Alika terbangun dari tidurnya dengan mengulet. Ketika meraba di ranjang sebelah Lucas sudah tidak ada di sampingnya, lalu ia mencati disetiap sudut ruangan namun nihil. Dia kembali duduk di pinggir ranjang lalu mengambil ponsel di meja nakas pinggir ranjang, Alika melihat secarik nota yang bertuliskan, “Sweety, I’m sorry, aku tidak bisa menunggu kamu bangun dari tidurmu lebih lama dan aku tidak ingin mengganggumu yang pulas dalam tidurmu jadi aku menuliskan pesan lewat secarik nota. Saya harus segera pergi tiba-tiba ada sesuatu yang mendadak perihal masalah dalam bisnis dan aku sudah menghubungi Denis untuk menjemput kamu. Sebelum pergi jangan lupa sarapan terlebih dahulu, saya sudah pesankan menu kesukaan kamu semoga kamu menikmatinya. Oh ya, saya juga sudah memberi tahu pada gurumu jika kamu mengambil libur karena ada urusan keluarga dan aku ingin mengingatkanmu jangan berteriak itu hotel nanti suara kamu bisa terdengar. Bye sweety, aku selalu merindukanmu”, pesan Lucas.
Alika merasa aneh dengan pesan di kalimat terakhir yang di tulis oleh Lucas. Tapi Alika membuang pikiran buruk dengan masa bodo. Alika bergegas ke kamar mandi lalu melepaskan pakaian di depan cermin dan melihat banyak bercak merah di dada dan tempat lain. Amarahnya tiba-tiba memuncak dan berteriak, “Lucas!!!!!!!!”, dengan otak mendidih dan kesal. Alika tidak berhenti mengumpat, “Kamu mesum, bajingan, kejam, berengsek, licik!”, rasa amarah di ubun-ubun.
Lucas yang berada di pesawat terkekeh saat merasakan telinganya tiba-tiba berdengung. Sedangkan Alika yang berada di kamar hotel nan megah merasa kesal meski ia sudah menyiapkan gaun yang tertutup untuk menutupi kissmark yang ia buat.
Ketika keluar dari kamar mandi, Alika disuguhkan dengan kehadiran Denis yang terduduk di pojokan jendela dengan banyak suguhan hidangan makanan di meja.
“Hai Alika, sudah rapi”, sapa Denis dengan raut berseri-seri seperti ingin menggoda Alika.
“Loh kakak kok bisa masuk?”, tanya Alika dengan heran
“Lucas memberikan kunci cadangan”, ucap Denis.
“Ayo kita sarapan lalu akau akan mengantar kamu pulang, terus kakak harus ke kampus pukul 10.00 soalnya hari ini ada presentasi pemsaran”, ucap Denis dengan tersenyum.
Ketika sedang menyatap makanan Denis mengajukan pertanyaan seperti sedang menggoda Alika dan membuatnya terbatuk-batuk.
“Bagaimanan malam romantis dengan Lucas?”, goda Denis.
“uhuk..uhuk..”, Alika tersedat dengan makanan dan lansung mencari air minum kemudian menetralkan ekspresi kaget.
“Diamlah, aku lagi makan”, perintah Alika dengan wajah kesal.
“Ayolah cerita”, ajak Denis yang menggoda.
Alika menghembuskan nafas kasar, “ahhh”, karena Denis terus menggodanya. Alika memperingatkan bahwa saat ini tidak ingin mengobrolkan sosok orang yang licik tentang keromantisannya dengan memotong-motong setik seperti orang kesetanan di piring dan mata melototi Denis. Denis yang melihat wajah ke abu-abuan mulai diam karena Denis tidak ingin jadi pelampiasan kemarahannya nanti dari omongan yang di keluarkan dirinya entah persetan apa yang membuat Alika marah. Denis tidak lanjut lagi obrolannya, ia juga mengurungkan niatnya karena rasa penasaran. Mereka menikmati sarapan dengan suasana hening hanya terdengar dentingan piring dan sendok.
Setelah selesai sarapan Denis mengantarkan Alka pulang dengan beradu argumen di pikiran masing-masing. Saat ini hari Alika sedang panas dengan perbuatan Lucas yang mengingkari janji ketika sebelum tidur.
Waktu berjalan lambat hingga sampai di rumah dengan suasana hening bagi Denis. Setelah sampai pada pelataran rumah, Alika turun dari mobil tanpa memberi salam dan menutup mobil dengan keras. Membuat Denis kaget melihat tingkah Alika. Kemudian ia lanjut pergi ke kampus menyiapkan bahan presentasi tugas dari Pak Tono.
Sesampainya di kampus Denis menyapa temannya yang sedang nongkrong di lorong kampus, “Hallo bro”, dengan saling tos.
Ketika Denis baru datang lalu ia disuguhkan teriakan dari gadis gila yang sering menggoda dirinya dengan jarak dua meter, “Denis!”, dengan berlari berloncat-loncat layaknya anak kecil.
Denis yang merasa di panggil hanya pasrah, “Kenapa aku harus dihadapi gadis gila ini? Memang kiamat segerah datang”, batin Denis dengan menepuk jidat dan mengusap wajah dengan kasar.
Tasya menyapa teman-temannya Denis yang sedang nongkrong di lorong, “Hallo semua”, ucapnya dengan tersenyum dan dibalas oleh teman-temannya Denis sambil menggoda dengan bersamaan, “Hallo permaisuri cantik”. Tasya yang merasa di goda oleh temannya Denis pura-pura malu.
Teman di sebelahnya menepuk pundak Denis, “Cieee.. sang pangeran pagi menjelang siang sudah dihampiri permaisurinya”, dengan memainkan ke dua alis naik-turun.
Denis yang merasa di goda mulai kesal dan beranjak dari duduknya lalu memukul kepala teman di sebelahnya, “pletak!” dengan berlalu melangkah ke kelas. Temannya yang mendapat pukulan mengaduh, “auchh”, dengan memegang kepala yang sakit.
Tasya yang melihat Denis pergi langsung mengikuti seperti stalking lalu ikut duduk di depan Denis dengan cemberut, “Denis, kenapa kamu pergi sih?”, tanya Tasya.
Denis menjawab dengan nada ketus, “Aku sedang belajar, hangan ganggu!”, sambil membolak balikkan makalah yang akan di presentasikan
Tasya yang merasa diabaikan tetap terus berusaha mengajak ngobrol.
“Abang, kenapa cuek terus sih? Si eneng cantik ini merasa sedih”, ucap Tasya sambil menunjukkan telapak tangan pada dada miliknya.
“Padahal ya, abang-abang sering Tasya godain aja terus senyun-senyum”, cerita Tasya sambil memandang Denis yang serius membaca.
“iyalah, mereka senyum-senyun dengan gadis gila yang bar-bar kebangetan”, batin Denis yang masih pura-pura membaca makalah.
“Abangnya juga bilang kalau aku itu cantik melebihi kecantikan Cinta Laura”, ucap Tasya yang terus mengoceh dan membuat Denis menggeleng kepala karena kepedeannya setinggi langit.
Denis masih tidak peduli dengan ocehan tasya yang panjang lebar. Ketika akan melanjutkan ocehannya pak Tono datang dan Tasya langsung beranjak pergi meninggalkan ruang kelas milik Denis dengan berpaspasan sama pak Tono dan Tasya memberi salam sambil menyalahkan pak Tono.
“Hallo pak Tono”, sapa Tasya yang diabaikan oleh pak Tono.
“Pak kalau salam di jawab dong”, ucap Tasya dengan santai tanpa rasa takut.
“Pak, kenapa datangnya terlalu cepat sih. Kan Tasya belum mengambil hatinya”, ucap Tasya sambil melirik ke arah Denis membuat pak Tono melototi Tasya. Para mahasiswa yang mendengarkan kalimat yang diucapkan Tasya langsung menggoda Denis di seluruh kelasnya, “Cieeeee”,dengan bersamaan.
“Kamu berani ngatur saya!”, kesal pak Tono.
“Jangan marah terus dong pak lama-lama darahnya naik”, jeda Tasya yang masih di pelototin oleh pak Tono
“Aku saranin pak, obat paling manjur menurunkan kolestrol darah dan darah tinggi. Langsung saja liat yang cantik dan menggemaskan seperti aku. Pasti tuh darahnya lansung turun dan pingsan karena kecantikan aku”, oceh tasya yang membuat para mahasiswa ribut dan Rangga langsung menimbrung perkataan Tasya, “benar tuh pak, bukan hanya pingsan tetapi langsung ke ICU”, teriaknya.
Seluruh mahasiswa tertawa membuat raut wajah pak Tono seram dan seluruh mahasiswa menahan tawanya.
“Tasya segerahlah pergi dari hadapan saya”, jengkel Pak Tono.
“Iya..,iya, aku keluar pak. Bapak jangan marah terus dong lama-lama kusut kulitnya dan masa kejombloan bapak akan lama kayak tiang listrik lho”, ucap Tasya sambil berlalu membuat mahasiawa hanya pasrah menahan tawa.
“Tasyaaaaaaa!!!!!”, teriak pak Tono yang darahnya naik sambil memgang tengkuk lehernya.
