Leonardo sebagai pengendara mobil pertama, ditumpangi Radit, Fauzan, Amelia, Hana, dan Gilbert. Sementara Jiyan, Raka, Steven, Britta, dan Laras menaiki mobil kedua yang dikendarai oleh Lucia. Mereka semua menuju rumah sakit pusat kota.
Belum lama dari lokasi rumah besar Leonardo di pinggir kota pada simpang pertama, mereka sudah berhenti dan melihat ke depan.
"Hm... bagaimana cara kita ke rumah sakit pusat, Tuan?" tanya Lucia melalui walkie talkie ke mobil pertama.
"Yah, bagaimana menurutmu? Di depan kita saja jalan tidak dapat dilewati," jawab Leonardo melalui walkie talkie ke mobil kedua.
Mereka semua melihat pemandangan di depan mobil mereka, jalan yang tertutup runtuhan bangunan gedung tinggi dan tidak dapat dilewati. Mereka berjalan dan melihat simpang lainnya, namun sama seperti sebelumnya. Ada salah satu simpang yang tidak tertutup namun dilihat ke depannya lagi, tidak dapat dilalui karena banyak mobil yang berhenti ditinggalkan di jalan.
"Bagaimana jika lewat jalan ini? Sepertinya kita dapat melewatinya karena daerah ini tidak memiliki gedung tinggi di sekitarnya dan jika tertutup, banyak juga jalur kecil antara bangunan yang dapat dilalui. Namun, jaraknya dari sini 7 kilometer dan akan memperpanjang perjalanan menuju rumah sakit," ujar Steven, menunjukkan laptopnya yang telah diubah menjadi tablet kepada Lucia.
Lucia menyentuh-nyentuh dan menggeser layar untuk melihat jalur-jalurnya menuju rumah sakit. Setelah itu, Lucia menekan tombol walkie talkie yang tertempel di mobil.
"Tuan, sepertinya Steven menemukan jalur yang aman yang dapat dilewati," ujar Lucia.
"Ok, baik, kita ikuti petunjuknya," jawab Leonardo. "Baik, Tuan," ujar Lucia.
"Hei... tunjukkan jalannya," ujar Lucia ke Steven.
"Oki doki... dari sini kita jalan saja terus hingga 5 kilometer," jawab Steven.
Mereka mulai berjalan dengan lambat, karena banyak orang yang lalu-lalang dan juga batu-batu yang berserakan akibat runtuhnya bangunan serta mobil yang terdiam di tengah jalan karena ditinggalkan pemiliknya.
Selama melewati jalan di pinggir kota, mereka terus melirik kiri dan kanan, melihat kota yang hancur akibat tragedi batu besar. Padang rumput yang luas mengelilingi kota tersebut mengeluarkan asap sangat besar di sepanjang yang terlihat. Helikopter membawa air mondar-mandir dari tempat yang mengeluarkan asap tebal.
****************
Setelah berjalan cukup jauh sekitar 3 kilometer, mereka terhenti. Di depan mereka ada sekumpulan militer dan polisi bersenjata lengkap dengan baju anti peluru.
Di sana juga terdapat beberapa kendaraan personel lapis baja, mobil polisi, dan pemadam kebakaran yang menghalangi akses jalan. Mereka diberhentikan oleh para militer tersebut.
"Permisi, nona, kalian ingin ke mana?" tanya anggota militer tersebut kepada Lucia yang mobilnya berada di depan.
"Kami ingin menuju ke rumah sakit pusat," jawab Lucia sambil menghidupkan walkie talkie agar terdengar dengan yang lainnya.
"Oh, kalian ingin ke sana? Tapi kenapa lewat jalur ini? Bukankah ke rumah sakit pusat, kalian dapat lewat ke kanan sini?" tanya anggota militer tersebut.
"Ya, memang bisa, tapi kami sudah dari belakang sana, tapi jalur banyak tertutup runtuhan bangunan dan juga sepertinya berbahaya, jadi kami memutuskan lewat jalur aman menghindari bangunan tinggi," jawab Lucia.
