Belinda terbangun dari tidurnya di pagi hari dan segera membersihkan diri. Rasa penyesalan yang dalam masih menghinggapi dirinya karena membuat kedua orang tuanya terlibat dalam sesuatu yang tidak jelas siapa dalangnya. Belinda keluar dari kamarnya kemudian menuju dapur dan memasak sarapan untuk keluarganya. Baginya Riana, Patrick dan Kenzo adalah keluarganya. Apalagi setelah mendengar jika kedua orang tuanya dikabarkan meninggal dunia.
Belinda masih belum bisa percaya dengan apa yang dikatakan Hendra kemarin. Bahkan makam kedua orang tuanya saja tidak ada, bagaimana bisa seseorang dinyatakan meninggal? Bisa saja yang sudah terkubur didalam tanah juga bukan jenazah dari orang yang di maksud.
"Selamat pagi, Bels..." sapa Patrick menghampiri Belinda di dapur.
"Pagi, Pat. Kau menginap disini semalam?"
"Yeah. Aku menemani Boy. Bagaimana perasaanmu? Apa sudah lebih baik?"
"Begitulah. Aku akan melupakan masalah kemarin dengan bekerja. Kurasa aku perlu pengalih perhatian agar aku tak terus bersedih."
"Itu bagus, Bels. Tapi kuharap kau tidak memaksakan dirimu."
"Kau tenang saja, Pat. Aku tetap mengedepankan kesehatanku. Oh ya, apa Boy belum bangun?"
"Eh? Sepertinya belum."
"Pat, kau harus menasehatinya agar tidak terlalu memaksakan diri dalam menghadapi misinya. Bagaimanapun juga dia masih anak-anak, Pat. Aku takut kondisinya menurun."
"Jangan khawatir, Mama. Aku baik-baik saja." sahut Boy yang ternyata sudah terbangun.
"Boy? Kau sudah bangun, Nak?"
"Yeah. Aku dan Paman Patrick hanya melakukan apa yang seharusnya menjadi tugas kami, Ma. Mama tenang saja."
"Baiklah, Nak. Mama percaya padamu."
Belinda menata makanan diatas meja makan dibantu oleh Patrick. Tak lama kemudian, dua insan yang tak pernah akur itu ikut bergabung di meja makan.
"Ish, Nona. Kau ini masih single tapi bangunmu siang. Ckckck, mana ada pria yang akan menjadikanmu istri?" celoteh Kenzo menggoda Riana seperti biasa.
"Apa kau bilang? Kurasa juga tidak akan ada gadis yang ingin mendekati pria yang mulutnya seperti cabai setan level 10!" sungut Riana.
"Sudah, sudah. Tidak baik bertengkar di depan makanan." lerai Belinda.
Usai menyantap sarapan, mereka berkutat dengan pekerjaan masing-masing. Boy dan Patrick kembali ke kamar Boy, lalu Kenzo dan Riana pergi bersama ke rumah sakit. Belinda keluar bersama mereka.
"Kurasa kalian sangat cocok jika bersama." ucap Belinda asal.
"Apa katamu, Bels? Aku? Cocok dengan makhluk aneh seperti dia? Dih, masih banyak pria yang mengantri untuk mendapatkanku." Riana menjawab dengan sadis.
"Wah wah, kau sangat percaya diri sekali. Buktinya di rumah sakit saja tidak ada yang ingin berteman denganmu. Kau terlalu galak, Nona." balas Kenzo.
"Astaga! Bisa tidak kalian tidak bertengkar satu hari saja? Kita ada di dalam lift. Oke? Kalian diamlah." Belinda mulai menunjukkan rasa kesalnya.
Tiba di lantai dasar, Belinda berjalan lebih dulu meninggalkan kucing dan tikus yang tak pernah akur itu.
"Bels, kau mau kemana? Bukankah kau akan ikut denganku?" teriak Kenzo.
Belinda tak menghentikan langkahnya. "Aku naik taksi saja!" balas Belinda.
"Ini semua karenamu! Belinda jadi marah." Riana menunjuk Kenzo dengan jarinya.
"Astaga, Nona. Kenapa kau selalu menyalahkanku? Kau sendiri juga selalu membuat masalah denganku!"