Sudah tiga jam berlalu mata kuliah pak Tono yang menegangkan gara-gara Tasya dengan penilaian diperketat membuat seluruh mahasiswa kelimpungan dengan penilaian pak Tono yang semakin sempit. Mereka keluar dengan wajah kusam dan begitu pun dengan Denis yang lelah. Kemudian Denis langsung pergi tanpa menyapa teman-temannya ke rumah. Sesampainya di rumah Denis disuguhkan dengan gelak tawa Alika bersama teman-temannya. Ketika Denis berjalan dan ikut bergabung Alika lansung menyapa, “kok, kakak cepat banget pulangnya?”, tanya Alika yang masih memakan camilan.
“Iya, hari ini cuman ada satu mata kuliah yang sangat melelahkan dan beruntungnya mata kuliah akuntansi di pending di ganti hari lain”, ucap Denis dengan wajah kusamnya.
“Mau aku ambilkan minum?”, tawar Alika
“Ya, mau”, ucap Denis sedikit semangat.
“Kakak mau minum apa?”, tanya Alika
“Enaknya minum apa?”, tanya Denis kembali.
“terserah kakak, ada jus jeruk, air putih, dan..”, ucapan Alika di potong oleh Aminah.
“Air madu aja kak”, ucap Aminah yang ikut menimbrung obrolan Alika dengan Denis.
“Kamu ngomong apaan sih Min”, bisik Raina dengan memukul kepala Aminah, “pletak”, dan Aminah mengaduh sakit, “auch”, sambil mengusap kepalanya yang sedikit sakit.
“Air madu itu segar karena bikin awet mudah. Kan singkatan madu itu adalah masa mudah yang utuh. Apalagi kalau liat yang caem dan cantik kayak aku. Pasti awet mudahnya akan selalu utuh”, ucap Aminah dengan kepedaan sambil tangannya memangku kepalanya kayak chibi.
“Oh ya!”, teriak dua sahabatnya bersamaan.
“Aku akan ambilkan jus jeruk saja”, tawar Alika yang diangguki oleh Denis.
“uhh... ahh”, Denis menghembuskan nafas setelah mendengar kata-kata dari Aminah mirip dengan Tasya di kampisnya, “Tuhan memang adil menciptakan manusia-manusia unik dan terbukti Alika dapat teman yang unik sedangkan aku dapat stalking juga unik”, batin Denis
Denis menikmati tontonan film bersama sahabat-sahabat Alika denagan tertawa sambil mengambil salah satu camilan di meja. Ketika film sudah selesai tiba-tiba Aminah mengajak mengobrol.
“Kak Denis!”, panggil Aminah
“Apa?”, tanya Denis yang masih sedikit lelah
“Kenapa kak Denis bisa lelah karena hanya satu mata kuliah?”, tanya Aminah yang masih memakan keripik.
“saya lelah bukan karena mata kuliahnya yang sulit tapi dosen killernya terlalu pelit memberikan nilai dan ketat terhadap mahasiswanya”, jelas Denis dengan meminum jus jeruk yang di buatkan oleh Alika.
“sesulit itukah dosennya?”, tanya Raina ikut menimbrung obrolan dengan Denis.
“iya, pokonya dosen itu terlalu overprotective terhadap mahasiswanya”, ucap Denis
“kayak ama kekaaihnya saja”, ucap Alika dengan terkekeh.
“ada kok yang sulit jadi mudah, kak”, ucap Aminah sambil meminum air jus mangga. Mereka menengok ke arah Aminah yang penasaran jawabanya. Aminah malah bercanda ketika raut wajah mereka serius.
“Nungguin ya”, ucap Aminah dengan senyum miring.
“cepetan jawab!”,perintah Raina
Amianah menjawab dengan santai, “ tinggal menjalani dan menerima nasib dengan iklas juga jangan lupa berdoa jika tidak bersabar tinggal ditindak lanjuti saja dosen killer karena ada jalan pintas yaitu dukun bertindak dan santet tidak nolak rejeki pasti tuh dosen langsung di bawa ke pak kiaj dan kapok”, ucap Aminah dengan lansung mendapatkan pukulan di punggungnya dari sahabatnya.
“Sakit tahu!”, ucap Aminah dengan mengadu.
“Perasaan aku ngomong salah terus, mending besok aku pindah dengan jari dan isyarat”, cemberut sambil melanjutkan memakan keripik yang tinggal sedikit.
“Dia benar-benar gila sama persis dengan Tasya, aku bayanginnya tidak sanggup jika mereka di satukan akan jadi boomerang”, batin Denis dan beranjak pergi ke kamar meninggalkan Alika dan ke dua temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kan udah di ingetin jangan teriak..🤣🤣🤣
2024-12-26
0
Andayani Ahmat
hahaha, hahaha, tasya ama Aminah sma2 somplk nya..
2021-12-04
0