Tiga bulan sudah, Lian dan Boy berada di kota Jakarta. Aktifitas Boy masih tetap seperti biasa. Menjadi pasien bagi Zara dan mendekatkan diri dengan Roy. Hingga saat
ini, Boy belum mengatakan apapun pada Lian tentang Roy. Boy akan mengatur strategi untuk ayah dan ibunya itu ketika kasus tentang Gerald Rayyan mulai
menemui titik terang.
Patrick dan
Kenzo sedang duduk bersama membahas sebuah misi. Kenzo nampak memperhatikan
gerak gerik Patrick. Kenzo berkali-kali membaca surat yang ditunjukkan oleh Patrick.
"Jadi, Profesor Gerald memintamu untuk menjaga gadis itu dan putranya?” Kenzo
berkali-kali menanyakan itu pada Patrick.
“Kupikir FBI
memberikan kasus ini padamu dan Boy karena profesionalitas kerja saja, bukan karena apapun.” Lanjut Kenzo.
“Iya, awalnya kupikir juga begitu. Professor Gerald adalah tipe orang konvensional. Jadi dia lebih memilih menggunakan surat untuk mengatakan maksudnya.”
“Apa yang sebenarnya terjadi tujuh tahun yang lalu, Pat?” Kenzo mengusap dagunya.
“Itu juga yang ingin aku tanyakan." gumam Patrick.
"Apa mungkin Zara melakukan penelitian ini karena dia tahu sesuatu tentang asal usul Boy?”
“Hah? Kenapa aku tidak berpikir hingga kesana? Kau benar juga, Ken. Kalau begitu, itu berarti Boy dalam bahaya. Begitu juga dengan Lian.” Patrick segera meraih ponselnya dan menghubungi orang-orang kepercayaannya. Ia tidak akan membiarkan ada orang yang melukai Boy dan Lian.
.
.
.
-Kediaman keluarga Avicenna-
Suasana makan malam terasa sunyi tanpa ada yang berani bicara lebih dulu. Helena Avicenna,
ibu Roy hanya melirik kearah suaminya dan ayah mertuanya yang sedang hidmat menyantap makanannya. Rencana Helena untuk mengundang Roy pulang ke rumah
kembali gagal.
“Ayah, mau sampai kapan ayah membuat Roy sibuk dengan pekerjaannya dan tidak ada waktu
untuk pulang ke rumah?” Akhirnya Helena berani menyuarakan isi hatinya.
“Kau sendiri tahu jika putramu itu memegang tanggung jawab yang besar sebagai pewaris Avicenna Group.”
“Tapi, Ayah…”
Seketika Dandy Avicenna, ayah Roy memegangi sebelah tangan Helena seraya memberi tanda
jika tidak perlu melanjutkan perdebatan ini. Helena pun terdiam.
Usai makan malam, Helena mengendap-endap ke ruang sepi untuk menghubungi seseorang. Ia
tidak akan tinggal diam lagi mulai sekarang. Sudah cukup waktunya menunggu selama tujuh tahun tanpa kepastian. Dan ketika kemarahannya sudah mencapai puncak,
tiba-tiba ponsel Helena bergetar, sebuah panggilan dari orang suruhannya.
Helena mulai bersemangat kembali.
“Kuharap kau membawa kabar bagus kali ini. Aku tidak akan segan melenyapkanmu jika kau
gagal lagi.”
“Tentu saja, Nyonya. Kali ini saya membawa kabar bagus.”
“Apa itu?”
“Gadis itu sudah kembali, Nyonya.”
“Apa katamu?!”
“Gadis yang Nyonya cari selama tujuh tahun ini sudah kembali ke Negara inidengan membawa seorang anak laki-laki.”
“Anak laki-laki? Apakah anak itu adalah… anak Roy?”
“Saya belum mengetahui soal itu, Nyonya. Tapi, saya dengar anak itu menjadi pasien Nona Zara.”
“Zara? Calon menantuku?”
“Benar, Nyonya.”
“Baiklah,.kau temukan saja gadis itu dan untuk anaknya, aku yang akan mengurusnya.”
“Baik, Nyonya.”
Telepon terputus. Helena tersenyum seringai.
“Baiklah, aku akan menghubungi Zara untuk meminta data-data anak itu.”
.
.
.
“Untuk apa Bibi meminta data-data pasienku?” Tanya Zara saat dirinya bertemu Helena di sebuah café.
“Tidak ada. Aku hanya melakukan apa yang akan menjadi keuntungan untukmu.”
Zara menautkan kedua keningnya.
Wanita tua ini apa benar ingin membantuku? Untuk apa dia meminta data-data Boy? Apa dia juga mencari kebenaran tentang Boy dan ibunya?
“Baiklah, aku akan mengirimkannya pada Bibi. Tapi, ada syaratnya.” Seringai Zara.
“Apa syaratnya? Bibi pasti akan mengabulkannya. Terutama yang berhubungan dengan
Roy.”
Zara tersenyum puas. “Sebaiknya Bibi menepatinya kali ini. Sudah bertahun-tahun aku menunggu. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.”
“Tenang saja, Zara. Kau bisa percaya padaku.”
.
.
.
Patrick mendapatkan informasi dari orang-orang kepercayaannya yang ia minta untuk mengawasi anggota keluarga Avicenna. Ternyata firasatnya benar mengenai Helena
yang ingin mencari Boy dan Lian.
“Helena, kau tidak pernah berubah. Mau sampai kapan kau menjadi orang jahat seperti ini? Apa belum cukup semua yang sudah kau lakukan padaku dan ibuku?” gumam Patrick.
Patrick menerawang jauh. Bayangan akan kesakitannya di masa lalu kembali menyeruak. Sungguh
ia ingin membalas semua kesakitannya itu. Tekadnya kini sudah bulat.
Patrick memutuskan untuk menemui Lian. Mereka berbincang di kafe lantai dasar apartemen.
“Apa ini?” Tanya Lian bingung karena Patrick menyodorkan beberapa lembar kertas.
“Kau baca saja dulu.” Perintah Patrick.
Lian mengernyitkan dahi namun tetap membaca berkas yang Patrick berikan.
“Apa maksudnya ini, Pat?”
“Kau sudah membacanya? Itu adalah berkas keluarga Avicenna.”
“Lalu?”
“Kau yakin tidak mengenal mereka?”
“Hah?!”
Lian memeriksa satu persatu berkas yang ada ditangannya.
“Ini…” Lian menggantung ucapannya.
“Kau mengenal mereka?”
“Tidak!” tegas Lian kemudian memalingkan wajahnya. Sebenarnya ia mengenali satu orang yang ada disana. Foto pria tua yang dulu pernah menemuinya.
“Jangan berbohong, Nona! Atau putramu akan celaka!”
Sontak Lian menatap Patrick tajam. “Apa maksudmu?”
“Wanita yang bernama Helena. Dia sedang mencari tahu soal putramu, Boy.”
“A-apa? Kenapa?”
“Mungkin dia mencari tahu soal masa lalumu. Katakan dengan jujur, Nona. Apa yang kau sembunyikan dari putramu dan dunia?”
Lian mulai tidak suka dengan pertanyaan Patrick.
“Kau! Kau sengaja membuat putraku berada dalam bahaya seperti ini, bukan? Kalian dengan kekuasaan yang kalian miliki sengaja mempermainkan makhluk lemah seperti kami untuk kepentingan kalian sendiri. Putraku masih terlalu kecil untuk ikut masuk dalam masalah orang dewasa. Jadi, aku akan meminta Tuan Webster untuk
mengundurkan Boy dari misi ini. Permisi!”
Lian segera pergi setelah mengungkapkan semua kekesalan dihatinya pada Patrick.
“Tunggu, Nona!” Patrick mencekal lengan Lian.
Lian menepis tangan Patrick. “Apa lagi?” ucap Lian sinis.
“Aku berjanji akan menjagamu dan Boy. Jadi, tolong bekerjasamalah!”
“Apa maksudmu? Kau memang orang yang aneh!”
“Profesor Gerald memintaku untuk menjagamu.”
“Apa?! Professor Gerald?” Lian menggeleng pelan.
“Akan kuceritakan semuanya. Tapi kau juga harus menceritakan apa yang terjadi padamu.”
Lian menatap Patrick. Hatinya sungguh dilemma jika harus menceritakan semua kepedihan yang dialaminya.
Disisi lain, Helena tersenyum bahagia karena berhasil mendapat data tentang Boy. Meski sebenarnya data-data itu adalah palsu karena anak buah Patrick lebih dulu mengganti semua data itu.
#bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
👑Arsy Al'Fazza 🌿
semangat selalu 💕
2021-11-13
3
Senja Merona🍂
zara ini jahat?
aku bacanya kaya siput, maaf ya thor😁
2021-11-10
2
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
makin seru kak
2021-11-09
1