"Ish, kalau begitu aku juga akan naik taksi saja seperti Belinda. Aku malas satu mobil dengan pria sepertimu."
Riana segera melangkah pergi. Namun tangannya segera dicekal oleh Kenzo.
"Tunggu, Nona!"
"Ada apa lagi?"
"Maukah kau ikut bersamaku? Aku janji aku tidak akan bertengkar denganmu." Kenzo menunjukkan senyum terbaiknya.
Riana memutar bola matanya malas. "Baiklah. Kau sudah berjanji. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau melanggar janjimu."
"Aku janji. Aku hanya ingin... lebih mengenalmu, Nona."
"Heh?!" Kalimat Kenzo berhasil membuat Riana tersipu malu.
Sementara itu, Roy melihat Belinda menaiki taksi setelah keluar dari apartemen. Roy dengan sigap mengikuti kemana arah taksi itu berjalan. Setelah pertemuannya lagi dengan Belinda saat itu, Roy merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Belinda. Roy merasa memiliki ikatan dengannya.
Roy sudah menyelidiki wanita yang bernama Putri Berlian, namun tak mendapatkan catatan apapun tentangnya. Bahkan catatan di universitaspun tidak ada. Dan itu sangat aneh menurutnya.
Lalu tentang Belinda? Roy juga tak banyak menemukan catatan tentang Belinda. Belinda tercatat sebagai warga negara asing disini. Ia tinggal bersama putranya bernama Boy. Itulah yang membuat Roy merasa aneh. Kenapa putra Belinda bisa memiliki kemampuan luar biasa seperti Roy?
Roy menepikan mobilnya kala taksi yang ditumpangi Belinda juga berhenti di salah satu butik terkenal di kota.
"Jimmy Choo?" Roy mengernyitkan dahinya.
"Jadi wanita itu bekerja dengan Jimmy?" Roy mengenal Jimmy. Tentu saja. Jimmy adalah desainer yang biasa Roy minta untuk merancang pakaian formal miliknya.
Didalam butik, Belinda segera menemui Jimmy dan meminta jadwal yang padat untuknya.
"Ada apa, Bella? Kenapa tiba-tiba kau ingin bekerja lembur? Kita hanya akan melakukan pemotretan seperti biasa."
"Tidak apa, Jim. Aku hanya ingin menghabiskan waktu untuk bekerja. Itu saja." Belinda menjawab seadanya. Ia segera menempatkan diri dan menemui beberapa staf yang akan membantunya. Jimmy Choo memiliki banyak klien penting yang pastinya terdiri dari orang-orang tersohor kota ini.
Beberapa orang staf berbisik-bisik membicarakan seseorang yang baru saja memasuki butik. Belinda ingin tahu apa yang sebenarnya dibicarakan oleh para staf ini.
Belinda melihat sosok Roy yang sedang berada di lantai bawah.
"Astaga! Pria itu! Apa yang dia lakukan disini?Kenapa dia ada dimana-mana? Seperti tak ada tempat lain saja." gumam Belinda.
Belinda tak mempedulikan keberadaan Roy di butik Jimmy. Hingga akhirnya Roy naik ke lantai atas dan menuju tempat Belinda bekerja.
......***......
Boy dibantu Patrick membuat sesuatu yang akan ia berikan sebagai hadiah untuk Belinda.
"Bagaimana menurut Paman?"
"Hmm, bagus. Dari mana kau memiliki ide ini?"
"Entahlah, Paman. Aku hanya takut terjadi sesuatu dengan Mama. Di dalam sini sudah terdapat chip yang bisa mendeteksi keberadaan Mama kalau-kalau terjadi sesuatu dengannya."
"Apa kau merasa ini ada hubungannya dengan Avicenna Group?"
"Bisa saja, Paman. Setelah ini, aku akan membobol pertahanan mereka." Boy memberikan sebuah kotak pada Patrick.
"Tolong simpan ini dan berikan pada Mama."
"Eh? Kenapa harus Paman yang menyerahkannya pada Mamamu? Kenapa bukan kau saja?" Patrick merasa canggung jika harus memberikan kotak itu untuk Belinda.
"Akan terlalu mencurigakan jika aku yang memberikannya, Paman. Katakan saja jika itu untuk menghibur Mama yang sedang bersedih."
"Ah, begitu ya. Baiklah."
"Oke, Paman. Aku akan kembali bekerja." Boy kembali meletakkan jari-jari kecilnya pada keyboard layar datar miliknya.
Sementara itu, Belinda masih melakukan pemotretan dengan terus dipandangi oleh Roy. Tatapan itu membuat Belinda merasa tidak nyaman. Ia pun bicara pada Jimmy.
"Kau mengenalnya, Bella? Dia adalah pelanggan VIP butikku. Aku tidak mungkin mengusirnya."
"Tapi, Jim..."
"Sudahlah, Bella. Tidak ada satu wanitapun yang menolak pesona Vincent Roy Avicenna. Kau beruntung karena dia ingin menemuimu." Jimmy mengerling pada Belinda.
"Dan kurasa itu bukanlah suatu keberuntungan untukku." batin Belinda sambil menatap tajam kearah Roy.
Hingga sesi pemotretan Belinda usai, Roy masih setia disana dan kini malah sedang berbincang dengan Jimmy.
"Astaga! Apa sih yang ada di otaknya? Sebaiknya aku meminta Patrick untuk menjemputku." Belinda meraih ponselnya dan menghubungi Patrick.
Secara kebetulan Patrick juga sedang berada di daerah dekat butik Jimmy. Patrick segera meluncur kesana. Belinda membereskan barang-barangnya dan keluar dengan mengendap-endap agar Roy tidak melihatnya.
Dan benar saja, Roy memang tidak mengetahui jika Belinda kini sudah ada di depan butik dan menunggu Patrick. Namun salah seorang staf Jimmy akhirnya memberitahu jika Belinda telah keluar dari ruang istirahat.
Roy segera berlari mengejar Belinda namun terlambat. Belinda sudah lebih dulu masuk kedalam mobil Patrick dan pergi dari sana.
Roy memijat pelipisnya pelan. "Kenapa dia menghindariku? Padahal aku hanya ingin mengenalnya saja. Kau sungguh menarik, Bella Belinda." Roy menarik sudut bibirnya kemudian ia juga melaju meninggalkan butik Jimmy.
......***......
Tiba di parkiran apartemen, Patrick dan Belinda masih saling diam didalam mobil. Belinda memikirkan kehadiran Roy di tempat kerjanya.
"Pria itu adalah pewaris Avicenna Group. Apa mungkin dia ada hubungannya dengan menghilangnya orang tuaku? Kenapa dia mendekatiku? Apa yang diinginkan oleh pria ini? Putraku atau...?" Belinda sibuk bermonolog dalam hati hingga berulang kali Patrick memanggil namanya, ia tak mendengar.
"Bels..."
"Hah? Apa?" Setelah kesekian kalinya akhirnya Belinda menjawab.
"Kita sudah tiba di apartemen."
"Oh, maaf. Aku pasti melamun tadi." Belinda segera melepas sabuk pengamannya dan akan segera keluar namun dicegah oleh Patrick.
"Umm, tunggu Bels. Ada yang ingin kuberikan padamu." Patrick mengambil kotak kecil seukuran kotak cincin dari dalam sakunya.
"Apa ini?" tanya Belinda.
"Hadiah. Itu hadiah kecil dariku agar kau tak bersedih lagi."
Belinda merasa terharu. "Terima kasih, Pat." Belinda membuka kotak itu dan melihat dua buah jepit rambut yang sangat indah.
"Ini sangat cantik. Terima kasih." Belinda tersenyum.
"Jangan berterimakasih. Mulai sekarang jangan bersedih lagi. Kita pasti akan menemukan semua titik terang dari masalah ini."
Belinda mengangguk.
#bersambung
*Wah, bang Roy mulai bergerak nih. Trus babang Patrick gimana nih? 😵😵
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Senja Merona🍂
boy menghadapi masalah d luar batas usianya
2021-11-12
2
anggita
oke👌 like.,
2021-09-18
1
Little Peony
Semangat selalu Thor ✨✨✨
2021-09-17
1