Syarat menjadi murid Leonardo dengan cara melawan Steven sudah dilalui oleh Gilbert, Jiyan, dan Britta. Mereka semua berhasil melalui dan diterima oleh Leonardo.
Setelah itu, mereka pergi untuk mandi di tempat yang sudah disiapkan Leonardo, begitu juga dengan kedua pelatih tersebut. Mereka pun juga ikut dengan lainnya untuk mandi bersama. Waktu telah menunjukkan pukul 03.30 PM.
Mereka telah tiba di lantai tempat untuk mandi, yang merupakan lantai khusus untuk tamu VIP. Ruangan pemandian itu sangat besar. Setelah mereka berpisah, perempuan ke pemandian khusus perempuan dan laki-laki ke pemandian khusus laki-laki.
Di dalam ruangan pemandian laki-laki:
"Bagaimana keadaanmu, Jiyan? Sudah baik-baik saja?" tanya Radit, memandang Jiyan yang membuka loker untuk menaruh pakaian. "Ah, ini sudah baik-baik saja kok, tenang saja," jawab Jiyan sambil membuka bajunya.
"Woah, Leon, Raka, kamu punya bekas luka di punggung. Kalian tampak seperti pria gagah yang penuh luka. Bekas luka apa itu?" tanya Fauzan yang penasaran.
Fauzan sangat terkagum melihat kedua bekas luka itu. Bekas luka Raka tampak seperti terkena sayatan di punggungnya, sedangkan Leonardo seperti bekas terkena tembakan di pinggangnya.
"Ah... ini cerita lama," jawab Raka.
"Tidak baik menanyakan itu," sahut Leonardo.
"Ah, iya maaf-maaf, aku hanya penasaran, karena bagiku itu tampak keren," ujar Fauzan.
Radit menatap Leonardo dan Raka, dia tampak mengingat-ingat kejadian dulu. Steven juga menatap Leonardo dan Raka dan berkata, "Apa para perempuan mengetahui luka itu?" tanyanya.
"Aku tidak tahu, sepertinya tidak," jawab Raka.
Setelah pembicaraan kecil itu, mereka mulai masuk ke dalam pemandian. Mereka membasuh badan mereka terlebih dahulu sebelum mulai berendam di dalam bak mandi yang besar dengan air hangat.
"Nanti ke pondok menggunakan mini bus ya," ujar Leonardo.
"Ya, terserah, kuserahkan semua masalah kepada si paling kaya," jawab Steven.
"Radit, kau akhir-akhir ini biasa saja, apakah keanehanmu sudah tidak muncul lagi?" tanya Leonardo.
"Kau mengatakan itu aneh, membuatku menjadi benar-benar orang aneh," jawab Radit yang merasa dianggap orang aneh.
"Lah, emang iya kan?" ujar semua serempak kecuali Gilbert dan Jiyan yang bingung dan tidak mengetahui apa-apa.
"Kalian tenang saja, tidak ada yang aneh kok akhir-akhir ini," jawab Radit.
"Emangnya aneh kenapa si Radit?" tanya Jiyan yang penasaran.
Raka menatap Radit seolah ingin mengatakan apakah boleh tentang itu dikasih tahu ke Gilbert dan Jiyan.
Radit yang melihat tatapan Raka, mengerti apa maksudnya dan mengangguk untuk memberi izin untuk menceritakan masalah tentangnya.
Raka dan yang lainnya menceritakan masalah yang telah dilalui Radit secara detail. Gilbert dan Jiyan menyimaknya dengan seksama. Beberapa waktu terlewati untuk memberitahu tentang itu.
Mereka beranjak dari bak mandi tersebut dan keluar dari tempat itu, kecuali para pelatih yang masih ingin lebih lama di dalam.
****************
Di sisi lain, di tempat pemandian perempuan:
Mereka sudah di dalam bak mandi. Amelia menatap Hana dan mendekatinya, kemudian memeluknya dari belakang.
"Hana... bukankah kulitmu semakin halus, putih, dan kencang?" tanya Amelia.
"Ah... Amel... kau sedang apa sih... ini masih seperti kemarin," jawab Hana, berusaha melepaskan diri dari pelukan Amelia.
"Dasar wanita pembohong, ayo ceritakan padaku apa resepnya, terutama bokong ini sepertinya semakin membesar," ujar Amelia sambil memegang bokong Hana yang berada di bawah air.
"Hyaaa... baik-baik aku kasih tahu tapi tolong lepaskan aku dulu," ujar Hana yang pasrah dan malu.
"Hah... sudahlah, ceritakan saja dulu," ujar Amelia, melepaskan tangannya dari bokong Hana.
"Ahm... itu, aku tidak kasih tahu Radit untuk rutin melakukan squat jumps, glute bridge, dan banded side steps," ujar Hana yang malu-malu.
"Owh... kau cukup agresif ya Hana, menanyakan hal-hal seperti itu ke Radit. Kalian sudah berpacaran?" tanya Amelia masih memeluk Hana.
"Hah... pa... pacaran gak kok, kami belum pacaran, la... la... lagian saran itu merupakan saran olahraga, dia juga kasih tahu gerakan lainnya," jawab Hana yang panik dan malu.
"Hm... dasar wanita pembohong!" ujar Amelia yang meremas bokong Hana.
Hana langsung berteriak, "Kyah..." Laras, melihat itu, perlahan menjauhi mereka berdua. Amelia yang melihat Laras ingin melarikan diri langsung mendekatinya dan berkata, "Mau lari ke mana kau, dada besar?" ujar Amelia. "Kyahh..." ujar Laras yang panik tertangkap oleh Amelia dan meremas dadanya.
"Apa-apakah tekstur ini, kayanya semakin besar saja. Kau membuatku iri," ujar Amelia sambil meremasnya. Laras yang menjadi korbannya hanya terdiam.
"Dada sebesar ini mungkin Steven akan senang jika melihatnya secara langsung. Kau juga senang bukan jika diliriknya?" ujar Amelia.
"Kyah... ah... kenapa kau bawa-bawa nama Steven, dia biasa saja kok melihatku," jawab Laras.
"Kau sama seperti Hana ya... padahal kamu senang dan tersenyum jika dia melihatmu, apalagi ke dada ini. Dasar wanita pembohong," ujar Amelia semakin agresif meremasnya. Laras berusaha kabur dari genggaman Amelia dan akhirnya berhasil.
Hana dari belakang bersiap melakukan balas dendam dan berkata, "Jadi bagaimana kamu dengan Leonardo! Badanmu ini lebih cabul dari aku dan Laras, tau Mel!" ujar Hana, menangkap Amelia dari belakang.
"Eh, kenapa aku juga?" ujar Amelia.
"Laras, bantu aku interogasi dia!" ujar Hana. Laras, melihatnya, langsung ikut dan meraba-raba tubuh Amelia.
Britta, yang melihat mereka bertingkah, tersenyum dan tertawa. Tiga perempuan yang sedang asik saling meraba itu berhenti seketika dan melihat Britta yang tertawa, lalu mereka tersenyum melihatnya. Mereka bertiga mendekati Britta.
Britta yang menyadari bahwa dia dalam bahaya, mulai beranjak dari bak mandi itu, namun gagal.
Ketika setengah badannya sudah keluar, Britta menaiki tangga kecil untuk keluar dari bak mandi, kakinya dipegang oleh Amelia. "Mau ke mana kau, sini ikut bersenang-senang dengan kami," ujar Amelia dengan mata berbinar.
"Tidak, terima kasih, kalian saja yang nikmatin," jawab Britta yang panik. Hana dan Laras memegang pinggang Britta dan langsung menariknya ke dalam bak mandi besar itu lagi.
Beberapa waktu terlewati, para perempuan telah selesai berendam.
****************
Laki-laki tampak sudah keluar dari pemandian lebih dulu dan sedang bersantai-santai di ruang tunggu depan, kemudian diikuti oleh perempuan.
Para laki-laki terpesona melihat para perempuan yang baru saja selesai mandi. Pada saat itu, Radit memandang Hana, memandangi rambutnya yang baru dikeringkan dari belakang. Seketika itu, kejadian aneh mulai kembali terjadi.
Radit, yang sedang menatap Hana dengan kepincutan, berkedip dan keadaan sekitarnya berubah. Dia melihat dan sadar bahwa ada seorang gadis di samping Hana. Sekarang tampak sangat jelas bahwa itu adalah gadis berambut silver.
Gadis itu nampak bercanda tawa dengan Hana, namun suaranya tidak terdengar. Setelah itu, dia menghadap Radit dan mendekatinya. Ketika dia mulai dekat dengan Radit dan ingin berbicara, keadaan kembali normal.
Radit termenung berdiri dan menatap Hana di depannya yang sedang berbicara dan menatap dirinya.
Amelia melihat Radit termenung melihat Hana, lalu ia membisikan sesuatu kepada Hana. Amelia sepertinya menyuruhnya untuk menggoda Radit yang termenung melihatnya. Lalu setelah bisikan itu, Hana menoleh ke belakang, melihat Radit dan mendekatinya, lalu berkata, "Radit, apakah ada yang aneh dengan rambutku?" tanya Hana dengan muka tersipunya.
Nampaknya Hana sadar bahwa Radit tampak aneh, dia seperti tidak sadar kalau dia ada di depannya. Itu membuat Hana sangat khawatir.
Hana langsung berteriak, "Radit!" Orang lain langsung menatap Hana yang berteriak. Radit seketika sadar dan menatap muka Hana yang khawatir.
Radit sangat kebingungan, gadis yang di depannya seharusnya adalah gadis berambut silver, tapi tiba-tiba berubah menjadi Hana. Radit sadar bahwa dia baru saja mengalami fenomena aneh lagi.
Raka melihat Radit seperti orang linglung, mendekatinya, menepuk pundaknya, lalu berkata, "Kau baik-baik saja? Ayo, duduk dulu." ujar Raka.
Radit yang mendengarnya menurutinya dan duduk. "Fauzan, tolong pesan minuman susu hangat di mesin minuman itu," ujar Raka.
Fauzan mendengar itu langsung menuju ke mesin minuman otomatis dan membeli susu kaleng hangat.
Setelah selesai membeli susu kaleng hangat, ia menuju ke Radit dan memberikannya. Semua mulai berkumpul di sekitar Radit.
"Kau baik-baik saja kan?" tanya Hana yang khawatir. "Ya, aku baik-baik, maaf ya kalian semua jadi khawatir," jawab Radit kepada Hana dan semua.
"Jangan sungkan begitu, kami semua selalu ada di sampingmu, Radit," ujar Steven sambil tersenyum, dan yang lainnya juga tersenyum kepada Radit.
"Radit, apa kau mengalami fenomena aneh itu lagi?" tanya Leonardo. "Ya, itu terjadi lagi barusan," jawab Radit.
Britta yang belum mengetahui apa-apa bertanya, "Fenomena aneh? Fenomena apa?" tanyanya.
Raka meminta Laras untuk menjelaskan kejadian Radit kepada Britta.
Ketika Laras sedang menjelaskan kejadian Radit kepada Britta, Leonardo bertanya kepada Radit, "Apa yang kamu lihat sekarang?" tanyanya.
Radit terdiam sesaat dan mulai berkata, "Saat aku melihat Hana, tiba-tiba keadaan sekitar berubah, dan aku menatap Hana lagi menyadari bahwa di samping Hana ada gadis lainnya." jawab Radit.
"Apa itu gadis yang sebelumnya di mimpi dan kejadian sebelumnya?" tanya Raka.
"Aku tidak tahu, karena sebelumnya tidak jelas, namun sekarang semuanya lebih jelas. Dia adalah gadis berambut silver yang ada di dekat pondok itu," jawab Radit.
"Gadis silver di pondok?" tanya Raka.
"Ah itu loh bang... yang tempo hari ketika liburan sekolah kita ke pondok Leonardo, siang harinya kita ke padang rumput luas dan ketika pulang kita membantu mobil yang rusak dan semua yang ada di sana itu perempuan semua," cerita Fauzan.
"Oh, yang itu ya," kata Leonardo, semua tahu hal itu kecuali para perempuan, Steven, dan anggota klub bela diri yang tidak ada saat itu.
"Oh ya... ya, aku tahu dia, gadis yang serba warna putih itu ya. Yah, dia antara lainnya memang sedikit mencolok sih," ujar Raka.
"Lalu setelah itu apa kelanjutannya?" tanya Steven.
"Setelah itu, gadis tersebut mendekatiku dan ketika dia hampir dekat denganku dan ingin berkata sesuatu, semua kembali normal," jawab Radit.
"Hmmm... begitu ya," kata Leonardo.
"Apa perlu kita panggil dokter George?" tanya Laras yang telah selesai menjelaskan dengan singkat tentang fenomena aneh Radit.
"Kurasa tidak usah, kita juga tahu gadis misterius itu adalah dia," ujar Raka.
"Ya, yang tahu itu kan cuma kalian berempat saja," kata Amelia.
"Hahaha... kami juga sudah melihat mukanya, mungkin suatu saat akan bertemu lagi. Lagipula lihat, Radit tampak baik-baik saja," ujar Raka.
"Ya, aku baik-baik saja, aku sudah bisa berdiri, lihat ini," ujar Radit dan mulai berdiri sambil menghabiskan susu kaleng hangatnya.
Di balik keceriaan mereka dan kecemasan dengan Radit, hanya Hana yang tampak tidak senang Radit bertemu dengan perempuan yang mirip dengan dalam kasus fenomenanya.
Semuanya tersenyum melihat Radit, lalu Leonardo berkata, "Ok, hari sudah menunjukkan jam 05.15 PM. Ayo kita ke parkiran dan pergi ke pondok," ujarnya sambil berjalan menuju pintu keluar ruangan pemandian.
Mereka semua melihatnya dan mengikutinya menuju lift untuk ke parkiran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments