Radit yang pingsan di atas gedung dibawa menuju kamarnya. Steven, yang sedang asyik mengotak-atik super komputernya, langsung kaget ketika melihat mereka.
Leonardo membuka pintu kamar Steven dan Radit. Raka, yang menggendong Radit yang pingsan, membawanya ke tempat tidur untuk dibaringkan. Di belakangnya terlihat Hana yang berwajah ketakutan.
"Hei-hei, ada apa ini? Ada apa dengan Radit?" tanya Steven, terlihat panik dan bingung melihat Radit digendong namun tak sadarkan diri.
"Steven, bantu aku singkirkan pakaian ini dari kasur Radit," ujar Raka. Steven tanpa basa-basi langsung menyingkirkan pakaian yang berada di kasur itu. Raka yang menggendong Radit langsung membaringkannya di kasur tersebut.
"Hei, sebenarnya ada apa? Bisa jelaskan?" tanya Steven yang bingung.
"Yah, dia pingsan. Kau tidak lihat?" jawab Leonardo.
"Yah, kalau itu sih aku sudah tahu, tapi apa penyebabnya?" tanya Steven.
"Kami tidak begitu tahu, tapi sepertinya Radit mimpi aneh tentang gambaran masa depan lagi," jawab Raka.
"Gambaran masa depan? Maksudnya?" tanya Steven.
"Oh iya, kamu belum tahu ya," ujar Raka.
"Sebenarnya, Radit itu memiliki keanehan beberapa hari ini. Dia mengatakan kalau dia seperti melihat hal-hal yang terjadi di masa depan," jelas Raka.
"Hah, maksudmu apa?" tanya Steven.
"Kau ini bodoh ya. Jadi, singkatnya dia bisa melihat kejadian di masa yang akan datang," ujar Leonardo.
"Hah!?" ujar Steven dengan kaget. "Wow, wow, wow, cerita fiksi macam apa ini. Ada hal keren di sekitarku tapi aku malah tidak tahu, dan itu terjadi pada teman dekatku," ujar Steven, sedikit kesal karena merasa tidak mengetahui apa pun tentang temannya.
Saat percakapan itu berlangsung, Raka menelpon dokter George. "Yah, menurut kami itu juga keren, dan kami anggap itu hanya sekadar khayalan semata karena mungkin dia habis nonton sesuatu dan jadi begitu. Namun, perkataannya telah benar beberapa kali dan ya itu tidak salah sama sekali. Walaupun ada sedikit yang beda," ujar Leonardo.
"Namun, ada kejadian ketika dia melihat gambaran masa depan yang buruk juga," ujar Raka.
"Buruk? Maksudmu masa depan yang dilihat itu suram?" tanya Steven.
"Ya, dia melihatnya pertama kali waktu ketika dia masuk rumah sakit, lalu seterusnya dia mengalaminya lagi," jawab Raka.
"Lalu, yang seterusnya apa yang dia lihat?" tanya Steven.
"Seterusnya, dia hanya melihat kejadian masa depan beberapa menit saja atau kejadian yang ada di esok harinya. Namun, sepertinya dia hanya bisa melihat kejadian tertentu saja," jawab Raka.
"Hm… seperti itu ya… ini menarik. Dia bisa melihat kejadian masa depannya, dan Radit juga melihat kejadian masa depan yang suram," ujar Steven.
"Sepertinya saat ini kita harus menunggu Radit sadar dan menunggu dokter George untuk mengetahui kejadian ini," ujar Raka.
---
Setengah jam kemudian, dokter George telah tiba di gedung. Leonardo menjemput dokter George ke lantai bawah. Setelah beberapa waktu, dokter George tiba di kamar Steven dan Radit, disusul oleh Amelia, Laras, dan Fauzan yang dipanggil Hana.
"Halo semua, kita bertemu kembali. Kalian sehat?" tanya George.
"Kita baik-baik saja, Dok," jawab Hana.
"Haha, sudah jangan panggil aku seperti itu, panggil saja namaku. Ini bukan di rumah sakit atau tempat formal," ujar George.
"Baik, Dok... eh, George. Ah, itu tidak nyaman dan tidak enak. Panggilan Dokter George memang lebih bagus," ujar Hana.
"Hahaha, dasar kamu ini. Lalu, bagaimana keadaan anak ini?" tanya George, melihat Radit yang tertidur.
"Dia baik-baik saja, Dok... George," jawab Raka. Dokter George memeriksa keadaan Radit, apakah semuanya terlihat baik-baik saja.
"Hm, kalian di sini temannya Radit semua, kan? Mumpung teman-teman Radit sedang berkumpul, kita bicarakan tentang masalah ini," ujar George.
"Masalah mimpi itu?" tanya Steven.
"Ya, masalah itu. Eh, kau siapa? Aku baru melihatmu," tanya George.
"Oh, dia Steven. Teman dekat kami juga," jawab Raka.
"Salam kenal," ujar George, mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Salam kenal juga, Dokter George," jawab Steven sambil bersalaman dengan George.
"Lalu, yang berdiri di pojok sana siapa?" tanya George, menatap Fauzan.
"Salam kenal, namaku Fauzan Sabian Mayesa," jawab Fauzan.
"Jadi kamu dipanggil Fauzan?" tanya George.
"Ya," jawab Fauzan yang spontan menanggapi pertanyaan itu. "Salam kenal, Fauzan," ujar George.
"Ok, sekarang mengenai masalah ini, setelah di rumah sakit, apakah dia mengalami keanehan lagi?" tanya George.
"Ada, kalau tidak salah, dia mengalami tiga keanehan baru," jawab Raka.
"Woah, menarik. Apa saja itu?" tanya George.
"Pertama, setelah kejadian di rumah sakit, dia mendapatkan sebuah mimpi," jawab Raka.
"Mimpi?" tanya George, semakin tertarik dengan topik ini.
"Ya, dia mengalami mimpi. Kalau tidak salah, dia bermimpi tentang kejadian yang akan terjadi besok. Benar, bukan, Leo?" tanya Raka.
"Ya, kalau tidak salah, dia membicarakan soal mimpi," jawab Leonardo.
"Lalu, teruskan," desak George dengan tatapan serius.
"Ya, dia bermimpi tentang hari esok, namun yang terjadi itu semuanya benar," jawab Raka.
"Tidak-tidak, itu salah. Bukankah waktu itu Radit menebak jika ada anak baru yang mendaftar di klub kita itu terdapat dua orang, laki-laki dan perempuan, namun yang terjadi hanya ada Fauzan yang mendaftarkan diri?" tanya Amelia.
"Ya, memang benar, sedikit meleset, tapi dia tahu bahwa ada yang akan bergabung dengan klub kita," jawab Raka.
"Ya, memang benar, sih," akui Amelia, merasa kalah debat.
"Hm, jadi pada dasarnya dia bermimpi tentang kejadian di hari berikutnya, namun sedikit berbeda dengan kenyataannya?" tanya George.
"Ya, begitu," jawab Leonardo.
"Kalau begitu, lanjutkan cerita tentang keanehan itu lebih detail," pinta George.
Di meja komputer Steven, ia menunjuk Fauzan untuk mengarah ke dia. "Hei, namamu Fauzan, bukan?" tanya Steven.
"Hah, iya, kenapa?" jawab Fauzan.
"Kau tampaknya sudah terlibat dengan masalah ini. Kau mengetahui sesuatu?" tanya Steven.
"Hah, tidak. Aku tidak begitu mengetahuinya. Aku saja baru tahu tadi," jawab Fauzan.
"Oh, begitu," ujar Steven.
"Ok, setelah itu, dia bisa melihat kejadian masa depan hanya dalam beberapa menit tanpa tidur atau pingsan dulu," ujar Raka.
"Kalau tidak salah, dia pernah bilang seperti itu padaku. Dia bilang Déjà vu?" ujar Hana dengan sedikit bingung, berusaha mengingat kembali perbincangannya dengan Radit di atap sekolah dulu.
"Hm… Déjà vu? Teruskan," ujar George.
"Ya, dia bilang seperti merasakan suatu kejadian tak terduga dalam beberapa detik, dunia tampak berhenti," ujar Hana.
"Hoh… menarik. Jadi, berhenti maksudmu bagaimana?" tanya George.
"Jadi begini, George, pada saat Déjà vu itu dia seperti mengalami suatu hal aneh. Dunia seakan-akan dalam penglihatannya melambat, dan waktu dunia melambat juga. Kalau tidak salah, dia merasakan 10 detik dunia melambat, namun bagi kita hanya 1 detik saja. Kalian semua ingat, bukan, kejadian saat Radit berhasil membujuk Leonardo untuk mengadakan acara klub kita di sini?" ujar Raka ke semua anggota klub.
"Ya, aku ingat. Kenapa, emangnya?" tanya Leonardo.
"Pada saat itu, kemampuan yang Radit miliki tiba-tiba muncul," ujar Raka.
"Sialan, Radit. Jadi, gue jadi bahan eksperimen dia. Pantas saja ada yang aneh, negosiasi berjalan sangat lancar, seolah-olah dia tahu apa yang aku mau dan seperti sudah direncanakan," ujar Leonardo, sedikit kesal karena telah mengetahui kebenarannya.
"Tunggu, berarti saat kemampuan itu aktif, berarti semua yang Radit ucapkan dan tindakannya ke Leonardo sama semua?" tanya Laras yang sedikit bingung.
"Ya, sepertinya begitu," jawab Raka.
"Hei, Raka, kau paham memang apa yang diucap Laras? Aku saja bingung," ujar Steven yang sedikit bingung.
"Makanya, sering-seringlah belajar dari cerita fantasi," ujar Raka.
"Aku tak ingin mendengar itu dari orang sepertimu yang tak suka membaca buku," ujar Steven.
"Apa tidak ada keanehan lagi saat kejadian itu?" tanya George. Yang lain berpikir keras.
"Hah, ada, kalau tidak salah setiap kejadian fenomena itu Radit terus berkata satu hal, dan dia sering bergumam," ujar Raka, terus berpikir tapi lupa.
"Hmmm… menarik, apa itu?" tanya George.
"Ya, kalau tidak salah, dia menyebutkan seorang wanita," ujar Laras. Mendengar ucapan Laras, George semakin tertarik lagi dengan topik yang sedang dibahas.
"Ya, kalau tidak salah, dia selalu menyebutkan seorang wanita. Aku tidak tahu siapa wanita itu, tapi setiap dia mendapatkan penglihatan di masa depan, pasti dia selalu membicarakan wanita itu," ujar Raka.
"Seorang gadis? Maksudmu salah seorang dari kita bertiga?" tanya Amelia.
"Tidak, bukan dari kalian bertiga. Aku tidak tahu, tapi aku menyimpulkan bahwa seharusnya sampai saat ini kita seharusnya memiliki satu anggota lagi, yaitu gadis itu! Gadis yang akan mendaftar bersama dengan Fauzan, itu harusnya dia!" ujar Raka, sedikit bersemangat.
"Hoh… kau sudah menyimpulkannya, Raka," ujar George.
"Ya, begitulah, soalnya dia seperti begitu terikat dengan gadis itu," ujar Raka.
"Ok, garis besarnya aku sudah tahu. Lalu, bagaimana tentang kejadian hari ini? Apakah ada hal yang aneh?" tanya George. Hana, yang mendengar ucapan Raka, sangat penasaran dengan wanita yang muncul dalam mimpi Radit.
"Yah, ada sedikit yang aneh. Tadi, ketika Radit menatap ke arah langit, lalu dia mengatakan sesuatu tentang batu. Aku tidak begitu tahu, namun tatapan Radit pada saat itu sangat kosong," ujar Raka, yang pernah melihat tatapan Radit seperti itu sebelumnya di masa lalu.
"Mungkin itu karena stres karena dia mengalami kejadian aneh terlalu sering," ujar Amelia.
"Tidak, aku pernah melihat tatapan itu seperti itu dulu. Itu seperti tatapan kosong yang tak memiliki harapan, seakan dia telah melalui hal-hal sulit. Aku sulit mengatakannya, namun kemungkinan apa yang dikatakan Radit mungkin akan benar-benar terjadi nanti," ujar Leonardo, yang juga pernah melihat tatapan itu ketika pertemuannya dengan Radit pertama kali.
Raka menatap Leonardo dan mengingat kejadian mereka bertiga di masa lalu.
Satu jam berlalu, perbincangan mengenai kemampuan Radit yang bisa melihat masa depan dan kengerian yang akan terjadi nantinya berlangsung.
Pada saat berbincang itu, Radit meneteskan air mata. Orang-orang seisi ruangan terkejut melihat Radit yang menangis ketika sedang tertidur. Selang sekitar sepuluh menit, Radit membuka matanya.
"Radit, kau sudah bangun. Apa ada yang sakit?" tanya Hana yang khawatir.
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku," jawab Radit kepada Hana sambil tersenyum.
"Benar kau baik-baik saja? Kau saja menangis saat tidur," ujar Raka.
Radit memegang pipinya untuk memeriksanya dan dia tak menyangka dia akan menangis. Lalu, dia mengusapkan pipinya ke lengan bajunya untuk membersihkan air matanya yang masih sedikit basah.
"Hei, Radit, apa kau bermimpi aneh lagi? Itu sampai membuatmu menangis. Apa ini berhubungan lagi dengan penglihatanmu itu?" tanya Amelia sambil memasang raut wajah sedih.
"Entahlah, aku tidak tahu. Itu mimpi untuk masa depan atau masa lalu yang buruk, tapi aku merasakan rindu terhadap seseorang. Aku bermimpi bertemu dengan seorang gadis, namun aku tidak begitu mengenalnya. Tapi, rasanya sangat dekat dan hangat ketika aku melihat gadis itu. Tapi, ketika aku ingin menuju ke gadis itu, aku tidak dapat meraihnya dan aku terjatuh, seperti terjatuh di lubang kegelapan dan selalu terjatuh, kembali jatuh dan jatuh lagi walau aku terus mengejarnya sampai aku putus asa," ujar Radit dengan raut wajah yang seperti orang pasrah.
Semua seketika terdiam mendengar isi mimpi yang Radit ceritakan. Bahkan Hana menjadi sedikit iri pada gadis yang muncul dalam mimpi Radit.
"Radit, kau sepertinya mengaktifkan kemampuanmu itu saat terjadi suatu kejadian atau event besar yang akan merubah hidupmu. Lalu, saat kau pingsan pertama kali waktu itu, kau menyebutkan kehancuran. Kita bisa menyimpulkan bahwa masa depan dunia adalah masa depan yang tidak menyenangkan. Lalu, saat kau pingsan dini hari ini, kau mengatakan batu, asteroid, komet, dan batu besar ya begitulah. Itu berarti kejadian besar selanjutnya akan terjadi sebentar lagi. Sepertinya itu akan terjadi saat komet besar yang langka itu akan melewati planet ini. Banyak berita tentang itu akhir-akhir ini. Terakhir, kau selalu membicarakan seorang gadis dalam penglihatanmu. Apa dia orang yang berharga bagimu? Siapa dia? Tunanganmu?" ujar George.
Mendengar kata tunangan, Hana sedikit tersentak mendengarnya.
"Bukan. Aku tidak mengenal dia. Aku tidak pernah bertemu dengannya," jawab Radit.
"Hoh, berarti puncaknya pada saat komet itu lewat. Apakah kalian akan mengadakan acara menonton fenomena langka ini bersama?" tanya George.
"Hah, iya... Kebetulan, George, sekalian yang lainnya, saya akan mengadakan pesta kecil pada tengah malam untuk melihat fenomena besar yang bersejarah itu," ujar Leonardo.
"Woah, mantap, Bang!" ujar Fauzan, dan yang lainnya tampak semangat mendengar ucapan dari Leonardo, namun tidak untuk Radit.
“Komet? Minggu ini ada komet? Hah, iya aku lupa memberitahu kalian, dalam mimpi kali ini aku tidak bermimpi seorang gadis itu saja namun juga bermimpi yang lain,” ujar Radit. Yang lain tampak kaget mendengar ucapan Radit.
“Maksudmu?” tanya Steven.
“Jadi dalam mimpiku itu bahwa minggu ini bukanlah puncak untuk melihat komet itu,” ujar Radit dengan muka polos, lalu yang lainnya sontak langsung berteriak bersama, “Apa!” karena kaget mendengar pernyataan dari Radit.
"Tolong jangan bercanda, berita tentang kabar itu sudah beredar di mana-mana sejak minggu lalu. Bahkan peneliti sudah memperkirakannya kapan komet itu lewat," ujar Raka.
"Tidak, aku tidak bohong kok, karena itu dari penglihatan mimpiku," ujar Radit dengan senyum.
Laras memeriksa smartphone-nya dan membuka situs berita astronomi terkenal. "Ah...benar, Loh!" ujar Laras dengan suara lantang keras.
"Hah? Ada apa, Laras?" tanya Amelia yang penasaran.
"Ini lihat, Mel. Yang dikatakan Radit benar, sepertinya ada kesalahan perhitungan," ujar Laras yang menunjukkan smartphone-nya ke Amelia.
Yang lainnya dengan refleks langsung membuka situs astronomi atau berita astronomi terbaru untuk mengecek kebenarannya.
Dokter George yang melihat kejadian itu secara langsung tertawa keras, karena tidak menyangka bahwa kejadian aneh yang belum pernah dia lihat semasa hidupnya muncul di hadapannya.
"Ini menarik! Menarik sekali! Radit, kau menarik Sekali! Kau sangat membuatku tertarik," ujar Dokter George dengan senang dan semangat anehnya. Yang lainnya melihat Dokter George dengan pandangan aneh. Itu seperti melihat seorang ilmuwan gila yang baru saja menemukan kejadian menarik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments