Nawala

Paramita terlebih dulu menjawab pertanyaan Arya Pethak dengan cepat.

"Aku tidak apa apa Kakang,

Berandal mesum itu sudah tewas aku bunuh", ujar Paramita sambil tersenyum simpul. Cucu Begawan Tirta Wening itu dengan sigap memasukkan senjata nya ke sarungnya.

"Baguslah kalau begitu,

Sekarwangi kau baik baik saja?", Arya Pethak mengarahkan pandangannya pada putri Patih Kediri itu segera.

"Kau tenang saja Kakang Pethak,

Aku masih mampu menjaga diri", jawab Sekarwangi alias Si Ragil Kuning dengan senyum manisnya.

"Aku tidak apa-apa Ndoro,

Tenang saja. Kalau cuma cecunguk seperti mereka, aku masih mampu menghajarnya", ujar Klungsur dengan gaya sok nya.

Sementara itu, Gajah Wiru alias Pendekar Pedang Merah hanya tertegun sejenak sebelum sebuah tepukan tangan Arya Pethak membuyarkan lamunannya.

"Kau kenapa saudara Wiru?

Ada yang mengganjal pikiran mu?", tanya Arya Pethak sambil tersenyum tipis.

"A-ah tidak saudara Pethak,

Aku hanya tidak menyangka bahwa kau ternyata sakti mandraguna seperti ini. Aku jadi malu sendiri mengaku pendekar di depan mu", jawab Gajah Wiru dengan terbata-bata.

"Kau terlalu merendah, saudara Wiru.

Ilmu beladiri mu tinggi. Kalau bertarung melawan mu, belum tentu aku bisa mengalahkan mu dengan mudah", sahut Arya Pethak sambil berjalan mendekati kudanya. Segera putra angkat Mpu Wira itu melompat ke atas punggung kudanya diikuti oleh Paramita, Sekarwangi alias Si Ragil Kuning, Klungsur dan Gajah Wiru alias Pendekar Pedang Merah. Mereka segera meninggalkan tempat itu menuju ke arah barat.

Memasuki wilayah Pakuwon Sendang di barat wilayah Anjuk Ladang, rombongan Arya Pethak sampai di sebuah desa di antara dua sungai kecil yang bernama Desa Grantingan.

Saat memasuki tapal batas desa, mereka di cegat oleh dua orang anak buah jagabaya desa.

"Hai orang asing,

Berhenti kalian!", hardik seorang lelaki bertubuh kekar dengan kumis tebal melintang di pipinya.

Arya Pethak segera menarik tali kekang kudanya diikuti oleh para pengikutnya. Kuda kuda mereka seketika berhenti. Segera Arya Pethak melompat turun dari kudanya diikuti oleh Pendekar Pedang Merah dan Klungsur, sementara Paramita dan Sekarwangi tetap di atas kuda masing-masing.

"Permisi kisanak,

Kami pengembara dari jauh. Mohon ijin untuk melintas di desa ini. Kami dalam perjalanan menuju Kurawan", ujar Arya Pethak dengan sopan santun.

Si lelaki bertubuh gempal dengan kumis tebal itu menatap Arya Pethak dari ujung rambut hingga ujung kaki. Untung saja mereka sempat membersihkan diri setelah pertarungan melawan anak buah Lembu Pangenggar tadi, jadi penampilan mereka tidak mencurigakan.

"Ya sudah jalan lagi,

Kalian boleh lewat", ujar lelaki bertubuh gempal itu dengan isyarat kepala.

Arya Pethak segera tersenyum tipis dan dengan santun dia berbalik arah menuju ke arah kudanya. Laki laki tampan itu segera melompat ke atas kuda nya dan segera memacu kudanya melewati jalan desa Grantingan menuju ke arah Kadipaten Kurawan.

Sepanjang perjalanan terasa lalu lalang orang ramai di kawasan jalan raya menuju Kadipaten Kurawan. Selama pemerintahan Yuwaraja Kertanegara di Kadiri, kemajuan memang terasa meningkat. Puluhan desa di bangun untuk memekarkan wilayah agar penduduk semakin makmur. Apalagi kini setelah Kertanegara menjadi Raja di Singhasari, terasa sekali upaya untuk memakmurkan rakyat di wilayah wilayah Singhasari.

Di batas hutan kecil di barat sebuah desa yang baru di bangun, Arya Pethak bersama Sekarwangi, Paramita, Gajah Wiru dan Klungsur berhenti di samping sungai kecil yang ada disana.

Klungsur langsung memandikan kuda tunggangan nya sementara yang lain sibuk membuka perbekalan. Tadi Sekarwangi alias Si Ragil Kuning sempat berbelanja di pasar desa Grantingan sebelum melanjutkan perjalanan.

Di bawah sebuah pohon besar yang rindang, mereka berempat segera duduk bersama dan membuka buntalan kain berisi makanan. Lalu bersantap bersama dengan tenang.

Usai makan siang bersama, air minum perbekalan mereka di habiskan oleh Klungsur karena dia makan sambil minum. Tidak terbiasa makan makanan kering katanya.

"Kau ini bagaimana to Sur? Bisa-bisanya kau habiskan air minum kita semua.

Aku haus ini. Kau harus tanggung jawab", hardik Sekarwangi dengan kesal.

"Lha itu ada air sungai Ndoro Putri, bekas tadi memandikan kuda. Tak ambilkan kalau Ndoro Putri mau", ujar Klungsur dengan mimik wajah tak bersalah. Dia yang asal ngomong tidak menyangka kalau itu membuat Ragil Kuning marah besar.

"Dasar kurang ajar!

Kau berani menyuruh aku minum air bekas mandi kuda? Sudah bosan hidup kau rupanya", Sekarwangi yang geram langsung melompat ke arah Klungsur hendak menghajar nya. Namun belum sempat dia mendekati Klungsur, tangan kekar Arya Pethak lebih dulu menghentikan gerakannya.

"Tahan Gusti Putri. Jangan terbawa amarah. Tenang dulu", ucap Arya Pethak sambil mencekal lengan Sekarwangi.

"Tapi dia kurang ajar, Kakang..

Akan ku beri pelajaran dulu dia biar bisa menghargai aku", sergah Sekarwangi yang mendapat gelengan kepala dari Arya Pethak.

"Sudah cukup Gusti Putri. Klungsur memang begitu, tidak berpendidikan dan kurang tahu sopan santun.

Sekarang Gusti Putri tenang dulu. Akan aku carikan air untuk minum", ujar Arya Pethak yang membuat Sekarwangi mengurungkan niatnya untuk menghajar Klungsur. Meski masih dongkol, perempuan cantik itu memilih untuk duduk di samping Paramita sambil mendelik tajam ke arah Klungsur.

Klungsur yang ketakutan langsung mengikuti langkah Arya Pethak berjalan masuk ke dalam hutan kecil itu untuk mencari air minum.

"Tunggu Ndoro, aku ikut", teriak Klungsur yang setengah berlari mengejar Arya Pethak.

Mereka berdua terus masuk ke dalam hutan. Di balik tebing, mereka menemukan pohon pisang yang tengah berbuah matang juga beberapa pohon kelapa yang lumayan tinggi.

"Ndoro,

Kita sikat saja pisang itu. Lumayan untuk bekal perjalanan nanti", ujar Klungsur yang segera mengeluarkan wedung dari balik pinggangnya.

"Ya kamu tebang saja. Sepertinya ini tumbuh liar Sur", ucap Arya Pethak yang membuat Klungsur segera bergerak ke bawah pohon pisang. Dengan sigap, dia menebas batang pisang itu dengan sekali ayunan wedung nya.

Crrhaassss..

Batang pohon pisang langsung roboh. Sebelum tandan pisang itu menyentuh tanah, dengan cekatan Klungsur menangkap nya.

Haaappph...

Sementara Klungsur asyik mengurusi pisang matang, Arya Pethak mendekati pohon kelapa yang lumayan tinggi itu.

Sekali sentak, sebuah tendangan keras kearah batang pohon kelapa itu membuat beberapa buahnya rontok. Karena hanya kelapa tua yang jatuh, Arya Pethak mengambil sebuah kerikil di tanah. Dengan cepat, ia melemparkan batu kerikil itu ke sebuah tandan kelapa yang masih muda.

Crrheesssshhh!

Kuatnya lemparan batu kerikil dari Arya Pethak yang di lambari tenaga dalam tingkat tinggi langsung memotong tandan buah kelapa. Buah kelapa setandan penuh jatuh kearah Klungsur yang tak menyadari bahaya yang datang.

Arya Pethak berkelabat cepat menyambar tandan kelapa itu sebelum mengenai kepala Klungsur.

"Ladalahh Ndoro Pethak,

Nyaris saja kepala ku remuk di timpa kelapa itu. Ndoro Pethak dendam ya pada ku?", gerutu Klungsur yang kaget setengah mati melihat kelapa yang nyaris saja menimpa kepalanya.

"Kan belum Sur,

Aku bisa memastikan kog kalau kamu akan baik baik saja selama bersama ku", ujar Arya Pethak sembari tersenyum simpul melihat Klungsur yang ketakutan.

Arya Pethak lalu memuntir satu buah kelapa muda itu dari tangkainya kemudian dengan memakai telunjuknya, dia melubangi buah kelapa muda.

Jleeeeppppph!

Arya Pethak langsung meminum air kelapa muda itu untuk menghilangkan dahaganya.

Klungsur langsung melotot lebar melihat kemampuan majikannya. Buru buru dia ikut memuntir satu buah kelapa muda dan mengikuti langkah Arya Pethak.

Thhhuuuuukkkh..

"Waaadddduuuhhhh sakiiitt", rintih kesakitan Klungsur.

"Kenapa kau Sur?", tanya Arya Pethak sambil tersenyum simpul.

"Ini Ndoro, Klungsur haus. Pengen ikut minum air kelapa muda", jawab Klungsur sambil meringis menahan sakit pada jari telunjuknya.

"Sini bawa kemari", ujar Arya Pethak sambil tersenyum. Klungsur langsung menyerahkan buah kelapa muda di tangan nya pada Arya Pethak.

Dengan cepat, Arya Pethak segera menusukkan jari telunjuknya ke buah kelapa muda. Lalu memberikan buah kelapa muda yang sudah bolong itu pada Klungsur.

Raut muka Klungsur langsung cerah seketika. Dengan terburu-buru dia langsung meminum air kelapa muda itu.

"Aahhh segarnya...", ujar Klungsur usai menenggak habis air kelapa muda yang di dapatnya.

Mereka berdua segera keluar dari dalam hutan kecil itu seraya membawa barang bawaan yang mereka dapatkan.

Sekarwangi langsung sumringah melihat kedatangan Arya Pethak yang membawa setandan kelapa muda, begitu pula Paramita yang juga tengah kehausan.

Siang hari itu mereka melepaskan rasa dahaga dengan air kelapa muda.

Usai menata kembali perbekalan dan kuda kuda mereka telah kenyang makan rumput, rombongan Arya Pethak melanjutkan perjalanan.

Hingga hari hampir menjelang senja, mereka belum sampai ke desa terdekat.

"Kita terpaksa mencari tempat untuk bermalam di hutan ini. Sebelum hari semakin bertambah gelap, sebaiknya kita segera berhenti", ujar Arya Pethak sambil menarik tali kekang kudanya. Keempat orang yang mengikuti nya segera mengikuti langkah Arya Pethak.

Di samping beberapa pohon rindang dengan tambi besar, mereka memilih tempat itu sebagai tempat mereka bermalam. Usai mengikat tali kekang kuda pada semak belukar, Arya Pethak dan Gajah Wiru bergegas mencari bahan makanan untuk makan malam sementara Klungsur mencari kayu bakar untuk membuat api unggun. Sementara itu Sekarwangi dan Paramita menata tempat untuk mereka beristirahat.

Setelah beberapa saat kemudian, Arya Pethak dan Gajah Wiru kembali dengan membawa 5 ekor ayam hutan yang gemuk-gemuk. Klungsur juga tiba dengan membawa seikat besar kayu bakar kering.

Senja yang kemerahan mulai berganti malam yang gelap. Kelelawar mulai keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Burung burung malam pun mulai bergerak mencari mangsa mereka. Suara riuh jangkrik dan belalang membuat suasana menjadi sepi dan sunyi. Meski bulan sabit menggantung di langit barat, namun mendung tipis terlihat mengambang di angkasa.

Arya Pethak tengah membolak-balik ayam hutan bakarnya diatas api unggun yang berkobar di tiup semilir angin di awal musim hujan.

Bau wangi ayam hutan bakar menarik perhatian sekelompok orang berpakaian prajurit yang tengah bergerak dari ujung jalan.

"Gusti Tumenggung,

Sepertinya ada orang yang tengah beristirahat di ujung jalan sana. Apa perlu kita mendekati mereka?", tanya seorang kepala prajurit berpangkat bekel sambil menunjuk kearah api unggun yang terlihat dari kejauhan.

"Kita coba dekati mereka, jika perampok pasti mereka tidak akan berani menyalakan api unggun.

Perintahkan para pengiring kita untuk bergerak kesana", perintah seorang lelaki bertubuh gempal dengan jambang lebat dan kumis tebal.

Dia adalah seorang punggawa Kadipaten Kurawan yang bernama Tumenggung Jaran Gandi, pengurus keprajuritan yang memiliki kuasa besar di bawah Senopati.

Telinga Arya Pethak yang peka membuat lelaki tampan itu segera menoleh ke arah suara langkah kaki para prajurit Kurawan yang mendekati mereka.

"Permisi Kisanak,

Boleh kami ikut berdiang di api unggun kalian?", tanya Bekel Menjangan Kalung yang membuat seluruh anggota rombongan Arya Pethak terkesiap karena kaget kecuali Arya Pethak yang masih terlihat tenang.

"Silahkan kisanak,

Masih ada cukup banyak tempat bagi kalian semua untuk berdiang disini. Tapi maaf kami tidak bisa berbagi makanan karena hanya ini yang kami punya", jawab Arya Pethak sambil mengulurkan ayam hutan bakarnya pada Paramita yang ada di dekat nya.

Mendengar jawaban itu, Bekel Menjangan Kalung mengangguk mengerti dan menoleh kearah Tumenggung Jaran Gandi yang masih berada di atas kuda nya. Perwira tinggi prajurit Kurawan itu segera melompat turun dari kudanya dan berjalan menuju ke dekat perapian. Dengan tenang nya, Tumenggung Jaran Gandi duduk di atas sebuah batu. Bekel Menjangan Kalung pun mengikuti langkah sang perwira tinggi dengan duduk bersila agak sedikit di belakang. 15 prajurit yang mengawal pun segera ikut bergabung dengan mereka.

"Kalau boleh tau, kalian ini siapa dan mau kemana?", tanya Tumenggung Jaran Gandi dengan suara berat namun berwibawa.

"Kami ini pengelana dari jauh, Kisanak..

Melihat dari pakaian yang kisanak kenakan, sepertinya adalah prajurit.

Bolehkah kami tau siapa kisanak ini?", tanya Arya Pethak dengan sopan.

Hemmmm..

"Kau cerdas juga rupanya. Aku Tumenggung Jaran Gandi, perwira prajurit dari Kadipaten Kurawan. Aku baru saja dari Anjuk Ladang diutus Gusti Adipati Lembu Panoleh.

Kau sendiri belum memperkenalkan diri. Siapa nama mu, anak muda?", Tumenggung Jaran Gandi menatap ke arah Arya Pethak.

"Rupanya kami berhadapan dengan punggawa Kadipaten Kurawan.

Mohon maaf jika tidak sopan sebelumnya. Hamba Arya Pethak, yang berbaju kuning itu Sekarwangi, yang ini Paramita, yang itu Klungsur dan yang duduk di sana itu Gajah Wiru, Gusti Tumenggung.

Kami datang dari Kotaraja Kadiri ingin ke kota Kurawan", ujar Arya Pethak sambil menghormat pada Tumenggung Jaran Gandi.

Perwira tinggi prajurit Kadipaten Kurawan menatap lekat lekat wajah Arya Pethak dan para anggota rombongan nya. Api unggun yang mengecil membuat Klungsur menambahkan kayu kering ke perapian hingga api unggun membesar kembali.

"Mau apa kalian ke Kadipaten Kurawan, Arya Pethak?", tanya Tumenggung Jaran Gandi dengan suara penuh selidik. Sudah barang tentu menanyakan tujuan para pengelana yang hendak ke Kurawan menjadi hak sang perwira tinggi prajurit Kadipaten Kurawan itu.

Arya Pethak menghela nafas panjang sejenak sebelum berbicara. Terlebih dahulu dia melirik ke arah Sekarwangi alias Si Ragil Kuning sebelum bicara. Melihat anggukan kepala halus dari Sekarwangi, Arya Pethak segera tersenyum tipis sebelum bicara.

"Kami diutus oleh Patih Kadiri untuk menyampaikan Nawala pada Gusti Adipati Kurawan, Gusti Tumenggung"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hai kakak semuanya..

Arya Pethak dan kawan kawan hadir lagi menemani hari kakak semuanya..

Semoga semuanya sehat selalu ya..

Selamat membaca kak 😁😁😁

Terpopuler

Comments

Sogol Shinko

Sogol Shinko

tinggal kadal loreng yg belum🤣🤣🤣

2024-01-19

0

irfan caul

irfan caul

Menjangan pun ada🤣🤣🤣

2023-09-10

0

irfan caul

irfan caul

Hai Orang Asing, siapakah siapa Namamu.
Hai Orang Asing, darimanakah darimana asalmu🤣🤦🏿‍♂️

2023-09-10

0

lihat semua
Episodes
1 Korban Kutukan Ketujuh
2 Wafatnya Apanji Tohjaya
3 Tapa Ngalong
4 Ajian Tapak Brajamusti
5 Sudah Saatnya
6 Ujian Pertama Topo Ngrame
7 Dewa Obat dari Selatan
8 Perjalanan
9 Pencuri Kuda
10 Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11 Sapu Tangan Merah
12 Ajian Lembu Sekilan
13 Tugas Dari Patih Pranaraja
14 Jagoan Kampung
15 Sepasang Pisau Racun
16 Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17 Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18 Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19 Nawala
20 Hantu Desa Karangan
21 Hantu Desa Karangan 2
22 Jimat Lulang Kebo Landoh
23 Iblis Golok Pucat
24 Kenapa Buru-buru Pergi?
25 Hutan Kali Mati
26 Racun Ular Kuning
27 Nyamuk Pengganggu
28 Ajian Badai Laut Selatan
29 Tiga Gadis Desa
30 Walet Merah
31 Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32 Murid Perguruan Pedang Setan
33 Katumenggungan Kurawan
34 Katumenggungan Kurawan 2
35 Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36 Pertapaan Giri Lawu
37 Ajian Mata Dewa
38 Tiga Resi
39 Keributan di Warung Makan
40 Dewi Ular Siluman
41 Perguruan Pedang Perak
42 Malaikat Maut Mu
43 Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44 Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45 Melawan Si Mata Malaikat
46 Anjani
47 Penginapan Kembang Sore
48 Penginapan Kembang Sore 2
49 Delapan Setan Pencabut Nyawa
50 Sayembara
51 Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52 Begawan Pasopati
53 Karawitan Langen Sari
54 Kisah Masa Silam
55 Menuju Ke Kadiri
56 Pengemis Tapak Darah
57 Pengemis Tapak Darah 2
58 Misteri Gunung Penanggungan
59 Nyi Ratu Bulan Darah
60 Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61 Batu Inti Naga
62 Kekuatan Baru
63 Ratapan Di Tengah Hujan
64 Giliran
65 Selamatkan Rara Larasati
66 Dua Putri Lurah Lwaram
67 Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68 Dendam Kesumat
69 Persetubuhan Setan
70 Ajian Iblis Neraka
71 Kutuk Pasu
72 Dalang
73 Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74 Senjata untuk Klungsur
75 Rampok Bajing Ireng
76 Pertarungan Dua Wanita Cantik
77 Tolong Aku
78 Curahan Hati Sang Putri Adipati
79 Rajapati Pisau Perak
80 Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81 Menuju Saunggalah
82 Istana Atap Langit
83 Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84 Ajian Halimun
85 Di Kaki Gunung Pojoktiga
86 Uji Kemampuan Beladiri
87 Uji Kemampuan Beladiri 2
88 Uji Kemampuan Beladiri 3
89 Uji Kemampuan Beladiri 4
90 Uji Kemampuan Beladiri 5
91 Pendekar Muda Nomer Satu
92 Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93 Lembah Seribu Bunga
94 Balas Dendam
95 Sinar Rembulan
96 Setan Dari Neraka
97 Utusan
98 Dedemit Desa Randublatung
99 Kadipaten Bojonegoro
100 Kitab Pusaka Sabda Buana
101 Resi Mpu Dharma
102 Iri Hati Sang Ibu Tiri
103 Delapan Malaikat Pembunuh
104 Berebut Perahu Penyeberangan
105 Bajak Laut
106 Adipati Arya Wiraraja
107 Cinderamata Dari Pulau Madura
108 Penunggang Kuda di Tengah Malam
109 Menuju Kotaraja Singhasari
110 Nyi Lapat dan Rukmini
111 Sirep
112 Pendekar Sabit Berdarah
113 Sepasang Pedang Gunung Kawi
114 Gorawangsa
115 Pertarungan Tiga Bidadari
116 Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117 Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118 Jodoh Masa Kecil
119 Rencana Selanjutnya
120 Rahasia Nyi Sekati
121 Prajurit Gelang-gelang
122 Selir
123 Gembel Tua Berseruling Perak
124 Kitab Ilmu Seruling Neraka
125 Kawan Seperjalanan Baru
126 Anak Buah Raden Ronggo
127 Pertapaan Sapta Arga
128 Resi Candramaya
129 Musuhnya Musuh Adalah Teman
130 Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131 Kematian Akuwu Surenggono
132 Supit Urang
133 Menggempur Kota Wengker
134 Menggempur Kota Wengker 2
135 Kota Wengker Jatuh
136 Adipati Warok Singo Pethak
137 Siasat Raden Ronggo
138 Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139 Perang Akhir
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Korban Kutukan Ketujuh
2
Wafatnya Apanji Tohjaya
3
Tapa Ngalong
4
Ajian Tapak Brajamusti
5
Sudah Saatnya
6
Ujian Pertama Topo Ngrame
7
Dewa Obat dari Selatan
8
Perjalanan
9
Pencuri Kuda
10
Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11
Sapu Tangan Merah
12
Ajian Lembu Sekilan
13
Tugas Dari Patih Pranaraja
14
Jagoan Kampung
15
Sepasang Pisau Racun
16
Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17
Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18
Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19
Nawala
20
Hantu Desa Karangan
21
Hantu Desa Karangan 2
22
Jimat Lulang Kebo Landoh
23
Iblis Golok Pucat
24
Kenapa Buru-buru Pergi?
25
Hutan Kali Mati
26
Racun Ular Kuning
27
Nyamuk Pengganggu
28
Ajian Badai Laut Selatan
29
Tiga Gadis Desa
30
Walet Merah
31
Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32
Murid Perguruan Pedang Setan
33
Katumenggungan Kurawan
34
Katumenggungan Kurawan 2
35
Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36
Pertapaan Giri Lawu
37
Ajian Mata Dewa
38
Tiga Resi
39
Keributan di Warung Makan
40
Dewi Ular Siluman
41
Perguruan Pedang Perak
42
Malaikat Maut Mu
43
Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44
Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45
Melawan Si Mata Malaikat
46
Anjani
47
Penginapan Kembang Sore
48
Penginapan Kembang Sore 2
49
Delapan Setan Pencabut Nyawa
50
Sayembara
51
Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52
Begawan Pasopati
53
Karawitan Langen Sari
54
Kisah Masa Silam
55
Menuju Ke Kadiri
56
Pengemis Tapak Darah
57
Pengemis Tapak Darah 2
58
Misteri Gunung Penanggungan
59
Nyi Ratu Bulan Darah
60
Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61
Batu Inti Naga
62
Kekuatan Baru
63
Ratapan Di Tengah Hujan
64
Giliran
65
Selamatkan Rara Larasati
66
Dua Putri Lurah Lwaram
67
Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68
Dendam Kesumat
69
Persetubuhan Setan
70
Ajian Iblis Neraka
71
Kutuk Pasu
72
Dalang
73
Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74
Senjata untuk Klungsur
75
Rampok Bajing Ireng
76
Pertarungan Dua Wanita Cantik
77
Tolong Aku
78
Curahan Hati Sang Putri Adipati
79
Rajapati Pisau Perak
80
Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81
Menuju Saunggalah
82
Istana Atap Langit
83
Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84
Ajian Halimun
85
Di Kaki Gunung Pojoktiga
86
Uji Kemampuan Beladiri
87
Uji Kemampuan Beladiri 2
88
Uji Kemampuan Beladiri 3
89
Uji Kemampuan Beladiri 4
90
Uji Kemampuan Beladiri 5
91
Pendekar Muda Nomer Satu
92
Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93
Lembah Seribu Bunga
94
Balas Dendam
95
Sinar Rembulan
96
Setan Dari Neraka
97
Utusan
98
Dedemit Desa Randublatung
99
Kadipaten Bojonegoro
100
Kitab Pusaka Sabda Buana
101
Resi Mpu Dharma
102
Iri Hati Sang Ibu Tiri
103
Delapan Malaikat Pembunuh
104
Berebut Perahu Penyeberangan
105
Bajak Laut
106
Adipati Arya Wiraraja
107
Cinderamata Dari Pulau Madura
108
Penunggang Kuda di Tengah Malam
109
Menuju Kotaraja Singhasari
110
Nyi Lapat dan Rukmini
111
Sirep
112
Pendekar Sabit Berdarah
113
Sepasang Pedang Gunung Kawi
114
Gorawangsa
115
Pertarungan Tiga Bidadari
116
Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117
Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118
Jodoh Masa Kecil
119
Rencana Selanjutnya
120
Rahasia Nyi Sekati
121
Prajurit Gelang-gelang
122
Selir
123
Gembel Tua Berseruling Perak
124
Kitab Ilmu Seruling Neraka
125
Kawan Seperjalanan Baru
126
Anak Buah Raden Ronggo
127
Pertapaan Sapta Arga
128
Resi Candramaya
129
Musuhnya Musuh Adalah Teman
130
Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131
Kematian Akuwu Surenggono
132
Supit Urang
133
Menggempur Kota Wengker
134
Menggempur Kota Wengker 2
135
Kota Wengker Jatuh
136
Adipati Warok Singo Pethak
137
Siasat Raden Ronggo
138
Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139
Perang Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!