Lian mondar mandir di dalam apartemen karena cemas memikirkan Boy, putranya. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan Boy. Dulu saat
tinggal di Amerika, Lian sama sekali tidak khawatir karena mereka tinggal di negeri asing. Tapi sekarang, ini adalah rumahnya sendiri namun tak merasa jika ini adalah rumah. Ia masih merasa terpenjara dengan keadaan yang ada.
Tapi Lian juga yakin jika FBI bukan organisasi
sembarangan yang akan memberi tugas pada seseorang yang dianggap tidak mampu. Lagipula putranya di temani oleh agen-agen professional. Lian mencoba berpikir positif.
Bunyi bel apartemen membuyarkan semua lamunan Lian. Ia segera menghambur membuka pintu.
“Boy!” seru Lian dan langsung memeluk putranya.
“Mama? Ada apa?”
“Kau baik-baik saja, Nak?” Lian memeriksa tubuh Boy.
“Aku baik-baik saja. Tadi ada Bibi Riana dan Paman Kenzo disana. Mama tidak perlu khawatir."
“Baiklah. Sekarang bisakah kau masuk ke kamarmu? Ada yang ingin Mama bicarakan dengan Paman Patrick.” Boy mengangguk kemudian segera masuk kedalam kamar.
Sepeninggal Boy, Lian memberi isyarat jika ia ingin bicara di balkon apartemen. Lian menyilangkan kedua tangannya.
“Ceritakan apa yang terjadi!” Suruh Lian.
“Tidak ada yang perlu kukatakan, Nona. Putramu baik-baik saja. Kau lihat sendiri tadi.
Dia…”
“Dia masih anak-anak, Pat. Aku mohon kalian jangan memanfaatkannya. Aku tidak bisa
membiarkan dia terluka.”
“Dia tidak akan terluka, Lian.” Yakin Patrick.
“Kau tidak tahu bagaimana aku bertahan hidup bersama putraku. Aku berjuang sendiri, Pat. Aku tidak bisa membiarkan putraku dalam bahaya meski imbalannya sangatlah besar.” Mata Lian sudah mengembun.
Patrick tidak tega melihat Lian sesedih itu.
“Dengar!” Patrick memegangi kedua bahu Lian.
“Aku janji akan menjaga putramu. Aku akan menjaganya dengan nyawaku.” Patrick berusaha meyakinkan Lian dengan suara yang menenangkan.
Namun bukannya Lian yang merasa tenang, tapi malah Patrick yang terhipnotis dengan tatapan sendu milik Lian.
“Iya, aku percaya padamu,” balas Lian kemudian.
“Terima kasih, Nona,” ucap Patrick tersenyum kemudian berpamitan kepada Lian.
Patrick mengusap wajahnya ketika tiba di mobil. Ia merutuki dirinya sendiri yang tersihir dengan pesona Lian. Wanita muda itu mampu membuat hati beku Patrick mencair setelah sekian lama.
“Ada apa ini? Kenapa tatapan matanya mengingatkanku padamu…” wajah Patrick berubah sendu.
“Tidak! Aku tidak bisa goyah sekarang. Aku sudah berjanji akan menjaga wanita itu. Aku
akan menepatinya.” Gumam Patrick kemudian melajukan mobilnya kembali ke tempat
tinggalnya.
,
,
,
Pagi yang cerah kembali menyambut Lian. Senyuman manis di wajahnya kembali terukir. Kecemasan yang kemarin sempat terbersit di hatinya kini hilang sudah. Ia percaya jika pria campuran bernama Patrick Hensen akan melindungi dirinya dan juga putranya.
Hari ini Boy kembali menuju rumah sakit Avicenna. kini keyakinan Boy semakin besar
untuk bisa bertemu dengan ayah kandungnya. Sudah sejak lama Boy mengantongi identitas pria yang sangat ia yakini sebagai ayahnya.
Vincent Roy Avicenna. nama itu selalu terukir dalam benak Boy. Kali ini rencananya harus berhasil. Seperti halnya kemarin, Boy memiliki satu jam sesi untuk berbincang dengan Zara. Boy mengatakan hal-hal yang akan membuatnya bisa dekat dengan ayahnya.
Dan ternyata usahanya berhasil. Zara membawa Boy ke sebuah tempat yang bisa
membuatnya bertemu sang ayah.
“Silakan masuk, Boy," ucap Zara.
Beberapa petugas polisi yang berjaga tak bisa berkutik karena Zara sudah meyakinkan mereka. Boy memasuki sebuah ruangan dingin yang terdapat satu jasad yang terbaring disana. Tanpa ada rasa takut, Boy mendekati jasad yang sudah terbujur kaku disana.
Boy mengambil sarung tangan medis dan memakainya. Diluar ruangan, Zara dan beberapa polisi memperhatikan Boy dengan berdecak kagum. Boy meneliti sekilas kondisi
jasad tersebut.
“Hei, bocah! Apa yang kau lakukan disini?”
Suara berat seorang pria membuat Boy sedikit terkejut. Boy mengalihkan pandangan menatap pria itu.
“Apa kau tuli? Aku bertanya padamu, apa yang kau lakukan disini? Ini adalah ruang autopsi,” jelas seorang pria yang tak lain adalah Roy.
Boy tersenyum penuh seringai. Papa… Akhirnya kita bertemu juga.
“Aku tahu, Paman. Ini adalah ruang autopsi.
Dan ini adalah sebuah jasad korban dari pembunuhan yang tak terduga di rumah sakit ini," jawab Boy.
“Hah?! Apa maksudmu? Kau anak kecil, mana mungkin kau tahu soal hal-hal seperti ini.”
“Paman terlalu meremehkanku. Jangan melihat buku hanya dari sampulnya saja, Paman. Kita
akan buktikan, apakah deduksiku benar atau tidak.”
Roy mulai meradang menghadapi sikap arogan Boy.
“Deduksi katamu? Kau pikir kau ini seorang detektif? Jangan bercanda! Aku akan memanggil petugaas keamanan untuk mengusirmu.”
“Tenang, Paman. Aku akan mulai sekarang.”
Boy mulai memainkan jari-jari kecilnya ke tubuh kaku didepannya tanpa rasa jijik sedikitpun. Roy tercengang melihat kemampuan pria kecil di hadapannya ini.
Sungguh tak bisa di percaya. Siapa sebenarnya anak ini? Batin Roy bertanya-tanya.
Lima belas menit telah berlalu. Boy menjelaskan deduksinya didepan Roy. Roy masih tak percaya jika anak genius adalah hal yang nyata.
“Jadi kau menuduh salah satu dokter disini telah membunuh pasien ini?”
“Aku tidak berkata begitu, Paman. Paman yang mengatakannya.”
“Lantas apa maksudmu dengan sengaja dibuat tampak seperti meninggal karena serangan
jantung?”
Boy menatap Roy penuh dengan kepuasan tersendiri. Skakmat. Boy berhasil mengalahkan
Roy.
,
,
,
“Bocah sialan! Bagaimana bisa kau membiarkan bocah aneh itu masuk kedalam ruang autopsi?” Roy mengamuk pada Zara.
Zara terkekeh. “Kenapa? Semua yang dia katakan memang benar, ‘kan? Akui saja, Roy!”
“Itu memang benar! Tapi coba lihat dia! Bahkan dia belum bisa melafalkan hurur ‘R’ dengan benar. Dan dia sok-sokan ingin jadi pahlawan sepertiku.” Roy menggeram kesal karena dikalahkan oleh anak kecil.
Zara mendekati Roy dan mengusap dada bidang Roy. “Apa kau tidak melihat jika dia sangat mirip dengan seseorang, Roy.”
Roy mengerutkan dahi. “Siapa?”
“Kau! Dia sangat mirip denganmu. Bahkan dia mengidap Dyslexia sepertimu di usia yang sama denganmu saat itu.”
Roy menatap tajam Zara. “Dia pasienmu, bukan? Apa diagnosamu tentangnya?”
“Iya, dia pasienku. Dia memiliki kecerdasan diatas rata-rata anak seusianya. Dia dikategorikan sebagai anak genius, Roy. Aku yakin dia memiliki riwayat keturunan yang sangat bagus.” Papar Zara dengan mengelus rahang Roy.
Zara sangat merindukan kedekatan ini bersama Roy. “Aku sangat merindukanmu, Roy.”
Zara mengikis jarak diantara mereka berdua. Namun secara tak terduga Roy menolaknya.
“Maaf, aku harus pergi. Ada pekerjaan yang harus kulakukan.” Roy melangkah pergi
meninggalkan Zara.
“Roy!” panggil Zara.
Roy terhenti dan menoleh.
“Bukankah kau mencintaiku?” ucap Zara dengan nada sendu. Ia ingin menarik perhatian Roy agar tidak meninggalkannya.
“Iya. Aku mencintaimu…” balas Roy yang membuat sudut bibir Zara terangkat.
“Tapi itu dulu.” Seketika senyum itu menyurut. “Dulu sebelum kau memutuskan untuk meninggalkanku."
Dan kini Roy benar-benar pergi dari pandangan mata Zara. “Roy!! Roy!!!” teriakan Zara tidak digubris oleh Roy.
,
,
,
“Ben, aku punya tugas untukmu.” Suara berat dan tegas itu adalah milik Roy.
“Apa itu, Tuan?”
“Cari tahu tentang anak yang bernama Boy.”
“Pasien Nona Zara?”
“Iya, siapa lagi! Anak itu sudah berani denganku! Aku ingin tahu seperti apa orang
tuanya!” geram Roy.
“Baik, Tuan. Akan segera saya laksanakan!”
Roy tersenyum penuh seringai diwajahnya.
#bersambung…
*Disleksia adalah suatu gangguan dimana seseorang mengalami kesulitan membaca, menulis, dan mengeja. Disleksia umumnya terjadi pada anak-anak, dan dapat menyerang anak dengan kemampuan intelegensi lebih dari rata-rata. Sampai saat ini penyebab penyakit disleksia masih belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga bahwa factor keturunan berperan besar dalam terjadinya gangguan ini. (source: klikdokter.com)
*Deduksi adalah penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan yang khusus dari yang umum. (Google)
*Autopsi : investigasi medis jenazah untuk memeriksa sebab kematian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Patrish
tambahan pengetahuan... nice👍🏽👍🏽👍🏽
2022-03-21
1
~zha_zhaf°~°
uhhm baru awak aq dah jangtungan deg deg gan.... 💗
bacanya gregetan... bagus ceritanya keren 👍👍
2022-01-15
1
Murni Asih
ceritanya bagus👍
2022-01-09
2