Lian masih terjaga karena memikirkan apa yang dikatakan Patrick siang tadi. Hatinya ragu untuk membagi kenangan masa lalunya. Baginya masa lalu tidak perlu lagi diungkit atau dibicarakan. Karena hanya akan membuatnya terluka kembali.
Riana tak mendapati Lian ada di tempat tidurnya. Kebiasaannya adalah selalu merasa haus di tengah malam. Dan membuatnya harus keluar kamar menuju dapur. Apartemen mewah ini membuatnya nyaman. Sungguh sangat beruntung Lian bisa bertemu orang baik seperti Patrick.
Usai mengambil minum, Riana melihat Lian berdiri di balkon. Matanya menerawang jauh. Ia tahu jika sahabatnya itu pasti sedang banyak pikiran terutama tentang Boy.
"Li, kau belum tidur?" tanya Riana saat menghampiri Lian di balkon.
"Kau terbangun, Ri? Maaf ya."
"Tidak apa. Aku hanya merasa haus. AC kamar kita terlalu dingin. Benar-benar menusuk kulitku. Coba saja ada pria tampan yang memelukku. Ah, pasti terasa hangat." Riana memejamkan mata sambil membayangkan ada pria yang memeluknya.
"Ish, kau ini." Lian menggelengkan kepalanya.
"Sebaiknya kau juga tidur. Jangan terlalu banyak pikiran. Kau tahu 'kan kau bisa membaginya denganku jika kau punya masalah."
"Iya, aku tahu."
Riana kembali menguap. "Kalau begitu aku kembali ya. Besok aku harus berangkat pagi. Ada meeting bersama CEO." Riana mengedipkan sebelah matanya kemudian berlalu.
Hingga pukul empat pagi, Lian masih tak bisa memejamkan matanya. Ia memutuskan pergi ke dapur dan memasak sesuatu untuk sarapan nanti.
Pukul lima pagi Patrick terbangun dan keluar dari kamar Boy. Ya, semalam Patrick menginap di kamar Boy bersama Kenzo. Tapi pria berdarah Jepang itu masih terlelap bersama Boy. Patrick memang terbiasa bangun pagi dan melakukan olahraga lari.
Tapi kali ini pagi harinya sepertinya akan nampak berbeda. Karena ia mencium aroma harum dari arah dapur.
"Kau sudah bangun, Nona?" ucap Patrick sambil berjalan kearah dapur.
"Harusnya aku yang bicara begitu." jawab Lian diiringi senyum manisnya.
"Aku terbiasa bangun pagi lalu berolahraga. Tapi pagi ini, kurasa aku ingin membantumu memasak saja."
Lian tertawa. Patrick sangat menyukai tawa renyah Lian. Gadis itu jarang tertawa. Mungkin karena beban di hatinya terlalu berat.
"Aku juga lumayan dalam hal memasak. Kau jangan meremehkanku." Patrick menggulung sweaternya hingga mencapai siku.
"Baiklah, Tuan Hensen. Kau bisa mulai dengan memotong sayuran."
Mereka berdua memasak dengan kompak sambil sesekali diselingi tawa. Tak lama Kenzo keluar dari kamar dengan tangan menutupi mulutnya yang menguap.
"Astaga! Tidurku jadi tak nyenyak karena mencium aroma sedap dari arah dapur. Wah, apa yang sedang kalian masak?" tanya Kenzo sambil berjalan kearah dapur.
"Hanya sayur capcay dan telor dadar ala masakan padang." jawab Lian.
"Sebaiknya kau mandi dulu. Ayo kita kembali ke kamar!" ucap Patrick dengan menarik tangan Kenzo menjauh dari dapur.
"Tapi aku ingin mencicipinya dulu."
"Tidak bisa! Kau harus mandi terlebih dahulu."
"Ya ampun! Pagi-pagi ada keributan apa ini?" Riana terbangun dengan masih memakai piyamanya dan rambut yang berantakan.
"Hei, Nona. Kau terlihat amat natural dengan penampilan begitu." puji Kenzo dengan mengerling pada Riana. Namun Patrick terus menarik tangan Kenzo hingga tak terlihat karena menghilang dibalik pintu.
Lian hanya menggeleng pelan. "Kau sebaiknya mandi dulu, Ri. Aku sudah siapkan sarapan untukmu."
...***...
Usai sarapan, Riana, Kenzo dan Boy berpamitan dan segera pergi ke rumah sakit. Sementara Patrick dan Lian berada di ruang tengah untuk bicara.
"Baiklah, apa yang ingin kau katakan padaku?" Lian membuka pembicaraan.
Patrick tidak bicara tapi memberikan sebuah surat pada Lian.
"Apa ini?" Lian mengerutkan dahi.
"Bacalah!" perintah Patrick.
Lian membaca dengan seksama dan sesekali mengerutkan keningnya.
"Apa maksudnya ini, Pat?"
"Kau sudah membacanya dengan jelas. Profesor Gerald memintaku untuk menjagamu. Dan juga anak yang sedang kau kandung. Yaitu Boy."
"Hah?! Untuk apa dia melakukan itu?" Lian beranjak dari duduknya dan berjalan kearah balkon.
Patrick mengikutinya. "Itulah yang ingin kutanyakan padamu. Sebenarnya apa hubunganmu dengan Profesor Gerald?"
Lian menatap Patrick. Rasanya sulit untuk membuka luka lama itu.
"Baiklah. Tidak apa jika kau tidak biss menceritakannya. Tapi yang jelas, aku akan melindungimu dan Boy mulai sekarang."
"Sebenarnya apa yang diinginkan oleh orang-orang itu?"
"Kami masih menyelidikinya. Tapi, melihat kondisi Boy yang memiliki kecerdasan luar biasa, kurasa Boy menjadi incaran mereka."
Lian menghela nafas.
"Ikut denganku! Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu."
Tanpa menjawab Lian langsung menyetujui permintaan Patrick.
...***...
Mereka berkendara membelah jalanan ibu kota yang mulai padat. Ketika memasuki ruas tol, Patrick menepikan mobilnya. Lian bingung dengan apa yang dilakukan Patrick, namun ia hanya diam.
"Aku ingin memberikan ini untukmu." ucap Patrick.
"Apa ini?" Lian membuka kotak pemberian Patrick.
Lian membulatkan mata, kemudian menatap Patrick.
"Aku tahu ini terdengar aneh. Tapi, percayalah aku hanya ingin melindungimu."
"Jadi, aku harus mengubah identitasku?"
"Ya, begitulah. Mulai sekarang kau bernama..."
"Belinda! Aku suka, Pat. Terima kasih."
"Yeah. Belinda adalah nama mendiang ibuku."
Lian tersenyum.
"Semua dokumen atas namamu yang dulu sudah dihilangkan. Kini hanya ada nama Belinda saja yang dikenal oleh orang-orang."
"Terima kasih, Pat."
"Dengan begini aku merasa lebih tenang. Baiklah, bisa kita lanjutkan perjalanan?"
"Hu'um." Lian mengangguk. Entah kenapa ia merasa amat bahagia dengan nama barunya.
Mereka melanjutkan perjalanan ke sebuah butik yang cukup besar. Patrick turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Lian.
"Untuk apa kita kesini, Pat?"
"Masuklah dulu, baru kau akan tahu." jawab Patrick.
Patrick membuka pintu butik yang bertuliskan 'Jimmy Choo'. Sangat terlihat jika butik ini menjual pakaian dengan harga fantastis. Lian menelan ludah saat memasuki butik.
Patrick berbincang dengan seorang perempuan kemudian muncullah seorang lelaki dengan setelan jasnya namun dengan gaya yang sedikit kemayu.
"Tuan Hensen!!" seru pria itu.
Patrick hanya membalas sekenanya.
"Apa kabar, Jim?" tanya Patrick mengulurkan tangan.
"Aku baik. Dan... Siapa wanita cantik ini?" pria pemilik butik ini menatap Lian dengan seksama.
"Dia adalah Belinda. Aku dengar kau butuh seorang model. Dan aku ingin meminta bantuanmu agar Belinda bisa bekerja denganmu."
"Apa?!" Lian terkejut. Sungguh ia tak menginginkan pekerjaan sebagai seorang model.
Lian menggeleng pelan.
"Umm, sepertinya ada yang harus kalian bicarakan lebih dulu." ucap Jimmy.
Lian dan Patrick terlibat adu debat yang cukup sengit. Tapi apa yang Patrick usulkan memang benar. Lian kesepian jika hanya menunggu Boy kembali dari rumah sakit tanpa ada kegiatan yang berarti.
Dulu saat di luar negeri, Lian pernah menjadi model kecil-kecilan untuk menghidupi dirinya dan Boy. Kini Patrick memintanya kembali menjadi model. Dan tanpa bisa menolak akhirnya Lian menyetujui hal itu.
Lian dan Patrick kembali menemui Jimmy.
"Bagaimana? Sudah ada kesepakatan?" Jimmy melihat kearah Lian dan Patrick bergantian.
"Ya. Aku bersedia." jawab Lian."
"Oh! Bagus sekali! Tinggi badanmu sekitar 165cm. Standar sih untuk ukuran model. Tapi aku suka bentuk tubuhmu yang ramping. Rambut panjang, kulit putih, hidung mancung, bibir tipis, ah perfect! Kau pasti akan terkenal, Baby..." Jimmy langsung menggamit lengan Lian dan membawanya ke kantornya di lantai tiga.
Jimmy menjelaskan sedikit tentang pekerjaan apa yang akan di lakoni Lian. Lian mengangguk paham.
"Oh ya, siapa namamu? Dari tadi kita belum berkenalan."
"Belinda. Namaku Belinda." Lian mengucap nama barunya dengan lantang.
"Bella? Aku suka nama itu. Bagaimana kalau Bella Belinda. Kau pasti akan beruntung dengan nama itu." kerling Jimmy pada Lian.
"Ya. Semoga saja." Lian tersenyum lega karena kini ia memiliki nama baru dan juga pekerjaan baru.
#bersambung...
*finally sudah UP bab baru ya genks...
semoga suka dan jangan lupa dukungannya 😬😬🙏🙏
*rekomendasi novel untuk hari ini berjudul RaKhania, ini karya mamak ya genks.
buat kalian yang suka dgn genre romance tapi mau yg beda, bisa mampir kesini. ada Action, misteri, thriller, detektif,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
Bella aku suka namanya
2022-09-14
1
Alisyah
Buah jambu
Hewan jangkrik
I love you
Buat mamak cantik
2022-01-08
2
Senja Merona🍂
aku kan jadi tersipu begitu dipuji sama Kenzo ☺
2021-11-11
2