudian memasukkan Roni kedalam mobil, dan melajukan mobil.
Zira berteriak memanggil nama Roni dan berlari mengejar mobil tersebut.
" Roni, Roni Roni Roni." Teriak Zira tanpa hasil, mobil yang membawa Roni sudah tidak terlihat lagi.Tubuh Zira mulai lemas dan Zira terjatuh dan pingsan di bawah guyuran hujan yang deras.
"Zira." Teriak Addrian menghampiri Zira, Addrian melihat wajah Zira yang luka, dan di wajahnya masih banyak darah, Addrian menggendong Zira dan masuk kedalam mobilnya.
************
Pagi hari kembali menyambut, di luar sana suara burung berkicau menyambut cerahnya pagi hari. Zira berbaring di Rumah Sakit, cairan infus melekat di tangan kirinya, luka di dahinya sudah di perban.
Terlihat Zira yang tubuhnya ditutupi separuh selimut. Addrian memperhatikan Zira begitu ditail berdiri dihadapan Zira, entah berapa lama dia berada di sana dan memperhatikan Zira.
" Selamat, pagi Pak, saya periksa dulu ya." Ucap Dokter, yang masuk keruangan perawatan Zira, Membuat lamunan Addrian buyar.
" Iya Dok,silahkan."
Dokter memeriksa Zira dengan steteskop.
" Bagaimana keadaanya." Tanya Addrian, setelah melihat Dokter selesai memeriksanya.
" Kondisinya, sudah membaik, saya akan memberikan resep obatnya." Jawab Dokter Ramah
" Makasih,Dok."
" Saya permisi dulu." Ucap Dokter keluar dari ruang perawatan.
" Pak," panggil Tomy masuk tiba- tiba
" Ada,apa?." Tanya Addrian
" Ada panggilan dari Kantor Polisi Pak."
" Hmmm... Kamu liat keadaanya, saya akan kekantor Polisi." Jelas Addrian singkat dan keluar dari ruangan perawatan.
" Baik Pak." Tomy hanya menunduk.
Setelah kepergian Addrian, Zira tersadar, membuka matanya secara perlahan-lahan. Zira memicit pelipis matanya dan mencoba untuk duduk.
Zira melihat disekelilingnya, seakan tau keberadaanya, Zira melihat ada Tomy yang berdiri dengan tegap seperti mengawasinya.
Zira mencabut impusnya dengan kasar dan dan beranjak dari tempat tidur.
"Bu Zira, mau kemana?" Tanyak Tomy melihat Zira yang sudah terlepas dari infus
" Minggir," Celetus Zira
" Tapi Bu, Pak Addrian bilang kalau."
" Saya, gak ada urusan sama laki- laki sialan itu, minggir kamu." Zira memotong pembicaraan Tomy, Zira pun pergi dengan keadaan masih lemah.
" Bu, Bu Zira." Teriak Tomy tidak bisa menghentikan Zira.
Dikantor Polisi
Zira yang menaiki taxi menuju Kantor Polisi, Zira langsung memasuki Kantor Polisi. Berjalan melewati orang -orang yang memiliki banyak urusan di sana.
" Siapa mereka," tanya Addrian kepada salah satu anak buahnya ketika melihat Mira dan Saski di Kantor Polisi menunggu dengan gelisah.
" Keluarganya, Pak Roni Pak." Jawab anak buahnya Addrian.
" Saski, kak Mira." Tegur Zira yang melihat Saski dan Mira duduk dengan gelisah dan menghampiri Saski dan Rima yang khawatir menunggu Roni
" Zira, lo kenapa?." Tanya Saski yang melihat keadaan Zira. Meski hubungan Saski sama Zira belum membaik dia tetap peduli dengan sahabatnya itu.
"Lo tau dari mana kita ada disini, dan lo kemana semalam, dan ini apa, lo kenapa luka kayak gini." Cecar pertanyaan Saski tanpa henti.
" Dah, gak usah dibahas, gimana keadaan Roni?" Tanya Zira mengalihkan pembicaraan.
" Lo, tau Roni masuk penjara." Tanyak balik Saski.
" Iya, gue, tau, kemarin gue ada di sana sama dia."
" Memang apa yang terjadi sih, Zira. Kenapa Rony masuk penjara atas kasus penyerangan?"
" Kasus penyerangan, Apaan sih Addrian, jelas- jelas Roni yang dikroyok. Tapi dia malah memutar balikkan fakta." Batin Zira merasa jengkel
" Zira," panggil Saski mengagetkan Zira, yang bengong
" Iya."
" Kok, bengong sih."
" Sorry Sas, gue sedikit pusing."
" Bagaimna ini, Sas, gimana caranya kita ngeluarin Roni dari penjara." Ucap, Mira merasa khawatir.
" Sebenarnya, gak masalah sih Roni masuk penjara, di rumah juga bikin susah. Tapi kasian ka Mira dia pasti khawatir ngeliat adiknya di penjara." Batin Saski.
" Kak, Kakak tenang ya, Zira akan coba cari jalan keluarnya." Ucap Zira menghelus pundak Mira mencoba menenangkan.
" Iya, Zira."
Zira melihat Addrian yang ternyata dari tadi memperhatikan nya, tanpa berpikir panjang Zira menghampirinya.
" Zira, mau kemana." Panggil Saski tetapi tidak ada jawaban Saski hanya melihat Zira menghampiri sosok pria tampan, yang baginya juga tidak asing.
" Zira, " panggilnya lagi, karena tidak mendapat jawaban tetapi Zira tidak menoleh sama sekali dia fokus berjalan menghampiri Addrian.
" Keluarin Roni dari penjara." Ucap Zira tanpa basa basi setelah berada dihadapan Addrian.
" Keluarin, siapa kamu beraninya memerintahkan, lagi pula aku gak punya alasan untuk mengeluarkan dia, ohhh atau kamu juga mau menemeni dia di dalam penjara." Ucap Addrian santai dengan kedua tangannya dimasukkan kesaku celananya.
" He, dengar ya, jelas-jelas kamu sama anak buah kamu yang sudah menyerang Roni, kalian yang bersalah, aku liat sendiri bagaimana anak buah kamu menghajar Roni." Ucap Zira marah sambil menunjuk-nunjuk Addrian
" Silahkan, sana jadi saksi, buat pengakuan, tidak akan ada yang percaya." Ucap Addrian berbisik ditelinga Zira dan pergi dari hadapan Zira.
" Aku mohon keluarkan dia." Ucapan Zira membuat langkah Addrian terhenti. Dan membalikan tubuhnya ke hadapan Zira, kembali menghampiri Zira.
" Kamu, memohon untuk dia." Tanyak Addrian pasti, Zira mengangguk
" Hhhhh." Addrian menyunggingkan senyumnya .
" Dasar, demi dia, kamu benar-benar melakukanya. Ikut aku." Addrian menarik tangan Zira dan kali ini tidak ditarik kasar, Zira pun tidak memberontak dan mengikutinya saja. Zira mengikuti langkah Addrian, yang lumayan cepat.
Addrian membawa Zira keruangan yang hanya sepetak, dan tidak ada orang, hanya ada meja kecil dan 2 kursi. Seperti ruang introgasi
" Duduk!!" Pinta Addrian. Zira hanya mengikuti matanya melihat disekelilingnya, begitu sepi, tidak ada satupun orang hanya ada dia dan Addrian, sangat jelas terlihat di wajahnya rasa panik.
"Kamu ingin Roni bebas bukan."
" Iya," angguk Zira
" Tanda tangan ini..!! " pinta Addrian memberikan sebuah kertas dengan banyak tulisan.
" Apa ini," tanyak Zira, Addrian hanya memberi isarat dengan matanya memberi arti untuk dilihat, Zira pun membaca kertas tersebut.
" Dasar, licik." Hanya itu yang keluar dari mulutnya Setelah mengetahui isi dari tulisan tersebut.
" Kamu,sengajakan mengatur semua ini, supaya aku bekerja sama dengan Perusahan mu, yang pemimpinnya tidak bermoral sepertimu." Celoteh Zira menyingkirkan kertas tersebut.
" Kamu pikir aku sudi bekerja sama dengan orang seperti kalian, terserah kamu, pikirkan kekasihmu di dalam sana membusuk di penjara. Lagi pula kamu jangan munafik, jelas kamu juga butuh biaya bukan, kamu pikir ada Investor yang mau bekerja sama dengan mu." Ucap Addrian mendekatkan wajahnya pada Zira memberi saran.
" Kenapa?, apa yang kukatakan salah, sudalah jangan keras kepala, jika ingin kekasihmu keluar dari dalam sana, lakukan perintah ku." Tegas Addrian memberi Zira saran.
" Benar, juga, gimanapun caranya aku gak mungkin bisa kalah dari Addrian, dia akan melakukan semua cara agar Roni tetap di penjara, aku juga sudah lelah beurusan dengan pria sialan ini, mungkin ini jalan terbaik. Lagi pula ekonimiku dan Saski semakin memburuk, hubunganku dengan Saski juga tidak membaik karena masalah ini." Batin Zira kebingungan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Chandralena Junita
Thor....bongkar dong kebusukan kayla
2022-02-19
0
Niko Iswari
ceritanya berbelit2 dibikin jdi neg
2022-02-16
0
Kenzi Kenzi
sila ke.tiga pancasila,rela berkorban beng
2021-12-23
0