Planet Terra pada era tahun 2117 telah diluluhlantakkan oleh batu besar misterius yang tidak diketahui asal-usulnya sejak dahulu kala.
Seluruh dunia dilanda kekacauan amat parah yang pernah terjadi setelah Perang Dunia ke-3, bahkan disebutkan dalam sejarah di masa depan bahwa jumlah orang yang meninggal akibat tragedi itu mencapai setengah dari penduduk dunia dan korban luka-luka tercatat terbanyak sepanjang sejarah.
Namun, apakah fenomena itu berhenti sampai di situ saja? Tentu tidak. Itu masih terus berlanjut.
Radit dalam tidurnya mendengar suara dan melihat di depannya putih berkabut, namun di balik kabut tersebut ada seorang berdiri.
Hampir seluruh tubuhnya tertutup kabut putih tersebut, namun mulutnya terlihat dan dia berkata, "Sudah dekat, akhirnya kita akan bertemu kembali, jangan lupakan jati dirimu. Aku menunggumu di sana," ujar sosok misterius tersebut yang tersenyum. Namun, Radit menyakinkan bahwa dia adalah gadis misterius yang ada di tebing sebelumnya.
Setelah sosok misterius itu berhenti berbicara, kabut tersebut mulai sepenuhnya menutupinya, lalu hempasan angin tiba-tiba mengarah ke Radit.
Di pagi hari, jam 08.00 AM, Radit terbangun dari tidurnya setelah insiden tadi malam pada Bab sebelumnya. Radit perlahan membuka matanya, di samping tempat tidurnya ada Raka dan juga Hana.
"Hei, kau sudah bangun," ujar Raka.
"Apa ada yang sakit?" tanya Hana.
Radit menatap Hana dan masih linglung, mencoba melihat sekitarnya apa yang terjadi saat ini.
Ternyata dia terbaring di kasur lantai, namun masih banyak orang lainnya yang terbaring dan beberapa dari mereka penuh dengan perban.
"Di mana aku?" tanya Radit sambil membangunkan diri.
"Kita sudah ada di salah satu rumah milik Leonardo," jawab Raka.
"Di mana lainnya?" tanya Radit.
"Lainnya sedang membantu pengungsi lainnya," jawab Hana.
Radit yang mendengar itu mulai beranjak berdiri dari tempat tidurnya. "Boleh aku keluar?" tanya Radit.
"Ayo, ikuti aku," ujar Raka dengan wajah tidak terlalu senang.
Radit dan Hana mengikuti Raka dari belakang.
Selama perjalanan keluar rumah yang besar itu, dia melihat banyak orang sangat sibuk. Bahkan salah satu ruangan terlihat seperti tempat dilakukan operasi darurat.
Sepanjang berjalan di lorong rumah banyak orang yang duduk lemas dan kebingungan. Bahkan suara tangisan terus terdengar sepanjang lorong tersebut.
Mereka telah tiba di ruang depan aula utama. Radit melihat banyak sekali orang-orang yang tertidur di sana dan penuh luka.
Beberapa orang berdiri di samping mereka berpakaian putih yang diselimuti banyak darah, sepertinya mereka adalah dokter yang membantu korban terluka.
Mereka mulai berjalan menuju keluar rumah melewati aula utama yang penuh dengan banyak korban luka.
****************
Mereka telah keluar dari rumah besar milik Leonardo itu.
Radit menatap sekitar, kondisinya lebih parah ketimbang di dalam rumah. Banyak sekali orang yang penuh luka terbaring di tanah yang hanya dilapisi kain tipis.
Suara sirine masih terdengar di mana-mana.
Tim medis dan relawan mondar-mandir kesana-kemari untuk merawat korban luka yang terus berdatangan.
Bahkan salah satu tim medis yang berlari menuju ke dalam rumah tidak sengaja menyenggol Radit karena saking terburu-buru, sepertinya orang yang berlari tersebut adalah tim medis ahli bedah umum yang berlari menuju ruang operasi.
Kemudian Radit mulai menatap ke atas dan melihat gedung-gedung yang hancur. Bahkan salah satu yang dia lihat adalah gedung yang benar-benar hancur sampai runtuh dan rata dengan tanah.
"Ayo ikut aku, untuk bertemu dengan yang lainnya," ujar Raka lalu berjalan menuju ke sebuah tenda. Radit melihat-lihat tenda yang dituju Raka.
"Itu tempat kantin darurat, ayo kesana untuk makan," ujar Hana sambil memegang tangan Radit dan menariknya.
Sesampai di sana, Radit melihat sekitar kantin darurat itu, lalu tiba-tiba terdengar suara teriakan kecil, "Hei Radit, sini!" ujar suara tersebut. Radit menoleh ke arah suara tersebut ternyata itu adalah suara Steven.
Radit mendekati Steven yang sedang memainkan laptopnya. Di sana juga ada Jiyan dan juga Britta yang sedang duduk makan. Radit dan Hana langsung mendekati mereka, sementara Raka mengambil beberapa makanan.
Setelah Radit duduk, Jiyan berkata, "Kau sudah bangun! Apakah tidurmu nyenyak?" ujarnya.
"Haha... nyenyak kok," ujar Radit sambil tersenyum kecil.
"Kalian semua baik-baik saja?" tanya Radit.
"Ya kami baik-baik saja, bahkan lihat saja Steven, laptopnya saja baik-baik saja," ujar Britta seperti menyindir Steven.
"Hei laptop ini sangat berharga, tanpa ini aku tidak bisa melakukan apa pun," ujar Steven.
"Memangnya dengan laptopmu apa saja yang sudah kamu lakukan?" tanya Raka yang datang sambil membawa makanan di kedua tangannya dan meletakkannya di atas meja lalu duduk dan berkata, "Makan roti ini Radit, yang kanan rasa coklat dan yang kiri rasa srikaya," ujar Raka.
"Kau ini orang, baru bangun, harusnya dikasih air putih dulu," ujar Hana beranjak dari tempat duduk dan mengambil botol minum, lalu memberikannya ke Radit. "Terima kasih," ujar Radit. Hana hanya membalasnya dengan senyumnya.
"Berkat laptop super canggih yang aku rakit sendiri ini, kita bisa berhubungan dengan banyak orang, ketika jaringan komunikasi sibuk dan koneksi internet melamban. Bahkan orang-orang di rumah Leonardo ini sangat berterima kasih padaku," ujar Steven dengan bangga menyebutkannya.
"Ya... ya, kontribusimu sangat hebat," ujar Raka yang tidak terlalu peduli.
"Oh iya, kalian berbicara tentang Leonardo? Omong-omong, di mana dia?" tanya Radit.
"Ada apa? Kamu kangen denganku?" ujar Leonardo yang datang bersama Lucia.
"Oh kau! Eh... ada apa dengan tanganmu?" tanya Radit kaget melihat tangan kanan Leonardo dipenuhi perban.
"Ah ini... hanya luka saat kita terpental tadi malam itu," ujar Leonardo yang berbohong.
"Eh serius? Sepertinya aku lihat tidak separah itu," ujar Radit.
Lucia yang kesal mendengar ucapan Radit berkata, "Kau ini ya! Tuan terluka gara-gara melindungi kamu, tau!" ujar Lucia sangat marah.
Leonardo yang mendengar Lucia berbicara seperti itu kaget, begitu juga dengan Radit.
"Tuan bilang ke kamu suruh diam, tapi kamu malah menjauh dari mini bus, dan akibatnya lihat apa yang terjadi. Tuan terluka karena berusaha melindungi kamu dari serangan serigala," ujar Lucia yang marah kepada Radit.
"Lucia, diam," ujar Leonardo.
"Tapi Tuan, kau harus jujur agar orang bodoh ini tidak sembrono," ujar Lucia.
"Lu... ci... a...sudah kubilang diam," ujar Leonardo menatap Lucia.
"Ya Tuan, maafkan saya. Hanya terbawa emosi melihat orang bodoh ini," ujar Lucia menundukkan kepalanya.
"Itu benar, Leo?" tanya Radit merasa bersalah.
"Hah... dasar... sudahlah, biarlah yang berlalu tetap berlalu. Jika kau merasa bersalah, terus ingat saja bahwa kau memiliki hutang nyawa kepadaku," ujar Leonardo.
Radit mendengarnya mengangguk, "Ya, terima kasih telah menolongku," ujarnya. Mereka semua duduk bersama kecuali Amelia, Gilbert, dan Laras yang masih membantu lainnya.
"Oh iya, Steven, apakah tanganmu sudah baik-baik saja?" tanya Leonardo.
"Hm... oh, ini? Tidak apa-apa kok. Kata dokter, jangan mengangkat beban berat dulu dan jangan memaksa sesuatu dengan tangan kiri saja, kalau tidak retakan tulang akan semakin parah. Tapi ini keren ya, aku seperti mempunyai tangan robot," ujar Steven melihat tangannya yang dibalut mesin penyangga tangan mekanik.
"Hei, jangan main-main, nanti retak di tanganmu malah makin parah," ujar Gilbert yang datang dan bergabung dalam percakapan.
"Oh Gilbert, sudah selesai?" tanya Britta.
"Ya, sudah selesai. Aku disuruh istirahat dan bergantian dengan lainnya," jawab Gilbert.
"Bagaimana dengan Fauzan, Amelia, dan Laras?" tanya Steven.
"Mereka sedang mencuci piring-piring kotor, mungkin habis itu mereka ke sini," jawab Gilbert.
Mereka saling berbicara satu sama lain, Radit membuka smartphone miliknya dan melihat banyak pesan masuk. Setelah diperiksa, ternyata banyak pesan masuk dari adik angkatnya. Dia langsung sadar tentang bagaimana keadaan keluarganya saat ini.
"Hei, aku harus bertemu dengan keluargaku," ujar Radit berdiri tiba-tiba.
"Radit, tenang. Aku sudah mengatasinya. Semua sudah mengungsi di tempatku, semua baik-baik saja, kecuali adik laki-laki Amelia," ujar Leonardo dengan wajah murung ketika menyebutkan adiknya Amelia.
"Kenapa dengan adiknya Amelia?" tanya Radit.
"Wilayah perumahan mereka terkena jatuhan puing-puing. Lalu, puing-puing itu jatuh di sebelah rumah mereka, yang mengakibatkan ledakan dahsyat. Akibat ledakan itu, hempasan panas keluar. Adiknya saat itu tidak berada di dalam rumah dan terkena hempasan panas itu, dan membuat dia terkena luka bakar serius," jawab Amelia.
Radit terkejut mendengar kabar itu. "Sekarang dia berada di mana?" tanya Radit.
"Sekarang dia berada di rumah sakit pusat kota, bersama dengan keluarganya," jawab Leonardo.
"Leo, ayo kita ke sana," ujar Amelia yang baru saja tiba bersama Laras.
"Amel, Laras, kalian sudah selesai?" tanya Britta.
Amelia dan Laras duduk dan bergabung dengan percakapan. "Kau memang sudah siap melihatnya?" tanya Leonardo.
"Ya, ayo," jawab Amelia.
"Baik, siapa yang mau ikut?" tanya Leonardo. Semuanya mengangkat tangan.
"Cih, dasar kalian ini memang sukanya jalan-jalan ya. Ayo, ikuti aku," ujar Leonardo beranjak dari tempat duduknya.
****************
Semua mengikuti Leonardo. Mereka menuju garasi rumah tersebut yang berada di lantai dasar tanah. Untuk masuk ke dalam garasi tersebut, harus menggunakan kata sandi.
Lalu mereka masuk dan melihat banyak kendaraan. "Woah, Leo, seleramu boleh juga ya," ujar Raka yang melihat-lihat mobil mewah modern.
"Tidak, ini bukan milikku. Ini milik salah satu kerabatku, dia mempunyai hobi mengkoleksi mobil-mobil mewah besar dan kuat," ujar Leonardo.
"Lucia, kendarai mobil SUV itu. Jiyan, Raka, Steven, Britta, dan Laras naik kendaraan itu juga. Sedangkan aku naik SUV ini dengan Radit, Fauzan, Amelia, Hana, dan Gilbert," ujar Leonardo.
"Tunggu, memang kau bisa mengendarai mobil? Dan memangnya kau sudah punya SIM mobil?" tanya Laras.
"Tentu bisa, dan lagi pula siapa yang akan menilang kita di saat dunia sedang dilanda kekacauan? Lagi pula kita ini ke rumah sakit, bukan ke kantor polisi," ujar Leonardo.
Mereka semua menaiki mobil masing-masing dan menuju lokasi rumah sakit tempat adik Amelia dirawat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments