Jantung Hati Sang Dokter Tampan
Putri Berlian adalah gadis berusia delapan belas tahun yang memiliki paras cantik dan kepintaran yang mumpuni. Meski ia berasal dari keluarga yang sederhana dan terkesan miskin, namun tekadnya yang besar untuk
bisa menempuh pendidikan tinggi tidaklah pudar. Ia berhasil masuk ke universitas bergengsi di kota Jakarta yaitu Universitas Avicenna dengan mengambil jurusan hukum. Ia memilih jurusan hukum karena bercita-cita menjadi jaksa.
Sudah hampir satu semester, Lian, begitu gadis itu dipanggil, berada di kota besar dengan segala hiruk pikuknya padatnya aktifitas kota. Hari ini Lian merasa sangat malas untuk berangkat ke kampus. Bukan tanpa alasan, namun karena beberapa hari lalu dirinya telah terjebak dalam sebuah keputusan yang ia ambil secara terburu-buru.
Ketika melintasi kampus, netranya tertuju pada sebuah sayembara yang tertempel di dinding tentang sebuah proyek dari jurusan kedokteran yang bertema Genius Project. Proyek itu dipimpin oleh seorang profesor bernama Gerald Rayyan. Lian tertarik karena tertulis imbalan yang sangat besar bagi mahasiswi yang terpilih. Tanpa pikir panjang Lian langsung mendaftarkan diri dan ternyata dinyatakan lolos untuk mengikuti tahap selanjutnya.
Awalnya Lian tidak curiga sedikitpun karena proyek itu dilakukan oleh pihak kampusnya. Beruntung dirinya membaca dengan seksama semua lembar perjanjian yang akan ia tanda tangani.
Matanya membulat sempurna ketika melihat poin-poin dalam proyek itu.
"Apa ini?! Mengandung?" seru Lian tak percaya.
"Ada apa? Apa kau keberatan, Nona?" ucap Gerald Rayyan, pria 64 tahun yang rambutnya sudah memutih.
"Tapi, ini adalah proyek dari pihak kampus. Bagaimana bisa proyek tak masuk akal ini bisa terlaksana?"
"Kau tidak perlu tahu banyak soal ini, Nona."
"Aku adalah mahasiswi jurusan hukum. Aku bisa menuntut kalian jika kalian melakukan proyek ilegal seperti ini!" tegas Lian berapi-api.
"Keputusan ada di tanganmu, Nona. Kau akan menyesal jika berani melanggar atau melaporkan tentang proyek ini."
Lian hanya bisa menghela nafas kasar. Ia sadar jika dirinya hanyalah mahasiswi miskin yang mendapat beasiswa untuk bisa berkuliah. Apa jadinya jika kebanggaan orang tuanya sirna karena beasiswanya dicabut? Tak ada pilihan lain selain menyetujui semuanya.
"Sekarang kau boleh pergi. Besok kembalilah kemari untuk penandatanganan kontrak perjanjian kita."
Dengan langkah gontai Lian kembali ke asramanya. Sungguh ia ingin bercerita tentang kegundahan hatinya saat ini pada teman sekamarnya, Riana Dea. Riana adalah mahasiswi kedokteran. Ia pasti mengenal Profesor Gerald Rayyan.
Namun lagi-lagi Lian tak bisa melakukan apapun. Ia sudah berjanji tidak akan membocorkan apapun mengenai proyek ilegal ini. Akhirnya Lian mulai sadar, dirinya terpilih karena memang ia lemah dan miskin. Orang-orang yang berkuasa dengan mudah memanfaatkannya.
Dan disinilah Lian berada sekarang. Ia dihadapkan pada lembaran-lembaran kertas yang harus ia tanda tangani karena tergiur sejumlah uang yang ditawarkan.
"Cepat tanda tangani!" Suara berat pria tua membuyarkan lamunan Lian.
Lian menatap tajam kearah Gerald dan beberapa orang yang bekerja padanya. Mereka semua berpakaian serba putih layaknya seorang dokter.
Lian memejamkan matanya sejenak sebelum ia mengambil bolpoin. Dengan tangan yang bergetar Lian membubuhkan tanda tangannya di kertas perjanjian itu.
Gerald tersenyum puas setelah mendapat persetujuan Lian.
"Baiklah, sekarang ikut dengan mereka. Kau harus melakukan beberapa tes sebelum benih itu tertanam di rahimmu."
Dua orang wanita memegangi lengan Lian dan membawanya pergi dari sana.
"Tunggu sebentar!" ucap Lian menepis tangan kedua orang yang ada disampingnya.
"Apa aku boleh bertanya satu hal?" imbuh Lian.
"Apa?"
"Siapa benih yang akan kau tanam di rahimku?"
Pertanyaan Lian membuat Gerald menarik sudut bibirnya.
"Kau tidak perlu tahu, Nona. Karena setelah kau hamil dan melahirkan bayi itu, kau tidak perlu lagi berhubungan dengan kami. Kau bisa melanjutkan hidupmu dan menggapai cita-citamu menjadi seorang jaksa. Kau tenang saja. Kau masih tetap dinyatakan sebagai perawan meski telah melalui fase hamil dan melahirkan." jelas Gerald.
Percuma saja Lian bertanya. Karena ia tak akan mendapat jawaban apapun. Kini yang hanya bisa ia lakukan adalah berdoa dan berharap jika semua percobaan ini tidak berhasil dan gagal membuatnya hamil.
Hari-hari Lian di isi dengan tinggal di sebuah kamar yang di sebut dengan kamar observasi yang bernuansa serba putih.
"Tempat ini mirip dengan ruang isolasi pasien rumah sakit jiwa. Bagaimana mungkin mereka menempatkanku disini?" gerutu Lian yang tidak bisa melakukan apapun selain hanya diam dan sesekali berjalan keliling kamarnya.
Di hari-harinya dalam kesendirian, Lian sempat terpikir seperti apa pria gila yang memintanya untuk mengandung benihnya. Apakah dia sakit jiwa, atau hanya ingin mempermainkan gadis miskin dan lemah sepertinya?
Dan ketika hari itu tiba, Lian merasa seluruh hidupnya telah runtuh. Masa depannya telah direnggut paksa meski bukan dengan melakukan hubungan intim. Tentu menurutnya ini adalah sama. Karena pada dasarnya ia harus mengandung benih dari seorang pria.
Gerald memerintahkan seorang wanita berpenampilan seperti perawat untuk membius Lian. Setelah satu suntikan, Lian mulai tak sadarkan diri. Tubuhnya lemah dan tak berdaya. Dan disaat itulah benih dari seorang pria bernama Vincent Roy Avicenna dimasukkan kedalam rahim Lian.
#bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
penasaran sm cerita lengkap nya,, soalnya awal denger dari cerita audio
2022-09-14
1
Toni Hartono
novel: ciberem belok kiri bang...
2022-07-26
1
Kidung Mesra
jejak dukungan ya kak ..
2022-01-20
2