"Ada benarnya juga, melewati gedung bertingkat tinggi memang berisiko tinggi. Baik, kalian boleh melewati jalur ini, tapi kami perlu memeriksa kartu tanda penduduk kalian dulu ya," ujar anggota militer. "Ya, baik, tidak masalah," jawab Lucia.
Mobil pertama mendengar percakapan itu melalui walkie talkie, mulai mengeluarkan kartu tanda penduduk mereka. Tiga anggota militer lainnya menghampiri mobil pertama.
"Selamat pagi, bisa tunjukkan kartu tanda penduduk kalian?" tanya salah satu anggota militer tersebut. "Ya, tidak masalah," jawab Leonardo.
Mereka semua menunjukkan kartu penduduk mereka untuk dilihat dan dipindai keasliannya oleh anggota militer.
"Pak, memang di sepanjang jalur depan ini ada apa? Sepertinya dijaga ketat," tanya Amelia yang penasaran dari dalam mobil.
"Di depan ini, sepanjang jalan sekitar 1 kilometer, kalian akan melewati tempat rumah sakit darurat. Kami membatasi mobil yang lalu-lalang agar tidak berisik dan mengurangi polusi. Mobil kalian ini kan bertipe bahan bakar minyak, bukan listrik," jawab anggota militer.
"Tapi, Pak, apa perlu sampai dipindai kartu tanda penduduk kita?" tanya Gilbert dari dalam mobil.
"Ya, kami perlu, karena beberapa jam terakhir orang-orang mulai marah dan membuat kerusuhan karena ingin diprioritaskan lukanya dan juga beberapa sudah ada yang berusaha mencuri obat-obatan," jawab anggota militer tersebut.
****************
Mereka semua termenung mendengar itu, begitu juga yang berada di mobil kedua yang mendengarnya melalui walkie talkie.
Setelah selesai memeriksa semua kartu penduduk Radit dan teman-temannya, tiba-tiba mereka semua dikejutkan oleh kedatangan mobil offroad yang datang dari arah padang rumput dan menabrak bagian depan kendaraan personel lapis baja yang menutupi jalur.
Anggota militer di sekitar tersentak kaget dan mengarahkan senjatanya ke mobil yang terlihat sangat hancur tersebut.
Salah satu anggota militer mendekati pintu pengemudi kendaraan itu, sebelum hampir sangat dekat, tiba-tiba pintu belakang mobil terbuka dan terjatuh seorang pria.
Orang tersebut berpakaian polisi dan sedang memegang pistol di tangannya. Orang itu berdiri dan melihat sekitarnya, lalu ia sadar bahwa di depannya adalah anggota militer dan mulai berdiri lalu menghampirinya sambil berlari kecil menuju anggota militer terdekat.
Namun, sebelum polisi tersebut ingin berlari, anggota militer tersebut berteriak, "Berhenti, jangan bergerak," sambil mengarahkan senjatanya ke polisi tersebut.
Polisi tersebut sadar bahwa mereka waspada dan mulai menenangkan diri. Lalu ia berkata, "Tolong kami, di sana berbahaya, kami butuh bantuan. Kami telah diserang," ujar polisi tersebut, karena penjelasannya tidak lengkap membuat anggota militer bingung.
Kemudian, semua pintu mobil terbuka, terlihat tiga orang keluar. Dua di antaranya tampak seperti warga sipil dan satunya adalah pemadam kebakaran.
Orang yang berseragam pemadam kebakaran itu dibantu keluar oleh dua warga tersebut. Mereka semua melihat, orang berpakaian pemadam kebakaran itu memiliki luka cukup parah di bagian kakinya.
"Kami butuh bantuan, Pak. Kami diserang sekolompok serigala padang rumput," ujar pemadam itu. Salah satu anggota militer tersebut, yang sepertinya pemimpin pasukan di sana, memerintahkan anggotanya untuk merawat luka mereka karena dia melihat bahwa sepertinya mereka tidak berbohong.
Ketika anggota militer tersebut membantu mereka, tiba-tiba saja terdengar suara raungan serigala dari arah padang rumput. Lucia, dengan instingnya, menyatakan tempat itu berbahaya dan berkata melalui walkie talkie, "Tuan, cepat kita pergi dari sini!"
Leonardo belum siap menginjak gas tiba-tiba saja, beberapa serigala melompat sangat tinggi dan mengarah ke mobil pertama yang membuat kaca mobil depan retak. Lalu, serigala tersebut mengigit ban mobil yang membuatnya kempes.
Lucia yang sudah jalan langsung berhenti. Kepala serigala masuk ke dalam mobil, Radit yang berada di samping Leonardo memegang kepala serigala tersebut.
"Radit, awas!" seru Leonardo sambil mengacungkan pistol ke arah serigala. Radit menoleh ke belakang, menyadarinya, dan memberikan ruang untuk menembak, dan bang!
Beberapa tembakan juga terdengar di sekitar mobil pertama, yaitu dari anggota militer yang menembaki serigala yang berusaha merusak mobil Leonardo.
Tidak sampai di situ, suara raungan makin banyak dan serigala mulai muncul yang jumlahnya cukup banyak. Serigala tersebut menyerang warga yang berdiri di sana. Suara tembakan mulai terdengar di mana-mana.
"Cepat, kalian semua turun lewat sisi kanan mobil!" seru Leonardo, dan lainnya menurut. Leonardo lalu menekan tombol rahasia di mobilnya. Seketika, dua tangkai pegangan seperti koper muncul dari bawah mobil. Leonardo menariknya dan muncul beberapa senjata pistol dan SMG lipat berukuran kecil.
"Cepat ambil! Pilih sesuka kalian," seru Leonardo. Radit dan lainnya sedikit terkejut dan tanpa pikir panjang mengambilnya. Bahkan anggota militer di samping mereka juga terkejut.
Pada mobil kedua di tempat Lucia, mereka juga melakukan hal yang sama.
"Kalian sudah pernah memegang senjata saat wajib militer, bukan? Kalau begitu gunakan pengetahuan itu untuk digunakan saat ini," ujar Leonardo.
Serigala membabi-buta menyerang orang-orang. Anggota militer mengarahkan senjata yang ada di kendaraan personel lapis baja dan menembakinya ke arah para serigala.
Semua yang berada di mobil pertama mundur perlahan dan mendekat ke mobil kedua. Mereka dilindungi oleh tiga anggota militer yang memeriksa kartu tanda penduduk mereka.
Mereka terus menembaki serigala yang bermunculan. Warga di sekitar yang panik berhamburan lari mengarah ke dalam kota.
Mereka semua berhasil berkumpul, dan mereka disuruh oleh anggota militer tersebut untuk mundur ke dalam kota. Namun, tiba-tiba salah satu serigala mendekati mereka dan menatap, lebih tepatnya serigala tersebut menatap Radit. Serigala itu membuka mulutnya dan mengeluarkan semburan api yang mengarah ke Radit.
Semburan itu dihalangi oleh anggota militer dan membakarnya, itu membuat yang lain sangat terkejut. Anggota militer lainnya datang membawa tabung APAR dan menyemprotkannya ke temannya yang terbakar.
Lucia saat itu juga menembak serigala yang menyemburkan api tersebut, lainnya menatap serigala yang tergeletak.
"Apa-apaan dengan serigala ini?" tanya Raka.
"Cepat! Bunuh serigala yang mengeluarkan listrik," teriak salah satu anggota militer. Radit dan lainnya melihat anggota militer yang melawan serigala yang mengeluarkan listrik dari badannya.
Steven melihat sekelilingnya, banyak serigala yang mengeluarkan listrik dan api, lalu berkata, "Ada apa ini? Apakah mereka bermutasi atau sesuatu?"
Melihat kondisi mulai tidak terkendali, Lucia menyuruh yang lain untuk segera cepat mundur ke dalam kota.
Mereka perlahan mundur bersama beberapa anggota militer lainnya yang mengawal mereka, sambil menembaki serigala yang bermunculan, berlarian di sekitar situ yang sambil mengeluarkan api dan listrik.
Namun, tak lama dari itu, tiba-tiba suara raungan terdengar sangat besar, para serigala yang menyerang manusia seketika berhenti menyerang lalu mundur, dan mereka semua hilang dalam pandangan di antara rumput-rumput yang tinggi.
Para anggota militer masih mengacungkan senjatanya karena waspada. Setelah beberapa saat, terdengar di walkie talkie anggota militer yang terdengar oleh Radit dan teman-temannya, "Semua sudah aman, namun tetap waspada," ujar suara dari walkie talkie yang sepertinya perintah dari pemimpin militer di tempat itu.
Mereka semua akhirnya bisa tenang, karena kejadian aneh itu berakhir.
Radit dan teman-temannya mendekati mobil pertama dan berkumpul di sana.
"Bagaimana ini? Mobil yang itu tidak bisa digunakan. Mengganti ban pada saat ini sepertinya mustahil," ujar Leonardo.
Pemimpin pasukan militer yang berada di dekat mereka mendengarnya.
"Katanya kalian ingin pergi ke rumah sakit pusat, bukan? Kami juga ke gedung gubernur, itu dekat dengan rumah sakit itu. Bagaimana kalau pergi bersama kami?" tawar pemimpin tersebut.
"Siapa kamu?" tanya Raka.
"Oh, maaf tidak memperkenalkan diri. Saya Leaf Latif, pemimpin pasukan militer di sini," ujar Leaf sambil membuka helm dan kacamata hitamnya.
Mereka semua menatapnya, lalu Leonardo berkata, "Tapi salah satu kendaraan kami rusak."
"Kendaraan yang rusak itu taruh saja di sini dulu, kalian naik truk kami saja. Bagaimana?" tawar Leaf.
Leonardo menatap Amelia yang sepertinya ragu, "Serahkan saja pada kamu, Leo. Kalau memang berbahaya, tidak usah memaksakan bertemu dengan adikku hari ini," ujar Amelia.
Leonardo menatap muka Amelia yang nampak sedikit kecewa, lalu ia menoleh ke yang lainnya.
Semua tersenyum melihat Leonardo, dan Raka berkata, "Santai saja. Kita semua ok saja."
"Baik, kami akan ikut bersama kalian," ujar Leonardo.
"Keputusan bijak. Baik, kita akan segera berangkat," ujar Leaf dan menjauh dari mereka.
Ketika Leaf akan menjauh, Radit memanggilnya, "Komandan, tolong sampaikan terima kasihku kepada orang yang tadi menghalau semburan api dari serigala ke arahku tadi," ujar Radit.
"Uhmm... ya, akan aku sampaikan. Pasti dia akan senang mengetahui bahwa orang yang diselamatkannya kondisinya baik-baik saja," ujar Leaf sambil tersenyum.
Radit mendengar hal itu ikut tersenyum juga.
****************
Setelah beberapa waktu, mereka mulai berangkat bersama dengan konvoi militer.
Radit, Fauzan, Leonardo, Amelia, Hana, dan Gilbert yang berada di mobil pertama mulai naik ke atas truk pembawa prajurit. Namun, Lucia tidak mau, karena insiden penyerangan tadi membuatnya waspada dan harus terus dekat dengan tuannya. Oleh karena itu, mobil kedua dikendarai oleh salah satu anggota militer, dan Lucia ikut naik bersama truk dengan yang lainnya.
Sekarang mereka menuju Rumah Sakit Pusat melewati kawasan aman yang ditunjukkan Steven kepada Leaf sebelum berangkat.
Karena Steven yang memandu jalan, dia berada di mobil yang berbeda dengan yang lainnya. Dia menaiki mobil lapis baja bersama dengan Komandan Leaf.
Konvoi tersebut terdiri dari lima kendaraan. Paling terdepan adalah kendaraan mobil lapis baja yang diisi oleh empat orang, kedua kendaraan tank personel lapis baja yang diisi oleh delapan orang, ketiga mobil kedua diisi teman-teman Radit dan satu anggota militer total enam orang, keempat adalah truk militer berisi dua belas orang, dan terakhir adalah kendaraan mobil lapis baja berisi empat orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments